Kumpulan Artikel

Status
Not open for further replies.
Kini Itoh Berbuah di Banyumanik

Kini Itoh Berbuah di Banyumanik
Oleh trubus



Komentar Yosef tentang sulitnya membuahkan itoh memang bukan omong kosong. Penelusuran Trubus ke berbagai kebun lengkeng di tanahair menunjukkan hal serupa. Saya baru bisa membuahkan pingpong dan diamond river, kata Handriyani Irawan, pekebun di Bojonggede, Bogor. Laporan dari para penangkar yang menjual bibit lengkeng pun bernada sama. Secara tak sengaja saya pernah membuahkan di pot sekali, tapi di lapangan belum berhasil, ujar Prakoso Heryono, penangkar di Demak, Jawa Tengah.

Hampir semuanya sepakat itoh sulit dibuahkan karena sifat genetik dan lingkungan. Pasalnya, itoh bukan lengkeng asli dataran rendah. Ia berasal dari Thailand bagian utara yang beriklim subtropis. Itoh lalu beradaptasi ketika ditanam di Thailand bagian selatan yang beriklim tropis, tutur Dr Reza Tirtawinata, pakar buah di Bogor. Artinya, itoh yang berhasil dibuahkan di Malaysia pun tergolong tanaman yang telah sukses beradaptasi. Menurut Reza, itoh tetap dapat dibuahkan di Indonesia dengan perlakuan khusus. Pemberian KClO3 ke dalam tanah atau tajuk tanaman merupakan salah satu contoh perangsangan.
Adaptasi

Mengingat sulitnya membuahkan itoh di Indonesia, maka teknik ala Lie Ay Yen menjadi suatu hal menarik. Menurut Lie Ay Yen, pemilihan bibit berkualitas menjadi kunci pertama membuahkan itoh. Ia memilih bibit asal cangkok dari pohon induk di Malaysia yang berbatang kokoh dan berbuah lebat. Bibit dipastikan berasal dari pohon yang berbuah enak. Saya survei langsung ke kebun lengkeng di Malaysia, kata Lie Ay Yen. Dengan begitu, bibit pasti sudah beradaptasi dengan dataran rendah.

Langkah berikutnya ialah budidaya intensif sejak awal penanaman. Eric Lim CB, konsultan pertanian asal Malaysia, menyarankan ukuran lubang tanam minimal 50 cm x 50 cm x 50 cm agar pertumbuhan akar tidak terhambat. Lubang tanam itu dibiarkan 1 minggu. Tambahkan pupuk kandang setebal 1/3 lubang tanam dan campur dengan tanah galian. Tutup dengan dedaunan dan biarkan selama 2 -3 minggu agar proses fermentasi berlangsung tuntas. Lubang tanam siap digunakan. Sebaiknya penanaman dilakukan saat musim hujan dimulai.

Pertumbuhan vegetatif itoh dipacu sejak pertama kali ditanam di lapangan. Pada saat penanaman taburkan pupuk NPK seimbang Instant Green 63 sebanyak 2 sendok makan. Setelah itu seminggu sekali semprotkan pupuk serupa sebanyak 5 g/l. Pemberian pupuk itu dicampurkan dengan insektisida dan fungisida sebanyak 1 -2 ml/l atau sesuai dosis kemasan. Setiap bulan dibenamkan 2 kg pupuk kandang. Lengkeng membutuhkan unsur hara yang cukup, caranya beri pupuk dosis rendah, tapi sering, ujar Eric.
Ganti komposisi

Menurut Eric, pada musim hujan pupuk disemprotkan. Pada musim kemarau pupuk diberikan dengan cara ditabur, kemudian disiram. Pemacuan pertumbuhan vegetatif itu berlangsung terus-menerus selama tahun pertama. Menginjak tahun kedua, pertumbuhan generatif mulai dilakukan.

Caranya, Instant Green 63 diganti dengan Instant Blue+MgO -pupuk dengan kadar K 2 0 tinggi. Dosis total 30 -50 g/pohon/bulan. Pada umur 1,3 tahun pupuk diganti kembali dengan Instant Red 70, pupuk berkadar P dan K tinggi. Dosis ditingkatkan menjadi 100g/pohon/bulan.

Menurut Lie Ay Yen, dengan teknik itu diharapkan itoh berumur 1,5 tahun dapat berbuah. Lengkeng dapat berproduksi kontinu bila sehabis panen dipangkas untuk regenerasi. Setelah itu pupuk kembali agar tidak loyo, ujar Lie Ay Yen. Pulihkan tanaman dengan memberikan pupuk NPK seimbang. Bila tajuk telah sehat, perlakuan perangsangan buah bisa dilakukan kembali.
Menurut Reza, perangsangan itoh dengan teknik pemupukan -berdasarkan perubahan komposisi NPK -memang telah terbukti di tempat Lie Ay Yen. Namun, ia menduga pemicunya tak hanya itu. Reza berhipotesis pupuk itu mengandung unsur kimia lain yang berperan merangsang tanaman berbuah. Pengamatan Trubus, pupuk yang digunakan Lie Ay Yen kaya hara mikro seperti B, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn. Tertarik buahkan itoh? Pilih bibit yang telah beradaptasi dan pacu dengan mengubah komposisi pupuk
 
Putsa

Putsa
Dirompes Kian Montok
Oleh admin



Membuahkan putsa dalam tabulampot jadi momok banyak hobiis dan pekebun. Buktinya, puluhan pesan singkat kerap masuk ke telepon genggam Prakoso Heryono, penangkar buah-buahan di Demak. Mereka mengeluh buah putsa di tabulampot kisut, tutur Prakoso. Awalnya bunga keluar serentak lalu berganti menjadi ratusan buah seukuran ruas jari kelingking. Namun, seiring berjalannya waktu, buah tak kunjung besar, malah busuk dan menghitam. Dari 30, paling hanya 5 buah yang besar, ujar Nonot-panggilan akrab Prakoso Heryono.

Toh, itu bukan berarti apel india itu tak bisa tampil gemuk. Buktinya Yanto, pemilik Keboen Joglo di Jakarta Barat, berhasil memontokkan putsa di tabulampot. Awal mencoba memang buah kecil-kecil, tapi kini tidak lagi, kata Yanto. Kuncinya cahaya cukup, penjarangan daun dan buah, serta pemupukan tepat.
Lingkungan kering

Apel india itu senang hidup di lingkungan kering. Makanya, gunakan media yang porous. Pakai campuran sekam bakar, sekam mentah, tanah merah, dan pupuk kandang sapi. Komposisinya 1:1:1:1. Supaya putsa tumbuh baik, ganti media setahun sekali. Jangan lupa saat memindahkan putsa ke pot lebih besar taruh sekam bakar atau sekam mentah di permukaan bawah media. Itu untuk menjaga agar air mengalir lancar, tapi tanah dan pupuk tidak terbawa.

Meski suka lingkungan kering untuk pembuahan dibutuhkan cukup air. Lakukan penyiraman 2 kali sehari, pagi dan sore. Memasuki masa generatif lakukan stresing air bila ingin mendapatkan bunga serempak. Caranya, hentikan sementara penyiraman. Pada hari ke-5 perlakuan, putsa disiram kembali. Saat itu kondisi daun menguning, tapi beberapa hari kemudian kembali hijau diiringi munculnya calon buah.

Saat buah muncul, perompesan daun dan buah dilakukan. Tujuannya agar hara diserap tanaman dikonsentrasikan untuk membesarkan buah. Rompeslah daun tua atau daun yang mulai tak produktif. Cirinya warna daun kuning. Perompesan dimulai sedini mungkin, biasanya saat tanaman setinggi 30 cm. Saat daun baru tumbuh sebulan kemudian, daun tua yang tersisa dirompes lagi. Daun dekat buah pun dirompes. Petik 3 daun di dekat buah supaya buah mendapat cukup unsur hara untuk membesar.
Seleksi buah

Pentil buah yang muncul serempak tak perlu dibesarkan semua. Seleksi agar yang tersisa mencapai ukuran maksimal sekitar 100 g per buah. Rompes 40% dari total populasi. Seleksi dilakukan saat buah seukuran buku jari kelingking. Buah yang dirompes adalah yang mengkerut, kehitaman, dan kering. Untuk memperkuat buah yang tersisa, semprotkan minyak ikan. Dosisnya 1 tutup botol dicampur 2 liter air. Niscaya buah yang semula rontok 40% dari total populasi jadi 20%.

Montoknya buah juga ditentukan oleh pemupukan. Selama masa vegetatif berikan pupuk NPK 20:40:20. Dosis satu sendok teh dengan frekuensi pemberian seminggu sekali. Pilihan lain, setelah 2 bulan sejak dipotkan beri NPK seimbang 16:16:16 sebanyak 20 butir pada ukuran pot 10 cm x 15 cm. Itu dilakukan 2 minggu sekali selama 2 bulan. Setelah itu pindah ke pot diameter 20 cm. Saat itu tambah dosis pupuk jadi 1 sendok teh setiap 2 minggu. Tiga bulan kemudian tambahkan pupuk kandang sapi, dosisnya kira-kira 2 gelas air.

Saat bunga muncul kurangi dosis pupuk hingga setengah dosis awal. Ganti pupuk dengan NPK majemuk 16:16:16 atau 13:13:21. Taburkan di atas media sebulan sekali. Contoh, untuk pot berdiameter 40 cm dosis 1 sendok teh NPK. Lakukan pemupukan selama buah membesar. Penasaran ingin memiliki putsa montok di tabulampot? Silakan mencoba!
 
Panen Naga dari Tiang Jemuran

Panen Naga dari Tiang Jemuran
Oleh admin



Total populasi di kebun Vincent di Wonosalam, Jombang, 32.000 tanaman di areal seluas 5 ha. Sekitar 2/3-nya ditanam dengan sistem biasa alias tiang tunggal yang lazim dipakai. Empat batang kerabat kaktus-kaktusan dirambatkan di tiang beton atau besi. Sulur-sulur produktifnya ditumpangkan pada lingkaran terbuat dari besi atau ban bekas. Dragon fruit itu dibagi menjadi 12-14 kelompok. Tujuannya agar buah dipetik kontinu 2 kali per minggu.

Sepertiga populasi sisanya ditumbuhkan dengan sistem tiang jemuran. Maksudnya, batang-batang dragon fruit disampirkan ke kawat-kawat besi yang dibentangkan mirip tali jemuran (baca: Tiang Jemuran Hemat Biaya, Trubus Mei 2003). Dengan sistem itu kualitas buah melonjak. Tujuh puluh persen grade A, sisanya grade B, C, dan apkir. Grade B sekilo berisi 3 buah dan grade C, sekilo 4 buah.
Sebuah eksperimen

Sukses Vincent mengatrol kualitas Hylocereus polyrhizus-buah naga berdaging merah yang ia tanam-bermula pada Maret 2003. Saat itu ia mulai bereksperimen menanam dragon fruit dengan sistem tiang jemuran. Cara itu ditiru dari penanaman anggur, kata Vincent.

Waktu itu pengusaha suku cadang kendaraan bermotor itu berniat menghemat biaya produksi. Cara tanam menggunakan tiang tunggal beton atau besi dianggap boros. Dengan model tiang jemuran, penanaman dibagi ke dalam unit berisi 26 tanaman. Setiap tanaman disampirkan pada kawat baja yang dibentangkan di antara 2 tiang model T berjarak 4 m. Biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan dan pemasangan tiang dan kawat per 26 tanaman Rp55.000-Rp60.000
.

Bandingkan bila ke-26 tanaman ditanam dengan sistem tiang beton. Untuk 26 tanaman berarti dibutuhkan minimal 6 tiang beton. Dengan harga tiang Rp15.000 per buah-termasuk biaya pemasangan-total dana per 26 tanaman Rp90.000. Artinya dengan model ala rambatan anggur hemat biaya Rp30.000-Rp35.000.

Selain alasan penghematan, Vincent menilai penanaman dengan sistem tiang tunggal banyak kelemahan. Sulur produksi tumbuh rimbun dan saling menaungi. Padahal, bunga dragon fruit hanya muncul di percabangan yang terkena sinar matahari.

Dengan sistem tiang jemuran ayah 2 anak itu berharap buah yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas. Sebab, pada sistem tiang jemuran semua cabang dan sulur menerima sinar matahari penuh.
Ajang pembuktian

Pada penghujung Desember 2005, Trubus menyaksikan panen naga dari tiang jemuran. Menurut Daniel Kristanto, manajer PT WAL Natural Farm, perusahaan yang mengelola kebun dragon fruit di Wonosalam, panen itu ajang pembuktian ketiga kali. Panen perdana pada Desember 2003. Tahun berikutnya, penghujung 2004- awal 2005, tanaman berbuah kembali. Dari 3 kali panen terlihat, kualitas buah dari model penanaman tiang jemuran selalu lebih baik. Kelas A mencakup 70% dari total hasil panen. Bandingkan dengan hasil panen model penanaman konvensional. Buah yang masuk grade A hanya 35%.

