Manunggaling Kawulo Gusti

Bls: Pendapatmu ttg Manunggaling Kawula Lan Gusti

Manunggaling Kawula Lan Gusti itu adalah proses akan sebuah "rasa" didalam melakukan perjalanan hidup untuk menuju kesempurnaan sehingga hati & pikiran kita bisa merasakan bahwa kita terasa selalu dekat dengan Alloh SWT tanpa ada batasan. Dan untuk memulai proses itu insya'alloh aku bisa membantu

fanafillaah itu timbul dari keinginan pribadi serta dengan diiringi taufiq dan hidayah-Nya.
Tapi sejauh mana Anda bisa membantu orang lain memulai proses kedekatan itu (qurub ilaahi)?
 
Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

TASAWUF DAN AQIDAH MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Selasa, 06 Juni 2006
Penulis: Buletin Islam Al Ilmu,Jember Edisi 30/II/I/1425

Tak jauh beda dengan keadaan syi’ah Rafidhah, kaum Sufi – yang sebenarnya masih memiliki keterkaitan akidah dengan mereka – pun mengusung berbagai jenis kesesatan dan kekufuran, sebagai bahaya laten ditubuh kaum muslimin. Bahkan disaat kaum muslimin tidak lagi memperhatikan agamanya, muncullah mereka sebagai kekuatan spiritual yang mengerikan. Sehingga mereka tak segan-segan lagi menampilkan wacana kekufurannya ditengah-tengah kaum muslimin.

Puncak kekufuran yang terdapat pada sekte sesat ini adalah adanya keyakinan atau akidah bahwa siapa saja yang menelusuri ilmu laduni (ilmu batin) maka pada terminal akhir ia akan sampai pada tingkatan fana (melebur/menyatu dengan Dzat Allah). Sehingga ia memiliki sifat- sifat laahuut (ilahiyyah) dan naasuut (insaniyyah). Secara lahir ia bersifat insaniyyah namun secara batin ia memiliki sifat ilahiyyah. Maha suci Allah dari apa yang mereka yakini!!. Akidah ini populer di tengah masyarakat kita dengan istilah manunggaling kawula gusti.

Adapun munculnya akidah rusak ini bukanlah sesuatu yang baru lagi di jaman sekarang ini dan bukan pula isapan jempol dan tuduhan semata.

Bukti Bukti Nyata Tentang Akidah Manunggaling Kawula Gusti Di Tubuh Kaum Sufi

Hal ini dapat dilihat dari ucapan para tokoh legendaris dan pendahulu sufi seperti Al Hallaj, Ibnul Faridh, Ibnu Sabi’in dan masih banyak lagi yang lainnya di dalam karya-karya mereka. Cukuplah dengan ini sebagai saksi atas kebenaran bukti-bukti tadi.

1. Al Hallaj berkata:

“Maha suci Dia yang telah menampakkan sifat naasuut (insaniyah)-Nya lalu muncullah kami sebagai laahuut (ilahiyah)-Nya

Kemudian Dia menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam wujud orang yang makan dan minum

Sehingga makhluk-Nya dapat melihat-Nya dengan jelas seperti pandangan mata dengan pandangan mata” (Ath Thawaasin hal. 129)

“Aku adalah Engkau (Allah) tanpa adanya keraguan lagi

Maha suci Engkau Maha suci aku Mengesakan Engkau berarti mengesakan aku

Kemaksiatan kepada-MU adalah kemaksiatan kepadaku

Marah-Mu adalah marahku Pengampunan-Mu adalah pengampunanku “

(Diwanul Hallaj hal. 82)


“Kami adalah dua ruh yang menitis jadi satu

Jika engkau melihatku berarti engkau melihat-Nya

Dan jika engkau melihat-Nya berarti yang engkau lihat adalah kami” (Ath Thawaasin hal. 34)


2. Ibnu Faridh berkata dalam syairnya:

Tidak ada shalat kecuali hanya untukku

Dan shalatku dalam setiap raka’at bukanlah untuk selainku. (Tanbih Al Ghabi fi Takfir Ibnu Arabi hal. 64)

3. Abu Yazid Al Busthami berkata:

”Paling sempurnanya sifat seseorang yang telah mencapai derajat ma’rifat adalah adanya sifat- sifat Allah pada dirinya. (Demikian pula) sifat ketuhanan ada pada dirinya.” (An Nuur Min Kalimati Abi Thaifut hal. 106 karya Abul Fadhl Al Falaki)

Maka diapun mengungkapkan keheranannya dengan berujar: “Aku heran kepada orang-orang yang mengaku mengenal Allah, bagaimana mereka bisa beribadah kepada-Nya?!

Lebih daripada itu, dia menuturkan pula akidah ini kepada orang lain tatkala seseorang datang dan mengetuk rumahnya. Dia bertanya: “Siapa yang engkau cari? Orang itu menjawab: “Abu Yazid.” Diapun berkata: “Pergi! Tidaklah yang ada di rumah ini kecuali Allah.” (An Nuur hal. 84)

Pada hal. 110 dia pernah ditanya tentang perihal tasawuf maka dia menjawab: “Sifat Allah telah dimiliki oleh seorang hamba”.

Akidah Manunggaling Kawula Gusti membawa kaum sufi kepada keyakinan yang lebih rusak yaitu wihdatul wujud. Berarti tidak ada wujud kecuali Allah itu sendiri, tidak ada dzat lain yang tampak dan kelihatan ini selain dzat yang satu, yaitu dzat Allah.

Ibnu Arabi berkata:

Tuhan itu memang benar ada dan hamba itu juga benar ada

Wahai kalau demikian siapa yang di bebani syariat?

Bila engkau katakan yang ada ini adalah hamba, maka hamba itu mati

Atau (bila) engkau katakan yang ada ini adalah Tuhan lalu mana mungkin Dia dibebani syariat? (Fushulul Hikam hal. 90)

Penyair sufi bernama Muhammad Baharuddin Al Baithar berkata: “Anjing dan babi tidak lain adalah Tuhan kami Allah itu hanyalah pendeta yang ada di gereja” (Suufiyat hal. 27)

Dalil-Dalil Yang Dijadikan Kaum Sufi Sebagai Penopang Akidah Manunggaling Kawula Gusti

Sepintas, seorang awampun mampu menolak atau bahkan mengutuk akidah mereka ini dengan sekedar memakai fitrah dan akalnya yang sehat. Namun, bagaimana kalau ternyata kaum Sufi membawakan beberapa dalil baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah bahwa akidah Manunggaling Kawula Gusti benar-benar diajarkan di dalam agama ini – tentunya menurut sangkaan mereka?!

Mampukah orang tersebut membantah ataukah sebaliknya, justru tanpa terasa dirinya telah digiring kepada pengakuan akidah ini ketika mendengar dalil-dalil tersebut? Dali-dalil tersebut adalah:

1. Surat Al Hadid 5 :
“Dan Dia (Allah) bersama kalian dimana kalian berada.”

2. Surat Qaaf 16 :
“Dan Kami lebih dekat kepadanya (hamba) daripada urat lehernya sendiri.

3. Sabda Rasulullah dalam hadits Qudsi:
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kapada- Ku dengan amalan-amalan sunnah sampai Aku pun mencintainya Bila Aku mencinatainya maka jadilah Aku sebagai telinganya yang dia mendengar dengannya, mata yang dia melihat dengannya, tangan yang dia memegang sesuatu dengannya, dan kaki yang dia berjalan dengannya. (H.R. Al Bukhari)


Bantahan Terhadap Syubhat (Kerancuan Berfikir) Mereka Dalam Mengambil Dalil-Dalil diatas

Dengan mengacu kepada Al Qur’an dan As Sunnah di bawah bimbingan para ulama terpercaya, maka kita akan dapati bahwa syubhat mereka tidak lebih daripada sarang laba-laba yang sangat rapuh.

1. Tentang firman Allah di dalam surat Al Hadid 5, para ulama telah bersepakat bahwa kebersamaan Allah dengan hamba-hamba-Nya tersebut artinya ilmu Allah meliputi keberadaan mereka, bukan Dzat Allah menyatu bersama mereka. Al Imam Ath Thilmanki rahimahullah berkata: “Kaum muslimin dari kalangan Ahlus Sunnah telah bersepakat bahwa makna firman Allah yang artinya: “Dan Dia (Allah) bersama kalian dimana kalian berada” adalah ilmu-Nya. (Dar’ut Ta’arudh 6/250)

2. Yang dimaksud dengan lafadz “kami” di dalam surat Qaaf: 16 tersebut adalah para malaikat pencatat-pencatat amalan. Hal ini ditunjukkan sendiri oleh konteks ayat setelahnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir Ath Thabari, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Katsir dan para ulama yang lainnya. Sedangkan Ath Thilmanki dan Al Baghawi memilih pendapat bahwa yang dimaksud lafadz “lebih dekat” adalah ilmu dan kekuasaan-Nya lebih dekat dengan hambanya-Nya daripada urat lehernya sendiri.