Menurut Daniel, karena masih eksperimen, penanaman dengan tiang jemuran bukan tanpa kekurangan. Ketika cabang dan sulur mulai banyak dan dikaitkan pada kawat, kedua tiang T tak sanggup menahan beban 26 tanaman. Apalagi ketika tanaman sarat buah, tiang hampir roboh. Tiang harus dibeton agar kuat, ungkapnya.
Mudah

Sulitkah menanam buah naga di tiang jemuran? Sama saja, yang berbeda hanya pada penanaman awal. Bibit tidak diikat pada tiang, tapi dibantu turus. Seiring pertumbuhan, tanaman diikat pada kawat bantuan, katanya. Selain 2 kawat utama dibentangkan sejajar ke tiang T pada ketinggian 2 m, juga dipasang 2 kawat tunggal sebagai bantuan. Masing-masing pada ketinggian 75 cm dan 175 cm. Tujuannya, agar batang tanaman tidak roboh sebelum mencapai umur produktif-diperkirakan tingginya mencapai 2 m. Lazimnya pada umur 7 bulan bibit mencapai kawat teratas dan siap dibentuk cabang produktif.

Caranya, batang utama dipangkas habis sehingga muncul tunas-tunas baru. Pertahankan 2 tunas sebagai 2 cabang utama. Dari cabang utama, pertahankan lagi 2 sulur sehingga dalam 1 tanaman terdapat 4 sulur produktif. Yang dipertahankan hanya 4 buah. Sulur lain yang muncul dipangkas, kata Daniel. Cabang dan sulur itu diikat pada kawat dan diarahkan keluar dari barisan agar semuanya terkena cahaya matahari. Butuh waktu sekitar 2 bulan sampai sulur itu siap dibungakan. Cirinya, warna sulur hijau tua dengan panjang 60-100 cm.

Perangsangan bunga dilakukan dengan menyemprot pupuk daun berkadar P dan K tinggi. Daniel biasa menggunakan Gandasil B, Nutraposh Super K, atau Growmore 6:30:30. Pilih saja salah satu, katanya. Dosisnya 30 g pupuk dicampur dengan setangki air volume 15 l. Tanaman berjumlah 9.000 batang membutuhkan 20 tangki. Sebelum disemprot ujung sulur dipotong kira-kira 5 cm. Itu biasanya batas antara warna hijau muda dengan hijau tua. Ujung yang masih hijau muda dipotong saja, ujar Daniel.

Selang 2 minggu kuntum bunga yang keluar dikontrol. Bila kuntum yang muncul telah mencapai 5%, kehadiran bunga mesti diseragamkan. Itu artinya sulur siap berbuah, katanya. Larutkan 20 g KNO3 pada seliter air dan semprotkan hanya pada ujung sulur. Dibutuhkan 10 tangki setara 150 l untuk menyemprot 9.000 tanaman. Biasanya 1-2 hari kemudian kuntum bunga serentak muncul. Dalam 1 sulur bisa mencapai 6 - 13 kuntum. Daniel biasanya menyisakan 2 kuntum yang berjarak minimal 30 cm untuk dibuahkan. Itu agar buah berukuran besar dan seragam. Buah naga siap dipanen saat berumur 52 hari sejak kuntum.
 
Dua Kuintal Jus dalam Semenit

Dua Kuintal Jus dalam Semenit
Oleh admin



Itulah serangkaian alat hasil karya Dr Astu Unadi, peneliti di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Alat itu meliputi pulper alias pembuat bubur buah, penyaring bubur buah, mixer alis pencampur, dan pasturizer. Masing-masing punya fungsi berbeda yang saling melengkapi. Dengan serangkaian mesin itu, proses produksi jus jadi cepat. Cukup 1-5 menit keluar 100-200 kg jus segar, kata Astu.

Alat yang difungsikan secara pararel itu pun menjamin kebersihan hasil olahan. Jus steril dari bakteri pengganggu sehingga bisa tahan simpan hingga sebulan. Alat 100% terbuat dari besi antikarat sehingga tahan lebih dari 10 tahun. Hanya motor penggerak yang butuh diganti sekali setahun.
Otomatis

Pengoperasian alat cukup dilakukan oleh seorang operator. Tekan tombol pengatur, mesin langsung bekerja otomatis. Meski serbaotomatis, tidak berarti harga alat mahal. Dengan merogoh kocek Rp6-juta-Rp22-juta alat itu bisa dimiliki. Alat ini memang ditujukan untuk digunakan industri menengah, ujar pria yang memperoleh gelar doktor dari sebuah universitas di Autralia itu. Saat ini rangkaian alat itu sudah dimanfaatkan oleh Dinas Pertanian Sumatera Barat untuk mengolah markisa. Selain dipakai untuk membuat jus markisa, alat itu juga dimanfaatkan untuk mengolah semua buah berdaging lunak seperti mangga, sirsak, jambu biji, dan srikaya.

Buah yang akan diolah menjadi jus masuk ke dalam pulper (pembubur buah, red). Buah harus bersih dari kulit. Di dalam pulper, buah didorong oleh konveyer ulir ke ruang pembuburan. Agar pembuburan stabil, tekanan per di pintu pengeluaran ampas diatur. Mesin mampu memisahkan daging dari biji,seperti pada markisa dan jambu biji.

Setelah bubur keluar, masukkan dalam penyaring sentrifugal. Dari penyaring itu diperoleh bubur bebas dari partikel yang tak dikehendaki, seperti serat, potongan kulit, dan biji kecil. Penyaring sentrifugal kecepatan tinggi ini terbuat dari saringan besi antikarat. Perjalanan berlanjut ke mesin mixer. Itu untuk mencampur pure dengan bahan lain seperti air dan vitamin. Dalam mesin ada pengaduk berbentuk poros dan daun kipas berputar dalam bejana. Poros berputar akibat putaran motor listrik. Lamanya putaran dapat diatur sesuai kebutuhan.

Tahap akhir, agar jus bebas bakteri, masukkan ke mesin pasturizer. Pemanasan berlangsung dalam suhu 90-1000C. Jus pun siap dikemas dan dinikmati.
 
Mereka Melepas Penat di Kebun Buah

Mereka Melepas Penat di Kebun Buah
Oleh admin



Begitulah kegiatan Vincent Edi Yasin kala melepas penat dari rutinas sehari-hari. Bersama konco-konco sesama pencinta motor besar, pengusaha suku cadang kendaraan bermotor itu kerap menyambangi kebun buah di kaki Gunung Arjuna. Minimal 4 bulan sekali rombongan itu datang ke sana. Para istri dan anak-anak juga ikut serta. Jika sudah tiba, tak ada yang ingin pulang dari sana.

Maklum kebun di ketinggian 350-400 m dpl itu memang menawarkan pemandangan mempesona. Dari rumah peristirahatan yang terletak di puncak bukit, terlihat hamparan kebun dragon fruit. Total jenderal ada 32.000 pohon keluarga kaktus-kaktusan tertanam di sana. Kala sedang musim berbuah, bulatan warna merah menyembul di sana-sini. Sungguh mengundang untuk segera dipetik.

Itu belum seberapa. Kebun seluas 5 ha itu juga punya daya tarik lain. Di sana ada 400 pohon durian yang mulai memasuki masa produksi. Sebagian besar monthong, tapi ada juga varietas unggul lokal seperti bajulan dan hepe. Ehm, benar-benar menggugah selera. Masih di tempat yang sama, puluhan rambutan, lengkeng, srikaya, jamblang, dan markisa siap dipanen pula.

Anak-anak yang ikut dalam rombongan pun bakal puas berkelana di sana. Mereka bisa bermain dengan kijang, kuda, dan kasuari, yang dipelihara di kandang-kandang kayu berkawat rapi. Nun di kejauhan hutan jati dan cengkih serta perbukitan yang hijau jadi pemandangan menyejukkan mata.
Hadiah untuk orangtua

Sejatinya kebun yang dibeli Vincent pada Desember 2000 itu bekas lahan cengkih dan tebu. Waktu baru dibeli kondisi kebun berantakan. Lahan masih kosong di sana-sini. Toh, kontur yang berbukit kerap dimanfaatkan oleh kelahiran Banyuwangi 42 tahun silam itu untuk menyalurkan hobi: ngebut dengan motorcross.

Awalnya suami dari Monica Yasin itu membeli kebun sebagai hadiah untuk sang orangtua. Ayah dan ibu Vincent memang senang berkebun. Mereka punya 11 ha lahan durian di Banyuwangi. Lahan di Wonosalam itu rencananya juga hendak ditanami durian. Tapi orang tua saya tidak mau, karena letaknya terlalu jauh dari rumah mereka di Banyuwangi, tutur ayah dari Melissa Kartika dan Robert Mandala itu.

Telanjur basah, akhirnya kebun itu dikelola sendiri. Mula-mula Vincent menanam 100 monthong. Melihat pertumbuhan Durio zibethinus introduksi dari Thailand itu bagus, jenis-jenis lokal ditanam. Sekarang tak kurang 20 varietas anggota famili Bombaceae itu tertanam di sana.

Dragon fruit baru hadir pada 2003. Itu gara-gara Vincent kerap melihat buah naga dijajakan di pasar-pasar swalayan waktu melancong ke Taiwan dan Thailand. Kepincut penampilan dan rasa buah eksotis itu, arsitek alumnus sebuah perguruan tinggi swasta tersohor di Surabaya itu memboyong bibitnya langsung dari Pulau Formosa. Lima ratus bibit naga merah berdaging merah dan putih pun berpindah ke Wonosalam. Vincent tak ragu memborong karena Hylocereus sp. itu masih langka di Indonesia.

Bak penyelam yang tak bosan menikmati panorama laut, Vincent pun seperti ketagihan untuk berkebun. Pada 2003 juga, mantan atlet aero medelling tingkat nasional itu membeli kebun baru di Claket, Pacet, Mojokerto. Di kebun seluas 2 ha itu Vincent menanam buah naga berkulit kuning. Juga sayur-mayur yang unik-unik. Mulai dari selada beragam warna sampai bawang merah berbentuk lonjong. Ada juga buncis berwarna kuning dan tomat ceri yang ranum-ranum.

Habis saya hobi. Ada kepuasan batin ketika tanaman berbuah sesuai harapan, kata Vincent. Pantas senyum tak pernah lepas dari bibir pria berkaca mata itu waktu buah naga yang dipanen berbobot super. Rata-rata di atas 400 gram per buah seperti yang ditargetkan. Keinginan memanen durian berbobot 12 kg per buah dari hasil keringat sendiri pun tertunaikan. Tak ingin menikmati sendiri, saat panen kolektor koi-koi cantik itu mengundang rekan dan famili untuk datang bertandang.
Dari ayah

Yang juga hobi berkebun buah adalah Handriyani Irawan. Nun di Bojonggede, Bogor, kelahiran Madiun 23 Maret 1950 itu menanam lengkeng di lahan seluas 7 ha. Total jenderal ada 1.100 pohon Nephelium longan yang ditanam sejak November 2004. Semua jenis genjah yang adaptif di dataran rendah. Sebut saja diamond river, pingpong, i do, dan sugiri. Tiga yang disebut diawal introduksi dari Thailand.
Sementara sugiri, jenis lokal unggul asal Lampung.

Di antara kerabat rambutan itu, Handriyani menyelipkan putsa alias si apel kurma. Belakangan ia pun mendatangkan bibit durian. Jumlahnya baru 100 pohon. Tapi akan ditambah terus, kata Handriyani.

Ibu dari Duki Malindo, Diki Hendrawan, dan Ade Prakasa itu gemar berkebun buah gara-gara tertular ayahnya. Dunia kerja sang ayah yang mantan kepala Dinas Pertanian di Jawa Timur memang kental dengan urusan tanam-menanam. Ia- lah yang membuat Handriyani kecil akrab dengan tanaman hias, buah, dan sayuran.

Kalau kemudian ia memutuskan untuk mengebunkan longan, Itu karena lengkeng sedang tren. Meski sekadar hobi, bukan berarti Handriyani tak serius menangani kebun. Perempuan berkacamata itu rela terbang bolak-balik ke Thailand untuk menimba langsung ilmu berkebun lengkeng ke sentra. Pulang dari negeri Gajah Putih ia kerap membawa bibit-bibit buah anyar seperti kelapa pandanwangi. Tak jarang anggota keluarga juga diajak. Hitung-hitung sambil berwisata buah di sana.
Mobil golf

Handriyani pun tak segan-segan mengocorkan rupiah agar kebun buah impian tertata apik. Ratusan juta rupiah dicemplungkan untuk membeli bibit dan merawat kebun. Dua kali dalam seminggu perempuan yang selalu berpakaian rapi itu turun langsung mengontrol lahan. Sambil mengendarai mobil golf ia berkeliling kebun. Hasilnya memang sepadan. Lengkeng yang ditanam dengan jarak 7 m x 5 m tumbuh subur. Tanah terbuka yang tidak ditanami dilapisi rumput yang dipotong rapi membuat pemandangan kebun jadi asri. Pada akhir 2005 saat Trubus berkunjung ke kebun, tampak beberapa tanaman mulai berbunga dan berbuah. Tak heran wajah Handriyani terlihat sumringah.

Kebun pun kini jadi lokasi favorit untuk kumpul keluarga. Pun saat kerabat dari kampung halaman di Madiun datang berkunjung. Sang suami, Irjen (Purn) Irawan Saleh, yang dulu tak suka bercocok tanam jadi ketularan. Malah mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) itu kini yang lebih sering menyambangi kebun.