3. Al Imam Ath Thufi ketika mengomentari hadits Qudsi tersebut menyatakan bahwa ulama telah bersepakat kalau hadits tersebut merupakan sebuah ungkapan tentang pertolongan dan perhatian Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Bukan hakikat Allah sebagai anggota badan hamba tersebut sebagaimana keyakinan Wihdatul Wujud. (Fathul Bari)

Bahkan Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah menegaskan bahwa barangsiapa mengarahkan pembicaraannya di dalam hadits ini kepada Wihdatul Wujud maka Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari itu. (Jami’ul Ulum wal Hikam hal. 523-524 bersama Iqadhul Himam)

Beberapa Ucapan Batil Yang Terkait Erat Dengan Akidah Ini

1. Dzat Allah ada dimana-mana. Ucapan ini sering dikatakan sebagian kaum muslimin ketika ditanya: “Dimana Allah berada?” Maka sesungguhnya jawaban ini telah menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah serta kesepakatan Salaf. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Barang siapa yang mengatakan bahwa Dzat Allah ada di setiap tempat maka dia telah menyelisihi Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan Salaf. Bersamaan dengan itu dia menyelisihi fitrah dan akal yang Allah tetapkan bagi hamba-hambanya. (Majmu’ Fatawa 5/125)

2. Dzat Allah ada di setiap hati seorang hamba.

Ini adalah jawaban yang tak jarang pula dikatakan sebagian kaum muslimin tatkala ditanya tentang keberadaan Allah. Beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) juga berkata; “Dan adapun keyakinan bahwa Dzat Allah ada di dalam hati setiap orang kafir maupun mukmin maka ini adalah batil. Tidak ada seorang pun dari pendahulu (Salaf) umat ini yang berkata seperti itu. Tidak pula Al Qur’an ataupun As Sunnah, bahkan Al Qur’an, As Sunnah, kesepakatan Salaf dan akal yang bersih justru bertentangan dengam keyakinan tersebut. (Syarhu Haditsin Nuzuul hal 375)

Beberapa Ayat Al Qur’an Yang Membantah Akidah Manunggaling Kawula Gusti

Ayat-ayat Al Qur’an secara gamblang menegaskan bahwa akidah Manunggaling Kawula Gusti benar-benar batil. Allah ta’ala berfirman :
“Dan mereka (orang-orang musyrikin) menjadikan sebagian hamba-hamba Allah sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata.” (Az Zukhruf: 15)

“Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang berpasang-pasangan dan dari jenis binatang ternak yang berpasang-pasangan (pula), Dia jadikan kamu berkembangbiak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Asy Syura: 11)

Lihatlah, ketika Allah menjawab permintaan Musa yang ingin melihat langsung wujud Allah di dunia. Allah pun berfirman :
"Kamu sekali-sekali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke gunung itu, tatkala ia tetap ditempat itu niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhan menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun pingsan. Setelah sadar Musa berkata: Maha suci Engkau, aku bertaubat dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (Al A'raf: 143)


Dikirim oleh Al Akh Hardi Ibnu Harun via Email
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

iyaa. . .lucu juga yah manusia itu. itulah contoh ketika manusia berusaha mencari jawaban tentang keberadaan Tuhan sendiri. mau gimana lagi akal kita gag akan sampe, bahkan terlalu lancang kalau menurut akal gw kalau manusia bisa mengatakan dzatnNYA dan dzat kita adalah satu(lah dicerita seorang beriman seperti nabi musa aja gag dapet previillege nya ketika di bukit sinai).

kalau menurt gw, (yang gaya bicara, dzat TUHAN ada dimana2 atau ada disetiap hati kita ) asalnya gaya bicara itu, dari orang2 untuk menasehati bahwa Allah bernilai benar (bukan baik buruk).

sebenarnya kata2 tersebut gag bermakna harfiah. lebih kepada arti, "dimanapun berada, Allah pasti menolongmu, mendengarmu, melihatmu (tidak ada yang luput singkatnya). yang pasti jika ada yang mengartikan secara harfiah, maka muncul hal batil seperti diatas. . .

banyak yang masih belum menyadari bahwa perkataan kebenaran(perkataan tentang segala didalam DIRINYA dan kehendakNya) hanya Allah yang mampu. kita tidak akan bisa. . .
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

sori kepotong2 mod. masalah sama >< gw sambung yaa. . .

kita tidak akan bisa mendeskripsikannya. terus menurut gw lagi tentang perlukah kita menasehati orang kalau dzat Tuhan ada dimana2 atau dihati kita(dengan maksud tujuan bahwa Allah selalu up to date tentang diri kita)? gw rasa sih enggak. masalahnya adalah, jika seumuran kita yang udah bisa dibilang dewasa, "hal apakah yang bisa membuatmu ragu dengan Tuhan pencipta alam semesta lagi? (lah wong tittle-nya aja pencipta alam semesta)"

kasian buat orang2 yang tersesat nantinya akibat perkataan kita. . .tidak ada satu manusiapun yang bisa mengerti apa yang ia tangkap akibat perkataan kita.
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

sori kepotong2 mod. masalah sama >< gw sambung yaa. . .

kita tidak akan bisa mendeskripsikannya. terus menurut gw lagi tentang perlukah kita menasehati orang kalau dzat Tuhan ada dimana2 atau dihati kita(dengan maksud tujuan bahwa Allah selalu up to date tentang diri kita)? gw rasa sih enggak. masalahnya adalah, jika seumuran kita yang udah bisa dibilang dewasa, "hal apakah yang bisa membuatmu ragu dengan Tuhan pencipta alam semesta lagi? (lah wong tittle-nya aja pencipta alam semesta)"

kasian buat orang2 yang tersesat nantinya akibat perkataan kita. . .tidak ada satu manusiapun yang bisa mengerti apa yang ia tangkap akibat perkataan kita.


Saya setuju ama apa yang dikatakan mas bjhe, tp ada yg sedikit saya kurang setuju yaitu masalah perlukah kita menasehati orang yang sedang tersesat jalannya. Kalau kita mampu kenapa tidak, dan itu semua kita lakukan ikhlas hanya untuk mencari ridhoNya.


Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah:72)



Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali-Imran:104)


Terima kasih
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

Untuk masalah berdoa karena takut akan neraka dan menginginkan surga, kita semua diharapkan (malah disuruh ama Alloh) berdoa seperti itu, sesuai dengan firmanNya :


Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran:15)

(Yaitu) orang-orang yang berdo'a: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (ali Imran:16)
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

Saya setuju ama apa yang dikatakan mas bjhe, tp ada yg sedikit saya kurang setuju yaitu masalah perlukah kita menasehati orang yang sedang tersesat jalannya. Kalau kita mampu kenapa tidak, dan itu semua kita lakukan ikhlas hanya untuk mencari ridhoNya.


Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah:72)



Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali-Imran:104)


Terima kasih

dan anda tidak bisa menilai orang sesat,cukup ALLAH SWT,yang maha tau,jadi kalo tidak tau bukankan sebaiknya barbaik sangka saja,
hati-hati mengkafirkan seseorang,
tidak semua yang tasawuf itu tersesatkan,cukuplah berburuk sangka untuk hal-hal yang anda tidak tau,
bukankan ALLAH SWT selalu berkata hal yang gaib itu urusan ALLAH SWT,Jadi stop mengurusi hal yang gaib,cukup ingatkan kalo masih mengikrarkan syahadat kepada ALLAH DAN MUHAMMAD,IKUTI SAJA ATURANNYA, BUKANKAH MUHAMMAD SAW MELAKUKANNYA.
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

bukan2. . .salah kaprahh. maksud saia itu, ada orang yang nangkapnya "berbeda" dengan apa maksud tujuan kita.

contohnya, kayak itu tadi yang sejujurnya ingin menasehati tidak ada satupun yang luput dariNya, lalu ia mengatakan "dzat Allah itu dimana"
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

bukan2. . .salah kaprahh. maksud saia itu, ada orang yang nangkapnya "berbeda" dengan apa maksud tujuan kita (gak mungkin donk selalu sama).

contohnya, kayak itu tadi yang sejujurnya ingin menasehati tidak ada satupun yang luput dariNya, lalu ia mengatakan "dzat Allah itu dimana2" atau mengatakan "Allah ada disetiap hati kita". naahh, perkataan seperti itu yang nantinya kalau ditelan sama orang2 secara bulat2 tanpa mengerti tujuannya, bisa menyebabkan orang berpikiran kalau dzat Allah itu memang ada dimana2 atau ada disetiap hati kita. . .iya kan? padahal kita tahu sendiri, kalau Ia, sang pencipta, kehendakNya bukan ditangan manusia. (mangkanya diakhir saya bilang tersesat akibat perkataan kita. tersesat sendiri itu kan artinya bisa: missed coomunication)

jadi, daripada kita mengatakan "ada dimana2 atau di tiap hati manusia" lebih baik kita jawab, "itulah urusanNya. hanya yang wajib kita ketahui, tidak ada satupun yang luput dari perhatiannya"

bener gak?
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

bukan2. . .salah kaprahh. maksud saia itu, ada orang yang nangkapnya "berbeda" dengan apa maksud tujuan kita (gak mungkin donk selalu sama).