Biasanya setelah lelah berkeliling mereka bersantap siang di tengah kebun. Kalau sudah begitu, Handriyani terkenang masa kecil bersama sang ayah kala berkebun bersama. Kini sambil menikmati bunga dan buah lengkeng yang bermunculan, ia bergumam, Kalau datang ke kebun melihat tanaman tumbuh bagus, semua pengorbanan seolah terbayar.
 
Jeruk Imlek Berharap Peruntungan di Tahun Anjing

Jeruk Imlek Berharap Peruntungan di Tahun Anjing
Oleh admin



Bukan tanpa alasan jeruk yang dipilih sebagai persembahan pada saat Sin Tjia-sebutan tahun baru Cina. Jeruk dalam bahasa Mandarin disebut chi zhe, kata Eddie Suharry, pemilik nurseri Flora Alam Indah, di Jakarta Barat. Pelafalan chi pada nama itu sama dengan chi yang berarti rezeki. Sementara zhe, artinya buah. Jadi jeruk itu buah pembawa rezeki. Dengan mempersembahkan jeruk pada saat Imlek, mereka yang percaya berharap tahun baru kali itu membawa keberuntungan.

Di Indonesia memajang jeruk pada saat tahun baru Sin Tjia juga membudaya. Itu terutama dilakukan oleh mereka yang memiliki hubungan kekerabatan kuat dengan daratan Cina, Taiwan, atau Hongkong.
Shunde

Di Tiongkok, Shunde di Provinsi Guangdong, salah satu sumber utama tabulampot jeruk untuk Imlek. Sebulan menjelang tahun baru-biasanya awal hingga pertengahan Januari-kota kecil itu berubah menjadi serbakuning. Itulah tabulampot-tabulampot jeruk yang dipersiapkan nurseri-nurseri di sana untuk merayakan Sin Tjia. Perayaan tahun baru Imlek di Cina memang bertepatan dengan panen raya jeruk.

Rangkaian yang dibuat sangat bervariasi. Ada rangkaian mini setinggi 30-40 cm yang cocok sebagai hiasan meja. Ada juga yang berbentuk kapsul raksasa atau disusun berjenjang 8. Angka 8 favorit masyarakat Tionghoa. Angka itu melambangkan rezeki yang tidak putus seperti cara penulisan angka 8. Selain bentuk, jenis yang dirangkai pun beragam. Sebut saja kimkit, chu sa, dan sakam.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia mengenal kimkit sebagai jeruk Imlek. Buah kumquat-sebutan lain kimkit-berukuran kecil sebesar bola pingpong dan berwarna kuning. Dia memang cantik sebagai pajangan lantaran buahnya lebat. Ada falsafah dalam kepercayaan masyarakat Cina yang mengatakan makin banyak buahnya makin banyak hokinya, ujar Eddy Loekito, pemilik nurseri Golden Image di Jakarta Barat.

Jenis lain yang juga tak kalah menarik adalah chu sa. Di tanahair, ia tergolong baru. Sebuah tabulampot chu sa berbentuk kapsul setinggi 1 m terlihat di kediaman Eddy Suharry. Buahnya lebih bongsor daripada kimkit dan berwarna jingga. Bentuk buah gepeng seperti keprok. Beda dengan kimkit yang asor, chu sa manis dengan sedikit masam. Makanya masih enak dimakan. Anggota famili Rutaceae itu pantas untuk pajangan jeruk imlek karena pantat buah rata. Jadi bagus bila ditata sebagai rangkaian, kata Markus Amin, penangkar buah di Bogor. Chu sa juga tidak pelit berbuah. Buah chu sa tahan lama, ia masih kuat melekat ditangkai sampai 3 bulan setelah menguning.

Sakam lebih menakjubkan lagi. Ukuran buah paling raksasa, seperti jeruk bali. Lantaran berbobot hampir 0,5 kilo/buah, buah mesti dibungkus jaring agar tidak lepas dari tangkai. Sama seperti chu sa, sakam juga enak dimakan. Meski buah tak selebat kimkit, tapi penampilan sakam tetap cantik sebagai penghias rumah saat Imlek. Jenis ini paling gres yang masuk ke tanahair. Pantas harganya pun mahal. Tabulampot setinggi 1,2 m dibandrol Rp3-juta/pot. Namun, demi berharap keberuntungan di Tahun Anjing, kimkit, chu sa, dan sakam pun dipajang di kediaman.
 
Karena Setitik Aeromonas

Karena Setitik Aeromonas
Melepuh Seluruh Ekor
Oleh trubus



Wajar bila Santi dengan setengah memaksa meminta FX Santoso di Surabaya untuk mengobati lobster itu. Sayang, pemilik Santoso Farm itu pun tak berdaya. Upaya pengobatan ia lanjutkan dengan membawa contoh air dan lobster ke laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Seminggu kemudian uji laboratorium menunjukkan biang penyakit itu adalah bakteri Aeromonas sp dan Salmonella sp.

Kehadiran bakteri aeromonas sebetulnya cerita lama. Hampir semua komoditas perikanan pernah diterjang bakteri itu. Bahkan pada kurun 1980 - 1981 menjadi wabah mematikan pada ikan mas. Serangan pada lobster baru diketahui di penghujung 2005. Kejadian itu diduga bermula dari Jawa Timur, lalu setahun kemudian merebak ke Jawa Barat dan Jakarta. Lobster yang terserang selalu menunjukkan gejala ekor melepuh.
Lingkungan buruk

Menurut Ir Arief Prajitno, MS, ahli penyakit ikan dari Universitas Brawijaya, Malang, penyakit ekor melepuh Haemorragil septicacaemia, itu memang disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri itu masuk melalui ekor yang sering menyentuh dasar kolam. Selanjutnya mikroorganisme itu menembus sistem kekebalan tubuh dan membuat darah keluar melalui pori-pori. Meski tubuh udang secara alami segera membuat antibodi dengan mengirimkan leukosit, tapi jumlah sel darah putih itu kalah jauh dibanding populasi aeromonas. Akibatnya, Ekor lobster dipenuhi bisul berisi nanah, ujar Arief.

Aeromonas bisa muncul setiap saat terutama bila kondisi lingkungan jelek. Misalnya, gara-gara sisa pakan yang menumpuk di dasar kolam menyebabkan kadar amonia meningkat. Kondisi itu sangat disukai bakteri aeromonas. Nah selama daya tahan tubuh lobster kuat, bakteri itu tidak akan mengganggu. Namun di sisi lain, dengan membludaknya jumlah amonia pH dan suhu air berubah drastis. Inilah yang berbahaya bagi lobster. Ketahanan tubuhnya menurun tajam.

Kenaikan dan penurunan pH yang masih bisa ditolelir lobster berkisar 0,2 - 0,5, serta suhu kurang lebih 2o C. Di atas itu lobster akan stres sehingga bakteri mudah menyusup ke dalam tubuh. Jika itu terjadi, lobster akan terlihat kusam, berlendir, dan selalu bergerak ke atas mencari oksigen, serta sedikit demi sedikit terlihat ekornya luka.

Menurut Dr Triyanto, ketua jurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas Gadjah Mada, ekor lobster bagian paling sensitif. Sebab, ratusan sel saraf terdapat di sana. Sangat berbahaya bila ada penyakit di ekor, ujar alumnus UGM itu. Bila tak segera diobati bisa menyebar dan menimbulkan kematian massal. Untuk itu seyogyanya pisahkan lobster sakit di kolam tersendiri agar tidak menulari yang lain.
Desinfektan

Cara pencegahan ekor melepuh salah satunya manajemen pakan. Kebanyakan ekor melepuh akibat pemberian pakan berlebih, tutur Santoso. Idealnya jumlah pakan tidak boleh lebih 3 - 4%dari bobot tubuh supaya tidak tersisa. Pakan itu diberikan 3 - 4 kali dalam sehari, termasuk pada malam hari. Lebih sering lebih baik, misalnya selang 2 jam, tambahnya.

Selain itu kadar oksigen terlarut (DO) harus diperhatikan. Semakin tinggi kadar oksigen terlarut, kesehatan lobster semakin baik. Aerasi mutlak dipakai agar DO minimal mencapai 4 ppm. Demikian pula dengan pH dan suhu. Lobster menghendaki pH 6,7 - 7 dan suhu 28 - 30o C. Agar tidak terjadi fl uktuasi suhu dan pH secara drastis, kolam dinaungi shading net atau diberi atap.

Bila ekor lobster sudah telanjur melepuh, segera karantina. Rendam dalam larutan Oxytetracyclin , dosis 10 mg per liter air. Perlakuan itu selama seminggu. Atau boleh juga Oxytetracyclin dicampurkan pada pakan. Dosisnya, 60 - 75 mg Oxytetracyclin untuk 1 kg pakan. Campuran itu diberikan selama 7 - 14 hari. Pengobatan dapat diulang 2 - 3 kali jika belum berhasil.

Cara lain dengan merendam lobster dalam desinfektan. Larutkan 20 mg PK dalam 1 liter air. Tunggu hingga 30 - 60 menit, lalu masukkan ke dalam akuarium steril. Setelah itu baru lobster dicemplungkan selama 3 - 5 detik. Risvan Rismawan, peternak lobster di Bekasi, cukup memotong ekor yang melepuh dan mengolesinya dengan obat antiseptik. Kemudian lobster dikarantina di dalam akuarium berisi larutan methylen blue sebanyak 5 tetes per 5 liter air.
Jangan lupa, untuk menghindari kemungkinan kolam tercemar aeromonas bersihkan dengan khlorin. Biarkan selama 1 hari sebelum dibilas detergen. Dua puluh empat jam kemudian, bilas lagi kolam dengan air bersih agar sisa-sisa klorin dan detergen hilang. Pada hari ke-4 kolam sudah bisa diisi air dan esok harinya lobster dimasukkan kembali. Untuk kolam tanah, setelah dikeringkan ditaburi kapur tohor pada setiap sudut. Jemur selama 1 - 2 minggu hingga dasar kolam terlihat retak-retak sebelum diisi air baru.
 
Ketika Kendaraan Bergantung pada Tumbuhan

Ketika Kendaraan Bergantung pada Tumbuhan
Oleh trubus


Puluhan kendaraan bermotor-jumlahnya sekitar 30 wahana-mengular di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Rampal, Malang, Jawa Timur. Penghujung November 2006, premium sebetulnya tersedia cukup. Cuma kendaraan-kendaraan itu terkonsentrasi di satu titik: gerai penyedia bioetanol. Sementara 2 gerai penyedia premium kosong-melompong, tak ada yang antre.

SPBU di Rampal, Malang, Jawa Timur, satu-satunya yang menyediakan biopremium di Jawa Timur. Komposisinya, 5% etanol asal tebu dan 95% premium. Campuran kedua bahan itu juga disebut gasohol. Harga gasohol di Malang sama dengan premium. Meski demikian, masyarakat antusias mengisi kendaraannya dengan biopremium. Menurut Suwandi, kepala SPBU Rampal, rata-rata penjualan gasohol mencapai 14.000 liter per hari. Itu meningkat 22% ketimbang saat pertama kali SPBU dibuka, 13 Agustus 2006. Saat itu permintaan gasohol baru 11.000 liter per hari.

Dr Agus Eko Tjahyono sejak 2004 juga mencampurkan bioetanol ke dalam tangki Opel Blazer berwarna perak. Sebelum penutup tangki dikunci, ia menuangkan 3 liter etanol asal singkong. Di dalam mobil kesayangannya, doktor Teknik Kimia alumnus Hiroshima University itu selalu tersedia 2 jeriken bioetanol masing-masing 10 liter. Bila ketersediaan bioetanol-etanol asal bahan nabati seperti singkong melimpah-ia ingin seluruh bahan bakar mobilnya berupa bioetanol.

Sekarang, dari 80 liter kapasitas bahan bakar Opel Blazer, baru 15% yang disubstitusi oleh bioetanol atau dikenal E15, artinya bioetanol 15%. Setiap hari pria separuh abad itu mengendarai mobilnya dari rumah di Tanjungkarang, Lampung, ke Badan Besar Teknologi Pati (B2TP) di Suluban berjarak 80 km. Hingga kini Opel Blazer berbahan bakar bioetanol itu menempuh jarak 95.000 km.
Emisi

Setahun terakhir bioetanol menjadi pilihan pengendara kendaraan bermotor. Bioetanol adalah hasil fermentasi etanol asal tumbuhan seperti tebu, singkong, dan jagung (baca: Makanan Lezat Makhluk Bermesin halaman 148-149). Sebagai bahan bakar, bioetanol mirip biodiesel. Bedanya, bioetanol khusus untuk kendaraan berbahan bakar premium dan pertamax atau bensin; biodiesel, pengganti solar.

Uji coba pengaruh bioetanol terhadap daya dan torsi pada mesin statis dan dinamis dilakukan laboratorium Balai Termodinamika, Motor, dan Propulsi (TMP), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tangerang. Hasilnya menunjukan bioetanol 10% identik atau cenderung lebih baik ketimbang pertamax. Emisi CO (karbon monoksida) dan HC (hidrokarbon) mobil yang menggunakan E10 lebih rendah dibandingkan dengan premium maupun pertamax, ujar Prawoto, peneliti Balai TMP. Emisi CO pada E10 hanya 0,31 g, sedangkan premium dan pertamax masing-masing 0,5 g dan 0,58 g per km. Karbonmonoksida berlebih mengikat hemoglobin dalam darah, sehingga mengganggu konsentrasi manusia.