contohnya, kayak itu tadi yang sejujurnya ingin menasehati tidak ada satupun yang luput dariNya, lalu ia mengatakan "dzat Allah itu dimana2" atau mengatakan "Allah ada disetiap hati kita". naahh, perkataan seperti itu yang nantinya kalau ditelan sama orang2 secara bulat2 tanpa mengerti tujuannya, bisa menyebabkan orang berpikiran kalau dzat Allah itu memang ada dimana2 atau ada disetiap hati kita. . .iya kan? padahal kita tahu sendiri, kalau Ia, sang pencipta, kehendakNya bukan ditangan manusia. (mangkanya diakhir saya bilang tersesat akibat perkataan kita. tersesat sendiri itu kan artinya bisa: missed coomunication)

jadi, daripada kita mengatakan "ada dimana2 atau di tiap hati manusia" lebih baik kita jawab, "itulah urusanNya. hanya yang wajib kita ketahui, tidak ada satupun yang luput dari perhatiannya"

bener gak?

tuh liat muncul lagikan tulisan penempatan ALLAH SWT DI ARSY,LOGIKA SALAFI KEMBALIKAN???

COBA DEH BACA ALQURAN DENGAN JELAS,APA SIH ALQURAN ITU,STOP TAFSIR SEMBARANGAN,KALO MAU TAFSIR DATANG PADA AHLI MUFASIR JANGAN PAKE AKAL ANDA JIKA ANDA-ANDA BELUM MEMILIKI ILMU,INI JUGA BERLAKU PADA AHLI SALAFI YANG MERASA AHLI ALLAH SWT,JUJUR jangan rendah kan ALLAH SWT dengan menempatkan dia seperti makhluk,baca alquran pahami alquran dengan hati,baru buat kesimpulan apa itu alquran
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

hmm. . .sebenarnya yang bang depson ributkan itu apa toh? kan maksud tulisan saia, saia gak berani menyebutkan ia ada dimana2 dan saia juga gag berani menyebutkan kalau tempatnya hanya di arsy.

saia justru ingin mengatakan, kita itu siapa sih? apa kita mau mengatur kedudukan Allah rabb semesta alam gitu2 aja?

saia nda merendahkan. . .justru saia mengatakan jika kita mengatakan dzat itu ada dimana2 atau didalam hati kita, bisa menimbulkan kesalahan. kesalahan itu bisa berupa, pengakuan bahwa dirinya sendiri utusan Allah yang kesekian (padahal nabi Muhammad adalah nabi penutup, akhir zaman). bisa jadi bukan? udah banyak contohnya seperti jaman sekarang, seperti lia eden dkk yang mengaku dzat Allah telah merasuki dirinya. untuk itu, alangkah lebih baiknya kalau dihindari mengatakan seperti itu. yang nantinya membuat orang beriman memotivasi dirinya sendiri untuk lebih jauh . . . saia sendiri, lebih nyaman kalau
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

mengatakan, itu urusanNya yang bukan urusan kita. sama seperti pendapat bang depson di post sebelumnya. gag akan ada akhirnya membicarakan Allah itu sendiri, sementara ilmu kita terbatas. mangkanya itu lebih baik menghindari mengatakan keduanya. . .

karena kalau misalnya manusia berbicara dengan manusia, bisa jadi yang satu ngomong A yang lainnya ngomong B.

terus menurut gw, lebih baik orang2 menggunakan bahasa yang tidak sarat makna ketimbang "ada dimana2/dalam hati". lebih baik kita memberikan informasi dengan bahasa rendah yang orang tidak mengerti agamapun mengerti. . .gitu.
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

hmm. . .sebenarnya yang bang depson ributkan itu apa toh? kan maksud tulisan saia, saia gak berani menyebutkan ia ada dimana2 dan saia juga gag berani menyebutkan kalau tempatnya hanya di arsy.

saia justru ingin mengatakan, kita itu siapa sih? apa kita mau mengatur kedudukan Allah rabb semesta alam gitu2 aja?