Total hidrokarbon yang memicu bahaya gangguan kecerdasan, kesehatan reproduksi, dan gejala sakit, pada bioetanol hanya 0,33 g, premium 0,38 g, dan pertamax 0,40 g per km. Etanol absolut alias 99% memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan premium hanya 87-88. Campuran bensin dan 10% etanol atau gasohol E-10 memiliki ON 92 setara pertamax. Nilai itulah yang membuat bioetanol terkenal sebagai oktan paling ramah lingkungan sehingga menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE), pengganti timbel pada bensin.

Dari segi kinerja, gasohol E10 tak kalah dengan bahan baku fosil. Kekuatan yang dihasilkan E10, 41,23 kw, sedangkan premium hanya 30,97 kw. Daya tarik mesin berbahan bakar gasohol E10 sebanyak 25% lebih tinggi yaitu sebesar 1856,1 N, premium 1393,8 N. Laju konsumsi/jam, gasohol E10 pun lebih hemat, hanya 30,39 liter dan premium 31,03 liter/jam. Penyebabnya, bioetanol mengandung 35% oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran.
Cadangan menipis

Pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar atau campuran tak dapat ditawar lagi. Maklum konsumsi premium Indonesia terus melambung. Celakanya premium itu tak lagi sepenuhnya ditambang di dalam negeri, tetapi harus diimpor. Konsumsi premium 2001 mencapai 14,60-miliar liter. Dari tahun ke tahun konsumsi bensin kian meningkat. Pada 2003 konsumsinya mencapai 12,34-miliar liter, 2004 (15-miliar liter), dan 2005 (17,47-miliar liter).

Pada 2005, seperlima dari total kebutuhan premium Indonesia diimpor; jumlahnya mencapai 3,5-miliar liter. Di tengah harga minyak yang terus melonjak, harga jual premium masih bergantung pada subsidi pemerintah. Biaya produksi sebenarnya Rp6.300, nilai subsidi Rp1.800 per liter.

Memproduksi etanol dari bahan nabati bukan barang baru bagi industri di Indonesia. Berdasarkan data Departemen Perindustrian dan Perdagangan Produksi, produksi bioetanol pada 2002 mencapai 180-juta liter. Itu diperoleh dari empat pabrik di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Para produsen antara lain PT Aneka Kimia Nusantara 18,5-juta liter, PT Indo Acidatama 78-juta liter, PT Indo Lampung Distillery 50-juta liter, PT Molindo Raya 24-juta liter, dan PTPN XI 4-juta liter per tahun.

Sayang, spesifi kasi yang dihasilkan masih sebatas mutu teknis, belum mencapai kualitas bahan bakar. Oleh karena itu, semua produksi bioetanol itu sebagai bahan baku industri asam asetat, selulosa, pengolahan rumput laut, minuman alkohol, cat, farmasi, dan kosmetik untuk konsumsi ekspor.

Kami masih menunggu standar SNI (Standar Nasional Indonesia, red) bioetanol bahan bakar yang akan dipakai di Indonesia, kata Donny Winarno, vice president sales marketing PT Molindo Raya Industrial. Pada 2007, dipastikan pasokan bioetanol untuk bahan bakar mencapai 8-juta-10-juta liter per tahun. Perusahaan itu meningkatkan bahan baku tetes dan nira tebu sebanyak 190.000 ton. Ia juga mengembangkan bahan baku singkong dengan bermitra bersama petani untuk menggarap lahan 5.000 ha di Lampung Timur dan 20.000 ha di Pacitan, Jawa Timur.

Tak hanya Molindo yang berniat mengembangkan biofuel di Indonesia. Ada 5 perusahaan yang berniat menggarap etanol dari singkong, kata Wahono Sumaryono, deputi Teknologi dan Agro Industri Kementerian Riset dan Teknologi. Dengan dukungan itu, pada 2010 dipastikan produksi bioetanol Indonesia mencapai 280- juta liter/tahun. Meningkatnya produksi bioetanol akan diikuti peningkatan aplikasi bioetanol menjadi E-10 atau E-20.
Biaya rendah

Produsen bioetanol di Indonesia terbilang kecil ketimbang di Brasil. Negara di bagian selatan Amerika itu, penghasil bioetanol terbesar di dunia. Lebih dari 300 pabrik etanol berdiri sejak 1970. Bahan baku utama nira tebu dari lahan tebu seluas 5,5-juta hektar menghasilkan 14,7-miliar liter bioetanol/tahun. Biaya produksinya pun terendah di dunia, Cuma US$14-16 sen/liter.

Produsen etanol terbesar kedua adalah Amerika Serikat, memproduksi lebih dari 10-miliar liter per tahun. Bahan baku etanol 90% dari jagung dan 10% dari gandum. Sejak etanol digunakan, bahan aditif Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) dilarang. Cina, produsen etanol terbesar ketiga dunia. Pada 2003 diresmikan pabrik etanol terbesar di dunia, Jilin Ethanol Plant yang berkapasitas 1,25-juta liter per hari. Total produksi mencapai 5,5-juta liter per hari atau 1,5-miliar liter per tahun dengan bahan baku gandum, gaplek, tebu, dan sorgum manis.

Pemerintah mendorong perkembangan penggunaan bioetanol, sama seperti di negara lain. Di Thailand misalnya, diberlakukan insentif pembebasan pajak perusahaan, bea masuk, dan pajak barang modal selama delapan tahun kepada industri etanol. Jika pemerintah Indonesia, swasta, dan petani dapat bekerja sama, substitusi 5% bensin dapat menghemat US$1,539-miliar setara Rp1,539-triliun. Itulah nilai subsidi 0,86-miliar liter bensin pada 2005 dengan harga subsidi Rp1.790/liter. Penghematan bakal kian besar, jika persentase substitusinya meningkat.
 
Mengebor Bensin di Kebun Singkong

Mengebor Bensin di Kebun Singkong
Oleh trubus


Tujuh tahun terakhir Zaenal Arifi n rutin mengolah 1,5 ton singkong segar per hari menjadi keripik. Hasilnya 600kg keripik ia jual ke beberapa daerah di Pulau Jawa, Bali, dan Lampung. Selain keripik, singkong juga sering diolah menjadi tapai. Begitulah secara turun-temurun anggota famili Euphorbiaceae itu dimanfaatkan. Namun, setahun terakhir singkong juga mengisi tangki-tangki motor dan mobil. Kendaraan itu melaju dengan bahan bakar singkong.

Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, baru difermentasi menjadi etanol.

Lalu, bagaimana cara mengolah singkong menjadi etanol? Berikut langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong yang diterapkan Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.
Cara Tatang Membuat Bensin

1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku.
3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifi kasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong, perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum digunakan, Aspergillus dikulturkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17-18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28-32oC dan pH 4,5-5,5.
7. Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6-12% etanol.
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78oC atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100oC. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100oC. Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120-130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.
 
Makanan Lezat 'Makhluk' Bermesin

Makanan Lezat 'Makhluk' Bermesin
Oleh trubus

n

Betapa lezatnya menikmati jagung rebus panas saat melancong ke Puncak, Kabupaten Bogor. Di daerah berketinggian 1.200 dpl itu memang banyak pedagang jagung rebus atau jagung bakar. Setelah biji habis disantap, sampahnya dicampakkan begitu saja. Padahal, klobot alias kulit buah jagung itu dapat diolah menjadi premium sebagai bahan bakar mobil.

Klobot untuk premium? Pemanfaatan jagung sebagai bioetanol untuk mengurangi ketergantungan pada premium. Pada 2010, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan, konsumsi premium nasional bakal mencapai 38,27-miliar liter. Hampir dipastikan lebih dari 20% diimpor. Ironis, padahal Indonesia kaya sumber energi fosil non-BBM, kata Dr Ir Agus Eko Tjahyono MEng, kepala Balai Besar Teknologi Pati, BPPT.

Etanol adalah hasil fermentasi bahan sebelum diolah lebih lanjut menjadi bioetanol pengganti premium. Jagung berpotensi memproduksi etanol lebih baik lantaran rendemennya paling tinggi, 55%. Biaya produksinya pun murah. Untuk menghasilkan satu liter etanol cuma diperlukan 2,5 kg jagung seharga Rp1.000/kg. Proses fermentasinya membutuhkan uap air 3,8 kg seharga Rp304 dan listrik 0,2 kwh (Rp200). Jika harga pekerja dihitung Rp300 per liter, maka biaya produksi etanol per liter hanya Rp3.304.
Tiga jenis

Itu cukup murah jika dibandingkan biaya produksi premium yang mencapai Rp6.300. Apalagi beberapa provinsi berpotensi sebagai penghasil jagung seperti Gorontalo, Sumatera Utara, dan Lampung.

Menurut Andy Gumala, ASEAN business manager PT DuPont, jika etanol diproyeksikan menggantikan 10% konsumsi BBM dalam negeri saat ini, maka dibutuhkan 14,4-juta ton jagung atau setara 3-juta hektar lahan jagung. Investasi jagung relatif rendah ketimbang tanaman lain, hanya Rp3-juta/ha. Bandingkan dengan jarak sebagai bahan biodiesel yang membutuhkan investasi Rp8-juta-Rp9-juta/ha. Konsumsi jagung dewasa ini diutamakan untuk konsumsi manusia dan pakan ternak.

Menurut Karin O Hgren dari Departemen Teknik Kimia, Lund University, Swedia, tak hanya pati jagung yang berfungsi menjadi bahan baku bioetanol. Kulit jagung atau klobot dapat dijadikan bahan utama bioetanol. Klobot mengandung 2 jenis gula yaitu glukosa dan silosa yang diperoleh dengan merebus awal lalu dihidrolisis. Selanjutnya biarkan ragi roti Saccharomyces cerevisiae bekerja. Hasilnya, 20% etanol.

Jagung yang kaya serat cuma salah satu bahan bioetanol. Menurut Dr Tatang H Soerawidjaja dari Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, ada 3 kelompok bahan baku etanol alami yaitu nira bergula, pati, dan bahan serat alias lignoselulosa. Semua bahan baku etanol itu mudah didapatkan dan dikembangkan di Indonesia karena negara ini memiliki lahan luas dan subur.

Tebu mengandung gula sehingga mudah diproses menjadi bioetanol. Satu ton tebu mampu menghasilkan 70-90 liter etanol. Bagas (sisa batang tebu yang diperas airnya, red) dan daun keringnya juga harus digunakan, kata Yahya Kurniawan, periset Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Dari bagas tebu bisa diperoleh 27-33 liter etanol/ton tebu dan daun keringnya menghasilkan 11-16 liter etanol/ton.

Menurut Prof Goeswono Soepardi, mantan direktur P3GI, beberapa jenis tebu genjah seperti jatimulyo dan mlale berproduksi rata-rata 75 ton/ha. Artinya, setiap hektar lahan tebu menghasilkan tebu setara dengan 750 liter bioetanol. Dengan perhitungan seperti itu, tebu bisa menjadi andalan bahan baku bioetanol di masa depan.

F.A. Agblevor dari Department of Biological Systems Engineering, Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, Amerika Serikat, memanfaatkan kulit dan biji kapas sebagai bahan baku etanol. Sebelum diproses, limbah kapas didiamkan lebih dari 1 bulan hingga melunak. Maksudnya agar kandungan silosa, manosa, galaktosa, dan glukosa meningkat. Dari satu ton limbah kapas dituai 360 liter etanol.
Merang

Bahan baku etanol lain adalah limbah pertanian merang padi. Menurut penelitian Seung Do-Kim dari Department of Chemical Engineering & Materials Science, Michigan State University, Amerika Serikat, satu kilogram merang menghasilkan 0,28 liter etanol. Merang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Honda Motor telah memanfaatkan etanol asal merang pada awal 2006.

Penelitian bioetanol berbahan tomat apkir dilakukan oleh I Del Campo dari Biomass Energy Department, CENERNational Renewable Energy Centre, Spanyol. Tomat mengandung 50,20% gula. Setelah fermentasi menghasilkan 18% etanol. Biomass Resources Corp di Amerika Serikat mengembangkan etanol dari ekstraksi limbah pabrik nanas. Selain 20% bioetanol, perusahaan itu memproduksi hasil samping berupa enzim bromelain, silitol, dan protein yang nilainya tinggi.

Umbi ubijalar juga pantas dilirik. Menurut Dr Tatang H Soerawidjaja, 1.000 kg ubijalar menghasilkan 150-200 kg gula. Dengan proses fermentasi lanjutan menghasilkan 125 liter bioetanol. Itu berarti rendemen ubijalar 12,5%. Potensi lain dimiliki oleh sagu yang memilki rendemen 9%. Dari 1 ton sagu dihasilkan 120-160 liter gula atau 90 liter etanol.

Singkong atau ubikayu paling berpotensi sebagai bahan bioetanol. Hanya dengan memfermentasi 7 kg singkong, satu liter bioetanol dapat dituai dengan biaya produksi Rp2.400. Itu berarti ongkos produksi jauh di bawah harga premium, Rp4.500 yang hingga saat ini masih disubsidi sebesar Rp1.800/liter. Kerabat karet itu dapat tumbuh di lahan kritis dan resisten terhadap penyakit. Singkong dipanen setahun setelah penanaman. Produksi ubikayu Indonesia mencapai 104.136 ton dari luas panen 9.198 ha pada 2004.

Untuk mensosialisasikan program penggunaan bioetanol, Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) memiliki pabrik pembuatan bioetanol di Desa Sulusuban, Bandar Jaya, Lampung Tengah. Pabrik itu mengolah 50 ton singkong menjadi 8.000 liter bioetanol/hari. Pasokan bahan baku diperoleh kebun milik Balai seluas 700 hektar dengan tingkat produktivitas 25-30 ton/hektar.

Proses produksi etanol sangat mudah, tak perlu investasi alat mahal (baca: Mengebor Bensin di Kebum Singkong, hal 150). Dengan keanekaragaman hayati amat tinggi, Indonesia punya banyak pilihan untuk memproduksi biopremium.
 
Cara Agus Jarangkan Jati

Cara Agus Jarangkan Jati
Oleh trubus




1. Seluruh areal dibagi dalam 20 petak dengan luas masing-masing berukuran 0,1 ha atau 1.000 m2. Pilih 2 petak secara acak untuk menggambarkan kondisi seluruh petak.

2. Pilih 10 pohon dari masing-masing petak.

3. Hitung jumlah populasi, tetapi tidak menyertakan yang berukuran kecil. Berikan nomor urut pada masing-masing batang. Ukur rata-rata tingginya. Sebagai contoh, tinggi rata-rata pohon di lahan pertama Agus 14,9 m. Sedangkan di kebun lain 13,8 m.

4. Dari tinggi rata-rata dan umur pohon, tentukan bonita tanah dengan melihat tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Di lahan 1, tinggi pohon rata-rata 14,9 m dan berumur 10 tahun, termasuk bonita III, lahan ke 2, bonita II. Jumlah pohon yang ditebang tertera pada table Wolff von Wulfing paling kanan. Petak 1 dengan total populasi 160 pohon dan yang tetap hidup 92 pohon berdasarkan bonita III, maka ada 68 pohon jati yang harus ditebang. Sedangkan petak 2, dengan populasi 185 pohon dan kategori bonita II hanya boleh dihuni 154 pohon. Oleh karena itu, 34 pohon harus ditebang.
 
Tinggi Permintaan Terganjal Pasokan

Tinggi Permintaan Terganjal Pasokan
Oleh trubus


Faisal memperoleh gaharu berkualitas super dari para pengumpul di Papua dan Kalimantan. Masing-masing daerah memasok rata-rata 10 kg per bulan. Gaharu berkualitas super berwarna cokelat kehitaman, bentuknya keras seperti batu, dan kadar kayu sangat rendah.

Pengusaha gaharu sejak 26 tahun lampau itu juga menampung hasil buruan para pengumpul di Nusa Tenggara Barat. ?Namun, hasil perburuan lokal kebanyakan berkualitas rendah, ? ujarnya. Harganya Rp30.000 - Rp50.000 per kg. Gaharu-gaharu itu dijual ke Timur Tengah dan pengumpul-pengumpul besar dari Jakarta. ?Mereka datang sendiri ke sini, ? ujar Faisal.

Tak terbatas
Menurut Faisal, permintaan gaharu tak terbatas. Para eksportir asal Jakarta dan Jawa Tengah sanggup menampung hingga 1 -2 ton setiap bulan. Namun, untuk mencari gaharu sulitnya minta ampun. Ia harus bersaing dengan para pengumpul dari Jakarta yang berburu langsung di NTB. Oleh sebab itu, berapa pun jumlahnya yang dibawa, pasti ia beli.

Wajar jika CV Aroma yang sudah sejak 1995 bermain gaharu hanya bisa mengirimkan rata-rata 4 ton per tahun ke Singapura. Dari jumlah itu, 15%setara 600 kg, di antaranya berupa gubal mutu AB dan selebihnya kemedangan. Padahal, Singapura membutuhkan 130 ton gubal per tahun.

Menurut Syasriwirzal dari CV Aroma, gubal dan kemedangan itu diperoleh dari hasil perburuan di hutan-hutan Riau. Rp4-juta dan Rp200. 000/kg. Total laba yang diraih Rp1, 2 miliar per tahun.

Menurut M Faisal Salampessy, ketua Asosiasi Pengusaha Eksportir Gaharu Indonesia (Asgarin), tujuan ekspor potensial selain Timur Tengah dan Singapura adalah Taiwan. ?Permintaan Taiwan mencapai 300 -350 ton per tahun. Pada 2003 baru terealisasi 12,5 ton,? tutur pria kelahiran Ambon itu. Di sana, gaharu digunakan untuk membuat hio. Permintaan Hongkong pun merangkak naik, pada 2001, hanya 500 kg per tahun, meningkat pada 2003 hingga 4 kali lipat yaitu 2 ton/tahun.

Harga melambung
Sayang, tingginya permintaan ekspor tidak bisa terpenuhi. Penyebabnya, selain produksi gubal terbatas, juga terganjal kuota. Pembatasan ekspor diberlakukan karena keberadaan anggota famili Thymeleaceae itu di hutan kian menipis akibat perburuan yang makin marak. Bijinya yang amat keras sulit berkecambah di alam sehingga populasinya terancam punah. Belum lagi induksi cendawan di alam amat lambat.

Oleh sebab itu, Conference of Parties (COP) Convention on International Trade of Endangered Species Wild Flora dan Fauna (CITES) IX di Florida, Amerika Serikat, mencantumkan gaharu Aquilaria malaccensis dalam Appendix II karena terancam punah. Menindaklanjuti keputusan itu, Departemen Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) membatasi jumlah penjualan gaharu alam -bukan budidaya - di dalam maupun luar negeri.

Dari tahun ke tahun, kuota ekspor gaharu semakin menurun. Pada 2000, kuota jenis A. filaria sebanyak 200 ton dan A. malaccensis 225 ton per tahun. Pada 2005 kuota anjlok masing-masing menjadi 125 ton dan 50 ton. Akibatnya, banyak eksportir yang mengeluhkan kuotanya habis, meski belum genap setahun. Pada Oktober 2005, CV Aroma terpaksa menghentikan ekspor karena kuota sebanyak 4 ton sudah terpenuhi.

Akibat tingginya permintaan dan kurangnya pasokan, wajar jika harga terus melambung. Pada 1980 ketika Faisal mulai menekuni bisnis gaharu, harga gubal kelas super hanya Rp80. 000 per kg. Pada 1993, Faisal mengekspor 1 -2 ton gaharu ke Singapura dengan harga rata-rata US$50/kg per kg atau setara Rp100.000 (kurs saat itu Rp2.000 per US$, red). Sayang, ekspor terhenti akibat pasokan seret. Saat krisis moneter 1997, harga melambung menjadi Rp3-juta -Rp5-juta. Pada 2000, harga gaharu makin meroket hingga Rp10-juta/kg.

Dikembangkan
Salah satu cara memenuhi peluang ekspor adalah dengan budidaya dan teknik inokulasi gubal gaharu. Gubal hasil budidaya terbebas dari ketentuan kuota. Menyadari hal itu, pada 1993, Faisal membeli lahan 2 hektar di Desa Kekait, 8 km dari kota Mataram, NTB. Lahan berketinggian 700 m dpl itu ditanami gaharu jenis A. malaccensis dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Total populasi 1. 800 pohon. Faisal memilih bibit 30 -40 cm yang seluruhnya diambil dari alam.

Setelah diameter batang berukuran 10 cm, umur 5 -8 tahun, batang pohon dilukai dengan cara dipaku untuk mempercepat produksi gubal. Namun, hingga saat ini ia belum memanennya. ?Mungkin tahun depan baru dipanen biar kualitasnya lebih bagus,? ujar pria 56 tahun itu.

Yang juga membudidayakan gaharu adalah H Muhid Ramli, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Mataram. Pada 1996, ia menanam 200 -300 gaharu di kebun sekitar rumahnya di Kelurahan Sayangsayang, Mataram. Namun, karena tidak dirawat secara intensif, kini hanya tersisa 100 pohon, selebihnya mati. Ketika berumur 7 tahun, Muhid bekerjasama dengan Dr Parman, ahli gaharu di Lombok, mencoba inokulasi cendawan penghasil gubal pada 30 -40 pohon miliknya.

Pada Februari 2006, pria 62 tahun itu memanen gubal dari 6 pohon hasil inokulasi. Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil bagian batang yang bergubal, tidak ditebang seluruhnya. Dari keenam pohon, Muhid mengumpulkan sekitar 20 kg gubal. Namun, malang bagi Muhid. Gubal hasil budidayanya hanya dihargai Rp30.000 per kg atau total Rp600. 000 oleh pengumpul. ?Padahal, biaya untuk mengeroknya saja sudah Rp300.000 per pohon,? keluhnya. Rendahnya harga jual itu lantaran permainan pengepul.

Budidaya gaharu juga membutuhkan waktu lama. ?Minimal 7 -8 tahun baru dipetik hasilnya, ? ujar Faisal Salampessy. Hingga panen, memerlukan modal besar. Menurut Amiruddin, dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Negeri Mataram, untuk sehektar lahan dengan populasi 800 pohon, diperlukan biaya Rp92-juta hingga gubal siap panen pada umur 8 tahun. ?Sebaiknya berkebun gaharu bukan sumber penghasilan utama, tapi sebagai investasi, ? ujar Faisal Salampessy. Yang pasti harga jual terus membumbung diikuti oleh tingginya permintaan. Dengan 2 hal itu harapan pekebun meraup laba amat terbuka.
 
Cepat Hasilkan Papain Berkualitas

Cepat Hasilkan Papain Berkualitas
Oleh trubus


Mesin pembekuan getah pepaya - populer sebagai papain - itu direkayasa oleh Yohannes Slamet Widodo, dan Suwondo produsen di Salatiga, Jawa Tengah. Prinsip utama mesin pengering-beku adalah sublimasi, perubahan bentuk dari padat manjadi gas. Sublimasi terjadi jika molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan diri dari ikatan molekul lainnya. Mesin liofi lisasi - nama lain proses pengeringan-beku - terdiri atas ruang penyimpanan yang di dalamnya tersusun rak.

Ruang dan pompa vakum dihubungkan oleh sebuah pipa. Radiator energi untuk mempercepat proses sublimasi terdapat pada ruang itu. Nah, lateks pepaya yang akan dikeringkan, dimasukkan ke sebuah rak. Setelah pintu tertutup rapat, alat pendingin diaktifkan. Suhu ruang menurun hingga ?50o C sehingga getah membeku. Pompa vakum segera menyedot udara di ruang pengering bertekanan udara 0,06 atm.

Pada saat bersamaan, radiator energi juga diaktifk an. Saat itulah, air yang sudah berbentuk kristal mengalami proses sublimasi. Tekanan udara sangat rendah menyebabkan kristal es berubah menjadi uap air. Energi berupa udara panas itu melecut molekul uap air untuk melepaskan diri dari molekul papain yang mengikatnya. Mesin vakum menyedot uap air dan membuang ke luar ruang penyimpanan melewati alat pendingin.

Di sana uap air terkumpul dan berubah menjadi butiran es. Getah pepaya itu kini hanya tinggal butiran-butiran putih kekuningan. Teksturnya sangat rapuh. Sebab, kadar airnya hampir nihil. Dengan kadar air 0%, crude papain dalam bentuk granular itu mampu bertahan 2 tahun pada suhu kamar. Dari sekilo getah pepaya, dihasilkan 800 g crude papain . Kemudian dikemas dalam botol dengan takaran 0,5 kg per botol.

Sempurna
Menurut Dra Susilawati MSi, dosen Biokimia Departemen Kimia Universitas Indonesia, freeze drying memiliki banyak kelebihan. Aktivitas sel bahan yang dikeringkan kondisinya relatif sama seperti saat sebelum dikeringkan. Ia pernah menggunakan teknik itu untuk mengawetkan sel tumor. Pendapat itu dibenarkan Dr Astu Unadi MEng, perekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.

?Freeze drying adalah alat pengering yang paling sempurna, ? ujar Astu. Sayang, mesin ini harganya mahal. Harga sebuah mesin freeze drying kapasitas 1 m 3 yang dipasarkan oleh The VirTis Company di New York, Amerika Serikat, mencapai US$15.900 setara Rp150-juta. ?Karena mahal, hanya produk yang bernilai ekonomis tinggi yang diolah dengan alat ini, salah satunya papain,? tambah Astu.

Pengeringan-beku papain merupakan teknologi baru di Indonesia. Selama ini pengolahan papain dengan mengeringkan lateks di bawah sinar matahari. Menurut Slamet cara itu bisa mengurangi aktivitas enzim proteolitik papain hingga 70%. Enzim itu berkhasiat memecah protein menjadi asam amino. Itu senada dengan pendapat Dudung Muhidin BSc, mantan peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Papain yang dikeringkan dengan sinar matahari bermutu rendah. Sebab, pengeringan selama 6 -7 jam itu membuat getah rentan terkontaminasi bakteri dan cendawan. Selain itu, kontak langsung dengan udara menyebabkan senyawa fenolik pada enzim teroksidasi. Akibatnya aktivitas proteolitiknya berkurang. Warna crude papain yang dihasilkan juga kekuningan.

Tinggi
Dengan riset sederhana Slamet membuktikan, aktivitas enzim pengeringan beku tetap tinggi. Ia melarutkan 1 g papain kasar -hasil pembekuan - dengan 100 ml air bersih, lalu dijernihkan dengan sentrifugal. Di wadah lain ia melarutkan 12 g susu bubuk dalam 100 ml air bersih. Sepuluh ml larutan susu dimasukkan ke tabung reaksi. Tabung itu dipanaskan pada suhu 40oC.

Kemudian 0,1 - 1 ml larutan papain jernih ditambahkan ke dalam larutan susu yang ada dalam oven. Kedua bahan itu digoyang perlahan. Hitung waktu sejak penambahan enzim hingga terjadi gumpalan dengan stopwatch. Waktu yang tercatat dihitung dengan rumus, dan muncullah angka aktivitas enzim dalam satuan unit per mg. Semakin cepat terjadi gumpalan, semakin tinggi aktivitas enzim. Slamet mencatat aktivitas enzim papainnya 14.000 international unit (IU)per mg.

Jumlah itu sangat fantastis. Pasalnya, melampaui kadar aktivitas yang disyaratkan importir asal Afrika yang hanya 3.200 IU/mg. Asisten peneliti kepala Laboratorium Bioteknologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga itu membuat mesin untuk memenuhi permintaan importir di Afrika. Sang importir meminta 35 ton crude papain dalam bentuk kering-beku per tahun. Tujuannya agar kandungan enzim proteolitik papain tetap stabil.

Mereka membeli papain dengan aktivitas enzim 1.600 - 3.200 IU per mg seharga US$190 setara Rp1, 8-juta per kg. Meski begitu pengeringan dengan mesin beku, tidak menjamin kualitas papain. ?Tergantung kualitas getah yang diterima dari petani, ? ujar Slamet. Oleh karena itu, sebelum disadap buah dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya agar tidak tercemar bakteri dan cendawan. Pisau toreh berbahan nonlogam atau logam tak berkarat. Kontak antara logam dengan getah dapat menurunkan aktivitas enzim.
 
Laba di Balik Luka

Laba di Balik Luka
Oleh trubus


Untuk mendapatkan bahan baku, Tofan mengebunkan pepaya di Ploso, Kediri, Jawa Timur. Lahan seluas 2 ha berpopulasi 4.000 tanaman berjarak tanam 2 m x 2,5 m. Alumnus Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu menggunakan bibit berumur 3 bulan. Enam bulan kemudian, buah pepaya siap toreh hingga berumur 3 tahun. Sebatang tanaman berumur 9 -10 bulan terdapat 30 buah pepaya siap toreh. Dalam sebulan, hanya 250 tanaman yang siap sadap. Sebab, penanaman bertahap sehingga umur tanaman berbeda-beda.

Interval penorehan 5 hari sekali atau 5 kali selama 25 hari. Hasilnya 2 kg getah pepaya per tanaman selama 25 hari atau total jenderal 500 kg untuk 250 tanaman. Setelah diproses, getah itu menghasilkan papain kasar. Lantas, porsinya dibagi untuk ekspor ke Taiwan, pengiriman sampel ke berbagai tempat, dan pembuatan pelunak daging untuk memasok pasar lokal.

Kirim sampel
Dari 500 kg getah itu diolah menjadi crude papain (CP)alias papain mentah dengan pengeringan pada suhu 57,5 -60o C. Hasilnya, 100 kg CP. Menurut Tofan biaya produksi untuk menghasilkan 1 kg CP hanya Rp250.000. Itu sudah memperhitungkan sewa lahan, tenaga kerja, perawatan, panen, dan investasi. Papain mentah itulah yang diekspor ke Taiwan dengan volume rutin 20 kg per bulan.

Selebihnya?Pria 35 tahun itu mengirimkan 20 kg sampel ke berbagai importir dan perusahaan di dalam negeri. Sisa 60 kg ia kembangkan untuk pasar dalam negeri. Memang pasar ekspor (ke Taiwan)masih terbuka lantaran meminta 60 kg. Namun, Tofan memilih mencari pasar lain karena perdagangan dengan Taiwan kadang banyak kendala.

Pengiriman sampel dilakukan Tofan rutin setiap bulan sejak 2 tahun lalu seperti ketika ia memulai usaha papain. Begitulah cara Tofan membuka pasar ekspor. Hasilnya memang belum kelihatan, tapi ia yakin suatu ketika pasar ekspor dapat ditembusnya. Pasar Taiwan diperoleh setelah ia mengiklankan produknya di sebuah situs. Dalam waktu 30 hari penawaran datang.

Ia juga memasarkan rata-rata 60 kg CP sebagai pengempuk daging di pasar domestik. Selain berbahan CP, Tofan menambahkan tepung jagung, garam, dan dektrosa untuk membuat pengempuk daging. Dalam 1 kg pengempuk daging, ia hanya memerlukan 1 ons CP, 9 ons lain berupa bahan-bahan tadi.

Artinya dalam sebulan ia sanggup memasarkan 600 kg pengempuk daging ke berbagai pasar swalayan. Ia memperoleh harga Rp10. 000 per 7, 5 gram pengempuk daging -setelah dicampur dengan bahan lain. Laba yang ditangguk dari perniagaan pengempuk daging itu sekitar Rp1.300.000 per bulan.

Ia juga pernah mengekspor papain ke India dan Jepang selama 6 bulan. Volume ekspor masing-masing 20 kg per bulan dengan harga US$60. Harga itu lebih tinggi dibanding yang diterima produsen papain di Cina dan India. Mereka hanya menerima harga US$35 - US$$45. Sebab, nilai proteolitik papain produksi Tofan lebih tinggi, 1.500 -3.000 U/gram. Sedangkan nilai proteolitik papain India dan Jepang hanya 1.250 U/gram.

Semakin tinggi nilai proteolitik, kian cepat papain memecah protein sehingga harganya pun lebih mahal (baca:Getah Sejuta Manfaat , halaman 136 -137). Sayang, Jepang dan India menghentikan permintaan. Ia tak tahu penyebabnya karena transaksi dilakukan seorang perantara di Surabaya. Setahun lalu importir Cina minta pasokan rutin 2 ton/bulan. Tofan menolaknya karena getah pepaya, bahan baku papain, sulit didapatkan. Belum banyak pekebun yang menoreh buah.

Di Kediri, yang jadi sentra pepaya, paling hanya 4 orang, kata ayah satu putri itu. Harap mafhum, informasi getah papain jarang didengar petani. Ketika Trubus menyusuri sentra pepaya di Leles, Kabupaten Garut, banyak pekebun yang belum mengenal papain. Di sana pepaya dipetik mengkal untuk diolah menjadi manisan. Dengarlah pertanyaan seorang pekebun kepada Trubus, Batangnya yang disadap?

Ditinggal inti
Tak semua pekebun seberuntung Tofan. Rekannya Eko Sumaryanto malah kesulitan memasarkan papain. Awal 2005 Eko membeli 250 kg getah pepaya dari beberapa pekebun senilai Rp10-juta. Saat itu Eko meneken kontrak dengan sebuah perusahaan. Isinya: perusahaan itu akan membeli CP produksi Eko. Namun, apa lacur, setelah getah diolah - menjadi 50 kg crude papain -, perusahaan itu memutuskan kontrak. Eko akhirnya mengolah CP menjadi beragam produk seperti pengempuk daging, sabun, dan krim pencuci wajah. Pengempuk daging dikemas dalam botol 75 gram, dipasarkan dengan harga Rp6.000.

Hingga medio Februari 2006 -setahun setelah ia memulai usaha papain -, ia memasarkan 15. 000 botol. Saat ini penjualan rata-rata 2. 000 botol pengempuk daging per bulan. Produk itu memberikan omzet Rp12-juta atau laba bersih Rp6-juta per bulan. Konsumen pengempuk daging adalah pasar swalayan di Jakarta, Surabaya, dan Bali.

Sedangkan untuk produk kosmetik, hingga Februari 2006, Eko memasarkan 500 botol, sebagian besar krim wajah, yang harganya Rp15.000 - Rp20.000.

Omzet yang diraih Eko dari penjualan kosmetik berbahan papain itu sekitar Rp7, 5-juta. Keuntungannya lebih besar daripada pengempuk daging, ujar Eko. Itulah sebabnya pria 37 tahun itu berniat melanjutkan bisnis papain itu lantaran pasar dalam negeri mulai terkuak. Sementara pasar ekspor terbentang luas. Setidaknya itulah pengakuan Edy Nugraha, produsen papain di Bandung, Jawa Barat.

Bermitra
Sejak 2 tahun lalu, Edy Nugraha rutin memasok 1 ton CP ke Belgia. Padahal permintaan mereka mencapai 5 ton per bulan, kata sarjana agribisnis alumnus Institut Pertanian Bogor. Trubus sempat mengirimkan surat elektronik kepada Petrik Deprez, importir Belgia yang rutin membeli papain produksi Edy. Sayang, hingga tulisan ini diturunkan jawaban itu belum datang.

Edy bermitra dengan beberapa pekebun pepaya di Sukabumi, Jawa Barat. Dari merekalah -total luas lahan 60 ha - kelangsungan bisnis Edy berlanjut hingga sekarang. Pekebun menyetor getah - harga jual saat ini Rp7. 000 per kg - kemudian diolah oleh Edy dengan natrium bisulfit. Biaya produksinya termasuk pembelian getah hanya Rp8. 000/kg, kata Edy. Setelah diblender, produk itu diserahkan kepada importir.

Nilai proteolitik papain Edy jauh di bawah Tofan, 300 -700 IU, karenanya harganya jauh lebih rendah. Ia menjualnya US$6 per kg untuk grade 300 -500 U/gram, sedangkan di atas 500 U/gram seharga US$12. Menurut Edy, papain produksinya dimurnikan kembali oleh Enzybel, perusahaan papain di Belgia. Dengan volume rata-rata 1 ton, laba yang diraihnya Rp49-juta per bulan. Edy mengatakan, selain dari Belgia, permintaan juga datang dari importir asal Amerika Serikat yang mencapai 40 ton per minggu. Sayang, produksinya belum memadai.

Edy mengendus peluang bisnis papain pada 4 tahun lalu. Saat itu ia bermitra dengan pekebun pepaya buah. Ia lantas mengubah orientasi bisnisnya begitu mengetahui margin papain lebih tinggi ketimbang pepaya buah. Empat tahun silam, harga sekilo pepaya di tingkat pekebun Rp150. Bobot sebuah pepaya rata-rata 3 kg sehingga total harganya Rp450. Tanpa pengalaman sebelumnya, ia megolah getah pepaya dengan microwave yang biasa digunakan ibunya untuk membuat kue.

Wajar jika mutu papain yang dihasilkan saat itu amat rendah. Warnanya kecokelatan sehingga kerap ditolak oleh importir. Saya orangnya tak gampang menyerah. Sudah saya jalani harus saya tuntaskan, katanya. Setelah beberapa kali mutu sampel ditingkatkan, pasar ekspor dapat diraih.

Lebih untung
PT Prime Agrotama Niaga (PAN) juga tengah merintis pasar ke Singapura. Twin Food, eksportir daging di negeri jiran, rencananya membutuhkan 10 ton papain per bulan. Untuk sementara PAN bermain di pasar domestik dengan memasok pengempuk daging di beberapa pasar swalayan. Wedy Aksana, direktur PAN mengatakan, penjualan rata-rata 2.000 dus per bulan. Sebuah dus terdiri atas 40 botol dengan volume 72 gram.

Sebagian produsen, memang menikmati laba berlimpah dari perniagaan papain. Pasar terbentang dan harga jual tinggi ketimbang jika memasarkan pepaya sebagai buah konsumsi. Lihatlah H Ota Rohata, pekebun pepaya buah di Sukabumi. Dari 1. 600 tanaman per ha, ia menuai 96 ton selama 1 tahun penanaman. Ia menjual ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Rp500 per kg. Artinya, total pendapatannya Rp48-juta. Setelah dikurangi biaya produksi Rp16.250.000, ia mengantongi laba bersih Rp31.750.000.

Dengan demikian mengebunkan pepaya untuk disadap jauh lebih menguntungkan. Apalagi prospeknya memang aduhai. Kini keputusan di tangan Anda:memetik atau menyadap buah.
 
Sebelum Kesegarannya Dinikmati

Sebelum Kesegarannya Dinikmati
Oleh trubus


Kabut membalut Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung,siang itu. Langit seperti tak jera mengguyurkan gerimis sepanjang hari. Dingin menusuk-nusuk sumsum belulang. Di bangunan seluas setengah lapangan sepakbola kehangatan amat terasa. Sumbernya adalah jilatan lidah api dari bongkahan batubara di dasar tangkai ?seukuran tangki minyak tanah. Di atas bara itulah daun-daun teh segar dilayukan dalam beberapa menit.

1. Semula daun-daun teh hasil panen sore kemarin di hamparkan di lantai bersih.Dalam sehari H Nana Yustiana, produsen teh di Ciwidey,Kabupaten Bandung,mengolah hingga 6 ton. Sebagian besar diperoleh dari lahan sendiri seluas 100 ha di Cibeber, Ciwidey, berketinggian 1.250 m dpl. Khusus teh jabokita, klon unggul asal Jepang,seluas 12,5 ha.

2. Daun-daun teh segar itu dimasukkan ke dalam tangki yang bagian bawahnya terdapat nyala batubara. Selama melewati tangki sepanjang kira-kira 3,5 meter daun-daun itu dibolak-bolak secara otomatis.Kadang-kadang di atas, kemudian di bawah, begitu terus hingga di ujung tangki dan daun segar itu kini layu. Nana Yustiana mempunyai 2 mesin pelayuan. Sebuah mesin mampu melayukan 600 kg pucuk per jam.

3. Keluar dari ujung tangki, daun-daun itu naik ban berjalan menuju mesin berikutnya. Nana menyebutnya mesin gelebeg. Bentuknya keranjang segi enam,panjang 4 m,dan permukaannya terbuat dari kawat ram kokoh. Mesin itu berfungsi mendinginkan daun teh pascapelayuan. Alat itu terus berputar, mengantarkan daun-daun teh dari ujung yang satu ke ujung yang lain.Di sana hanya terdapat sebuah mesin gelebeg.

4. Setelah diputar-putar, daun-daun itu kemudian masuk ke mesin penggulung.Bentuknya berupa drum-drum stainless steel - jumlahnya 3 buah - berdiameter 1 m. Harga sebuah mesin Rp25-juta. Drum-drum itu terus berputar untuk menggulung daun hingga bentuknya keriting. Dalam satu proses selama 20 menit,sebuah mesin mampu menggulung kapasitas 100 kg pucuk yang sudah layu.

5. Teh-teh itu berpindah ke mesin pengering ball tea untuk menurunkan kadar air. Dengan begitu cendawan tak tumbuh ketika teh disimpan. Nana mempunyai 8 mesin pengering yang masing-masing seharga Rp30-juta. Teh dimasukkan ke dalam mesin selama 15 menit dan ketika keluar dalam kondisi kering.Sumber panas batubara yang memberikan suhu 150oC.

6. Dengan kadar air serendah itu,kualitas teh-teh itu mampu bertahan hingga setahun.Dari sekitar 6 ton daun teh segar yang diolah setiap hari,Nana memperoleh sekitar 1,5 ton teh kering. Produksi itu dipasok ke beberapa pabrik teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Harga jual teh jabokita Rp40.000 dan teh biasa Rp7.500 per kg kering. Pabrik teh hanya tinggal mengemas dan atau menambahkan aroma tertentu seperti melati. Dari pabrik itulah akhirnya kita dapat menikmati kesegaran teh
 
Satu Biji Tiga Minyak

Satu Biji Tiga Minyak
Oleh admin


Mesin itu terdiri atas 4 unit. Unit pertama berupa mesin pengupas tempurung biji sekaligus penggiling daging biji. Tiga mesin berikutnya: pengempa, esterifikasi, dan transesterifikasi. Rantai proses mesin bikinan Sudradjat memang lebih panjang. Mesin pengolah biji jarak yang tersedia di pasaran, umumnya terdiri atas 2 proses: pengempaan dan esterifikasi. Harga ke-4 unit mesin bikinan doktor Bioteknologi alumnus State University of Ghent, Belgia, itu Rp150-juta.
Sudradjat menganjurkan, mesin itu dibeli secara patungan melalui kelompok tani beranggotakan minimal 10 petani. Jika harga minyak kurkas Rp4.000/liter, dalam setahun kelompok itu meraup omzet Rp140-juta. Harga biji jarak menyedot biaya hingga 70—80% dari total biaya produksi. Oleh karena itu keuntungan maksimal diraih jika biji dipetik dari kebun sendiri. Dengan menanam 20 hektar, dalam 2 tahun modal akan kembali. Inilah tahapan pengolah biji jarak menjadi 3 jenis minyak.

Sebelum diolah biji jarak dikukus secara manual. Lama pengukusan 1 jam dan menjadikan biji tampak kusam. Sebelum dikukus biji jarak lebih mengkilap. Kemudian biji siap dikupas dengan memasukkannya ke tabung mesin pertama. Sekali proses daya tampung mesin pengupas 10 kg biji. Sehari bisa mengupas 200 kg. Dalam waktu 15 menit, kulit biji yang keras akan dipisahkan dari daging yang putih. Tempurung dan daging biji akan keluar melalui jalur masing-masing. Daging biji itu kemudian digiling menjadi butiran kecil di mesin yang sama. Mesin berbahan stainless steel itu digerakkan mesin diesel bertenaga 7,5 tenaga kuda.

Hasil gilingan daging biji kemudian dikempa dengan kekuatan tekanan 20 ton selama 15 menit. Proses kempa menggunakan sistem ulir. Daging biji ditampung di sebuah wadah lalu lempengan stainless steel berdiamaer 40 cm ditekan kuat-kuat untuk mengepres daging biji. Pada waktu bersamaan daging biji itu dipanaskan hingga suhu 60oC. Sumber panas pada mesin dari listrik atau kompor minyak. Tujuan pengempaan dan pemanasan untuk merangsang biji mengeluarkan minyak.
Dengan 3 kali kempa, 1 kg biji menghasilkan 481 g crude jatropha oil (CJO) alias minyak mentah. Artinya untuk menghasilkan 1 kilo minyak diperlukan 2,2 kg biji kering. Minyak mentah hasil pengempaan berwarna cokelat tua dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor untuk mensubtitusi minyak tanah. Sebaiknya tidak menggunakan 100% CJO sebagai bahan bakar, cukup 30—50%. Musababnya, minyak jarak terlalu kental, viskositasnya 49 cSt. “Minyak tidak akan diserap sumbu jika terlalu kental,” ujar Sudradjat.

Minyak mentah itu diolah lagi dengan teknologi esterifikasi. Pada tahap itu asam lemak diubah menjadi metil ester. Maklum, keasaman minyak jarak mentah sangat tinggi, sekitar 31 mg KOH/g minyak. “Jika minyak mentah langsung dipakai pada mesin, bisa rontok,” ujar Sudradjat. Pada tahap ini, minyak paku kase—sebutan masyarakat Pulau Timor untuk jarak pagar—dimasukkan ke dalam tabung berbahan stainless steel berdaya tampung 50 liter.
Di tabung itu dicampurkan katalis. Katalis itulah yang berperan mengubah asam lemak menjadi metil ester. Volume katalis tergantung jenis yang digunakan. Di dalam mesin, CJO dan katalis otomatis terus diaduk selama 2 jam sambil dipanaskan hingga 60oC. Mesin dilengkapi pengaduk yang digerakkan motor listrik berkekuatan 350—400 watt. Operator cukup mengontrol suhu agar tidak lebih dari 60oC. Setelah diubah menjadi metil ester, bilangan asamnya hanya tinggal 0,6 mg KOH/g minyak. Minyak hasil esterifikasi ini disebut curcas oil atau minyak kurkas.
Minyak kurkas masih menyimpan trigliserida. Kekentalannya masih tinggi yaitu 12 cSt; biodiesel, 6 cSt. Dengan karakteristik itu minyak kurkas belum layak sebagai biodiesel lantaran menghambat kinerja mesin. Faedah minyak kurkas untuk mesin diesel berputaran rendah seperti traktor, genset, dan mesin perahu.

Minyak kurkas itu dimasukkan ke tabung mesin transesterifikasi. Katalis kembali ditambahkan pada minyak itu. Fungsinya untuk mengubah trigliserida yang terkandung dalam minyak kurkas menjadi metil ester dan gliserol. Keduanya dipisahkan dengan katalis. Gliserol sebagai bahan baku sabun; metil ester, biodiesel.
Sekali proses selama 30 menit menghasilkan 100 liter biodiesel. Bilangan asam minyak hanya 0,3. Kekentalan pun sudah sesuai, yaitu 5,9 cSt. Itu artinya, biodiesel jarak bisa dipakai untuk memacu laju mesin kendaraan. Kapasitas produksi mesin bisa menghasilkan 50 liter biodiesel per satu kali proses atau 100 liter per hari
 
Permintan Biji dan Minyak Jarak Tak Terbatas

Permintan Biji dan Minyak Jarak Tak Terbatas
Oleh admin


Johar Wirahadi tak menetapkan standar mutu khusus minyak jarak yang diperlukannya. Asal berupa minyak jarak—yang penting dari biji tua—pasti diterima. Satu liter jatropha crude oil (CJO) alias minyak jarak mentah berasal dari 3 kg biji kering. CJO diperoleh dengan mengepres daging biji kering setelah tempurung terkelupas. Saat ini Johar mematok harga Rp2.500—Rp3.000 per liter tergantung mutu. Kualitas minyak jarak dipengaruhi oleh kadar air dan asam lemak bebas. Yang bermutu top, kadar keduanya kurang dari 1%.
Eterindo bukan satu-satunya perusahaan yang siap menampung CJO tanpa batas. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) juga membuka lebar-lebar pintunya bagi pekebun yang ingin bermitra. Biji yang dihasilkannya akan ditampung RNI. “Berapa pun pasokannya kami siap menerima,” ujar Bachtiar Parmus, kepala Pengembangan Bisnis RNI. Biji jarak dari pemasok akan diolah menjadi minyak mentah pengganti residu bahan bakar minyak (BBM)—minyak bakar yang lebih rendah kualitasnya daripada solar.
Sejak 2003, RNI menggunakan energi nabati berupa daun tebu kering untuk memproduksi gula. Perusahaan itu mengelola perkebunan tebu di Cirebon, Indramayu, dan Pasuruan. Alhasil, pemakaian residu BBM menurun dari 16-juta liter pada 2002, menjadi 15-juta liter pada 2003. Setahun berselang, RNI mencoba serbuk gergajian kayu dan batubara sehingga pemakaian residu BBM pun hanya 12-juta liter. Penghematan yang dilakukan RNI mencapai Rp11,5-milyar. Dengan memakai energi nabati, RNI bisa menekan harga pokok produksi (HPP) gula Rp2.599 per kg, semula Rp3.400.
Sekarang RNI melirik jarak. Harga minyak jarak mentah Rp2.000 per liter, lebih rendah daripada residu BBM. Tak heran jika RNI menargetkan produksi 10-juta liter minyak jarak per tahun untuk memenuhi kebutuhan 10 pabrik gula miliknya. Untuk menghasilkan minyak sebanyak itu, perlu sekitar 2,7-juta ton biji yang diperoleh dari 270.000 hektar lahan. Saat ini baru 39.000 hektar kebun binaan RNI.

Permintaan tinggi
Selain bermitra, RNI juga menanam sendiri di lahan 1.100 hektar yanag tersebar di 3 tempat: Cirebon 350 ha, Subang 150 ha, dan Pasuruan 600 ha. Penghujung tahun lalu hingga awal tahun ini, ia menuai jarak di lahan 88 ha. Populasi per ha mencapai 2.500 pohon yang saat ini berumur 10 bulan—ditanam pada akhir Februari 2005.
Produksi perdana sekitar 0,5—1 ton per ha sehingga total jenderal ia mengangkut 40 ton biji jarak kering (1 kg kering berasal dari 4—5 kg segar). Diperkirakan pohon berbuah serempak pada 2006. Biji-biji itu akan diolah sendiri dengan mesin mutakhir dari Cina berkapasitas 10 ton per hari. Saat ini, RNI memang baru memiliki sebuah mesin di Cirebon, tetapi awal 2006 sebuah mesin didatangkan lagi dan ditempatkan di Subang.
D1 (baca: di wan) Oils, produsen biodiesel dari Inggris kini berekspansi ke Jakarta. D1 Oils dikenal sebagai produsen biodiesel dari kanola yang memasok industri otomotif di Eropa. Untuk mengembangkan usaha, kini mereka membidik Asia Tenggara. Perusahaan yang berdiri pada 2002, membangun pusat pengembangan jarak pagar di India. Di sana, dibangun instalasi pengolahan biodiesel berkapasitas 21.000 liter per hari. Akhir 2006, mereka akan membuat mesin berkapasitas lebih besar hingga 10 kali lipat. Di Indonesia D1 Oils siap menjalin kerjasama. “Kami siap bekerjasama (menampung biji dan minyak, red) dengan produsen jarak pagar di Indonesia,” ujar Alfredo P Torno, senior advisor bussines development D1 Oils Asia Tenggara, ketika ditemui Trubus di Jakarta. Ia sanggup menampung biji, minyak mentah, dan biodiesel, dalam jumlah tak terbatas. Perkara harga, bisa diatur sesuai kesepakatan. Bagi pengusaha yang mengelola 5.000—10.000 hektar lahan, akan ditempatkan satu unit mesin pengolah biodiesel. “Mereka tak perlu membeli, mesin tetap milik kami,” jelas pria asal Filipina itu.
Selain pasar domestik, pasar ekspor juga minta pasokan. Contoh Ahmed Mutar di Jakarta yang kelimpungan melayani tingginya permintaan. Amerika Serikat minta pasokan 100.000 ton minyak per bulan. Demikian juga Rumania, Inggris, dan Perancis yang membutuhkan 300.000 ton per bulan.
Terbukanya pasar biji maupun minyak mentah jarak, membawa angin segar bagi Kodir, pekebun jarak di Bogor, Jawa Barat. Sejak Desember 2005, ia menanam jarak seluas 3 hektar. Diperkirakan 5 bulan ke depan, ia panen perdana. Dengan rata-rata hasil panen perdana 100 kg biji kering per hektar, Kodir bakal menuai 300 kg biji kering. Namun, harga jual kini jadi kendala. Beberapa produsen biodiesel menetapkan harga Rp500 per kg biji kering. Bagi Kodir, harga itu kurang memadai.
Sebab, dengan biaya produksi Rp1.150 per pohon per tahun, produksi biji harus di atas 2,5kg/pohon/tahun agar untung. Jumlah itu dicapai sejak tanaman berumur 3—4 tahun. Menurut Bachtiar, jarak bisa menghasilkan biji kering hingga 5 kg/pohon/tahun pada usia di atas 5 tahun. Untuk itu, mau tidak mau produksi biji harus ditingkatkan. “Kalau bisa, justru harga yang dinaikkan,” kata Kodir.
Jika biji dihargai Rp500 per kg, dengan asumsi hasil biji kering 5 kg/pohon/tahun, maka pekebun akan memperoleh pendapatan Rp6.250.000 per/ha/tahun. Setelah dikurangi biaya perawatan Rp1.875.000/ha/tahun, maka pekebun masih bisa mengantongi Rp4.375.000/tahun atau sekitar Rp365.000 per bulan. Jumlah ini hanya separuh upah minimum regional/provinsi (UMR/UMP) yang bisa mencapai Rp750.000. “Berkebun jarak sebaiknya untuk usaha sampingan,” ujar Bachtiar.
Hal senada dilontarkan Prof Dr Ir H R Sudradjat, MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Menurut Sudradjat, biji jarak juga dapat diolah sendiri untuk keperluan petani sebagai bahan bakar kompor, traktor, dan mesin perahu. “Kami sudah buat alatnya (baca: Satu Biji Tiga Minyak, halaman 130, red),” tegas Sudradjat.

Sarat kendala
Meski pasar biji dan minyak mentah terbuka, bukan berarti bisnis jarak tanpa kendala. Kematangan buah tidak serentak, menyedot banyak tenaga kerja. Tingginya harga mesin pengolah minyak jarak juga jadi hambatan. Untuk mesin pengempa berkapasitas 200 kg per hari, salah satu produsen mesin mematok harga Rp40-juta. Musababnya, produsen mesin belum berpoduksi secara massal. Memang, pekebun dapat berkongsi sehingga lebih ringan.
Saat ini belum ada pekebun yang mengolah sendiri biji jarak. Banyak pekebun yang telah memanen, tapi mereka menggunakan biji untuk perluasan tanam. Pekebun lain menjual biji sebagai benih dengan harga Rp20.000 per kg. Padahal, permintaan industri pengolah biodiesel tinggi. Eterindo, misalnya, membutuhkan pasokan 65.000 liter CJO per hari agar mesin pengolah biodiesel berkapasitas 60 ton/hari bisa berpoduksi efisien. “Sampai saat ini, pasokan masih di bawah 65.000 liter,” ujar Johar.
Meski banyak hambatan, tren penanaman jarak terus membumbung. Di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ory Octavianus gencar menanam jarak. Bersama warga di sana, ia menargetkan 200.000 hektar hingga 2007. Saat ini baru 1.000 hektar yang ditanam. Muhammad Rosyid, pekebun di Penajam, Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur, bekerjasama dengan pemerintah daerah menanam jarak pagar 10.000 hektar.
Hingga saat ini, data luasan lahan jarak belum diketahui. Eko Setiawan SP M.Si, staf Bidang Budidaya Kelompok Kerja Jarak Kamar Dagang Indonesia (Pokja Kadin), memperkirakan luas lahan penanaman jarak pagar akan terus bertambah. Sebab, pengembangan jarak terkait dengan program pemerintah yang akan menanam jarak 10-juta hektar pada 2009.
Soal pasar? Tak perlu gentar. Menurut Bachtiar, setiap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pertamina, RNI, PTPN I—XIII, PLN, Perhutani, dan Inhutani. diinstruksikan untuk menampung biji jarak yang dihasilkan. “Instruksi itu akan dituangkan dalam keputusan presiden,” jelas Bachtiar
 
Sejuta Bibit dari Tangan Ganesa

Sejuta Bibit dari Tangan Ganesa
Oleh admin



Ganesa bertangan empat dikenal penghapus rintangan demi kebajikan manusia. Sekarang saat calon pekebun kesulitan memperoleh bibit jarak, sang Ganesa bekerja keras membuat jutaan bibit dalam waktu singkat. Sri Nanan Widiyanto PhD dari Istitut Teknologi Bandung-perguruan tinggi berlambang Ganesa-menjamin bibitnya yang lahir dari rahim kultur jaringan bebas hama dan penyakit.

Pertamina saja meminta jatah sejuta bibit. Belum lagi permintaan anggota masyarakat yang saat ini demam mengebunkan jarak Jatropha curcas sebagai bahan baku biodiesel. Perbanyakan dengan setek, tak dapat diharapkan. Menurut Dr Ir Theresia Prawitasari, ahli kultur jaringan Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, setiap pohon maksimal hanya dapat diambil 3 setek agar pertumbuhan induk tidak terganggu. Apalagi sekarang populasi induk terbatas.

Biji? Sumber biji juga terbatas, berkompetisi dengan kebutuhan pengadaan minyak, dan tempurung keras sehingga perkecambahan lama. Jalur cepat pengadaan bibit ditempuh Sri Nanan dengan teknologi kultur jaringan. Doktor Botani lulusan Colorado University itu memanfaatkan 2 ruang steril berukuran 6 m x 8 m. Di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Biologi di lantai 4, wanita 48 tahun itu beserta 16 orang asisten menggandakan jarak.

1.

Pohon induk diambil dari tanaman jarak yang tumbuh di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Varietas itu bermutu tinggi, produktivitas mencapai 5 ton per ha ketika tanaman berumur 4 tahun. Biji dari pohon itu disemaikan di media dan tempat yang terjaga sanitasinya. Setelah berumur dua bulan, tanaman siap dijadikan pohon induk kultur jaringan.
2.

Pucuk tanaman induk yang terdapat tunas ketiak dipotong setinggi 5 cm. Seluruh daun dan tangkai dibuang. Sebuah tanaman hanya diambil 2-3 potongan pucuk. Pemotongan dilakukan di Laminar Airflow Cabinet, ruang suci hama yang dilengkapi sinar UV. Hasil potongan itu direndam akuades dalam botol transparan selama 24 jam. Tujuannya untuk menghilangkan getah dan zat lain yang menghambat pertumbuhan tunas.
3.

Setek kemudian dikeluarkan dari botol dan ditiriskan beberapa saat. Setelah tiris, tunas ketiak dipotong dengan pisau tajam yang sudah disterilkan dengan alkohol. Ujung setek dipegang dengan pinset. Pemotongan tunas ketiak itu juga dilakukan di dalam Laminar Airflow Cabinet.
4.

Dengan pinset itu tunas ketiak yang telah dipotong dimasukkan ke dalam botol berisi akuades. Diameter botol 5 cm dan tinggi 10 cm. Dalam sebuah botol terdapat sekiat 10 potongan ketiak daun. Calon generasi baru itu kembali direndam dalam akuades selama 24 jam untuk menghilangkan sisa getah.
5.

Tunas ketiak itu ditempatkan di media kultur jaringan berupa agar-agar berwarna putih. Agar-agar diletakkan di atas botol transparan setinggi 10 cm. Ketebalan media sekitar 2-3 cm. Dalam sebuah botol, Nanan hanya menempatkan satu individu. Botol kemudian ditutup rapat. Botol-botol itu ditempatkan di ruang kultur bersuhu 24oC dan lama penyinaran 16 jam.
6.

Dalam 2-3 pekan tunas ketiak daun itu tumbuh pesat. Tinggi mencapai 4-5 cm, berakar, dan terdapat 2-3 helai daun. Biasanya media tanam habis. Oleh karena itu calon bibit itu dipindahkan ke botol lain dengan pinset. Media di botol baru sama dengan media sebelumnya.
7.

Calon bibit itu dipindahkan ke screenhouse alias ruang kassa. Di sana, jarak ditanam dalam polibag bermedia tanam berupa tanah atau pasir. Ruang kassa berukuran 20 m x 10 m itu menampung 800-1.000 polibag. Di sana tanaman memperbanyak akar selama 1 bulan.
8.

Setelah muncul 4-7 daun, tanaman dipindahkan ke polibag 20 cm x 35 cm. Sekarang bibit pun siap ditanam di kebun. Populasi per ha sekitar 2.500 bibit. Dengan demikian waktu yang dihabiskan untuk melahirkan generasi baru sekitar 3 bulan. Laboratorium Kultur Jaringan ITB mampu menghasilkan sejuta bibit (setara 400 ha) dalam kurun waktu itu.
 
10 Hari Penuh Kejutan di Promosi Hortikultura 2006

10 Hari Penuh Kejutan di Promosi Hortikultura 2006
Oleh trubus


Klik untuk melihat foto lainnya...
Berbarengan dengan dilepasnya simpul pita merah putih oleh Hj Mufidah Yusuf Kalla, Promosi Hortikultura 2006 kerja sama Direktorat Jenderal Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, serta Trubus, resmi dibuka. Tepuk tangan ratusan pengunjung membahana menyambut 10 hari penuh kejutan di pameran paling akbar di penghujung 2006.

Istri orang ke-2 di Indonesia itu-didampingi Menteri Pertanian dan istri-langsung beranjak menuju stan-stan pameran. Wow, saya suka yang merah bertotol, kata Hj Mufidah Yusuf Kalla sambil menunjuk anggrek-anggrek di stan Nabata Flora dengan mata berbinar-binar. Dalam hitungan 20 menit, oncidium, cattleya, dan phalaenopsis berbagai ukuran dan penuh bunga berpindah jadi milik Mufidah.

Di sampingnya Anton Apriyantono tak henti menjepretkan kamera. Selama 2 jam berkeliling pameran yang diikuti 237 peserta stan umum dan 60 Dinas Pertanian seluruh Indonesia itu, sang menteri yang hobi fotografi itu mengabadikan bunga anggrek dan adenium.

Di Museum Purna Bhakti Pertiwi, TMII, pameran yang digelar 23 November-3 Desember 2006 itu penuh kejutan. Tak hanya arena untuk berbelanja, juga tersedia program lomba, kursus, dan seminar hortikultura
 
Sang Ratu Bersemat Dewi Kemurnian

Sang Ratu Bersemat Dewi Kemurnian
Oleh trubus


Alkisah, tersebutlah sebuah pulau apung di bawah air bernama Delos. Ke sanalah hari itu Leto-kekasih Zeus-melahirkan seorang putri cantik. Ia menamakannya Artemis. Dialah sang dewi kemurnian, perburuan, pelindung kelahiran, dan binatang buas.

Terinspirasi kisah dalam legenda Yunani itu, Liony Handayani, putri kedua Syahrial Usman-kolektor di Pekanbaru, Riau-menyematkan nama sang dewi pada aglaonema koleksi terbaru sang ayah. Sebutan artemis dipadukan dengan nama panggilannya, Liony. Jadilah siamese rainbow itu berjuluk artemis liony. Sosok anggota famili Araceae itu kompak dengan jarak antarruas daun pendek. Bentuk daun elips. Penampilannya cantik dengan perpaduan warna hijau, jingga, dan merah.

Koleksi lain ialah sunflower, fransesca, lavira, red metalic, dan red jaya. Yang disebut pertama, bersosok rimbun dan daun menyebar ke segala arah. Mirip seperti mahkota bunga matahari. Dari situlah Ayang-sapaan Syahrial Usman-menyematkan nama sunfl ower. Paduan warnanya mirip artemis liony: hijau, jingga, dan merah di tulang daun. Daun besar-panjang 20 cm dan lebar 16 cm-dan tebal. Fransesca bersosok rimbun dan kompak dengan daun berwarna hijau dan kuning.
Bak baling-baling

Penampilan lavira lebih berani dengan paduan hijau dan merah. Daun berbentuk bulat telur dan bermotif batik. Red metalic dan red jaya juga memiliki motif serta warna seperti lavira. Namun, daun red metalic lebih tebal dan memiliki banyak kerutan di dekat tulang daun. Daun red jaya rebah dan bentuknya panjang.

Kecantikan aglaonema juga memikat Trubus waktu berkunjung ke nurseri Tulip milik Leli Herlina di Medan, Sumatera Utara. Salah satunya, sri rejeki yang didominasi warna merah dan tepi daun bergelombang. Aglaonema berdaun kekar, berwarna hijau dengan tulang daun merah pun tak kalah menarik. Nun di Sentul, Bogor, kerabat anthurium asal Thailand juga berdatangan. Sebut saja pink patriot, red mateo, star trek, dan red sweetie. Pink patriot terlihat anggun dengan perpaduan warna merah muda dan hijau. Bentuk daun besar dan sedikit bergelombang di tepi.

Red mateo istimewa lantaran posisi daun seperti baling-baling kincir angin yang berputar searah jarum jam. Star trek memiliki komposisi warna kontras: kombinasi merah terang dan hijau tua. Sementara red sweetie terlihat manis dengan warna hijau, kuning, dan merah muda. Uniknya, bentuk daun agak bulat.

Pendatang baru juga hadir di nurseri Irene milik Harry Setiawan di Kalimalang, Jakarta Timur. Aglaonema yang masih tanpa nama itu daunnya ramping, panjang, dan ujung meruncing. Warnanya merah di bagian tengah dan hijau di tepi daun. Sama seperti jenis lainnya, sang ratu pun menebarkan pesona.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top