saia nda merendahkan. . .justru saia mengatakan jika kita mengatakan dzat itu ada dimana2 atau didalam hati kita, bisa menimbulkan kesalahan. kesalahan itu bisa berupa, pengakuan bahwa dirinya sendiri utusan Allah yang kesekian (padahal nabi Muhammad adalah nabi penutup, akhir zaman). bisa jadi bukan? udah banyak contohnya seperti jaman sekarang, seperti lia eden dkk yang mengaku dzat Allah telah merasuki dirinya. untuk itu, alangkah lebih baiknya kalau dihindari mengatakan seperti itu. yang nantinya membuat orang beriman memotivasi dirinya sendiri untuk lebih jauh . . . saia sendiri, lebih nyaman kalau

maksud saya itu akibat pembahasan ini akhirnya kembali lagi seorang salafi nampilin tuh tulisan dan penbahsan tentang dimana ALLAH SWT versi dia setelah tread ini.
makanya saya cuma mengingatkan cukup deh bahas kayak gini,mending ibadah bener dulu,bagi yang belum lengkap syariatnya ,buat yang merasa udah lengkap ya jaga sifat kemanusiaan itu,muhammad SAW aja mampu kenapa anda tidak mau dan merasa mampu gitu,tekan ego masing-masing gitu
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

thread kalo sudah kemasukan MR.Devson,dadi rame....
saking ramenya jadi males bacanya..
maunya apa sih om devson ini
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

maunya ya, sama seperti semua orang yang mendaftar di suatu forum. memberikan gambaran cara pikirnya, membagi ilmu yang ia miliki
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

hehe, dengan bantuan bang devson dan ts pun sudah cukup menjelaskan betapa sangat sulit ketika berbicara tentang hal abstrak. apalagi kalau misalnya kita berbicara ke orang yang baru mengerti tentang agama.

kalo menurut kata2 gw, sah2 saja kalau kita menghindari ilmu2 atau paham2 seperti manunggaling kawula gusti. butuh kesadaran rohani yang bukan "ecek-ecek". daripada nantinya, membawa kepada hal yang batil (mengaku telah dirasuki dzat tuhan, mengaku utusan tuhan; yang sangat bertentangan dengan sifat Allah yang tidak terbagi, beranak dan diperanakkan.)

sama kok paham bang devson sma TS kalau diliat dari kacamata gw :)
 
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

hehe, dengan bantuan bang devson dan ts pun sudah cukup menjelaskan betapa sangat sulit ketika berbicara tentang hal abstrak. apalagi kalau misalnya kita berbicara ke orang yang baru mengerti tentang agama.

kalo menurut kata2 gw, sah2 saja kalau kita menghindari ilmu2 atau paham2 seperti manunggaling kawula gusti. butuh kesadaran rohani yang bukan "ecek-ecek". daripada nantinya, membawa kepada hal yang batil (mengaku telah dirasuki dzat tuhan, mengaku utusan tuhan; yang sangat bertentangan dengan sifat Allah yang tidak terbagi, beranak dan diperanakkan.)

sama kok paham bang devson sma TS kalau diliat dari kacamata gw :)

bukan menghindar tapi belajar pada tempatnya,
jika mau belajar tasawuf ilmu kesufian ya carilah guru yang telah sempurna syariatnya, begitu juga kalo cari murid tapi bukan di dunia maya,ntar tanggung jawabnya susah.(ini makna sederhana dari ghaib artinya bukan komsumsi umum)


begitu juga yang menentang carilah dulu pondasi yang benar,artinya berguru jangan cuma cari positingan sana sini ato buku sana sini(walau udah mutawatir,jelas sanafnya jelas turunannya),tapi tanpa guru yang benar,ahli mufasir yang jelas,ntar anda yang tersesatkan,sehingga tidak mudah memfatwa tanpa punya ilmu.

maunya saya,jadikan syariat itu pondasi yang kokoh dulu,kokhkan dulu rukun islam(sehingga tau makna berserah diri itu apa),dan kuatkan rukun iman(sehingga tau mengapa berserah diri),itu upaya mencari ridho ALLAH SWT.

dan kenapa nih sub agama di perjelas untuk hal-hal yang jelas,bukankah itu siar yang paling baik.

stop fatwa-fatwa dulu

jadi tidak asal bilang saya sudah berserah diri,tanpa tau bahwa akan di beri cobaan dan ujian
 
Last edited:
Bls: Tasawuf Dan Aqidah Manunggaling Kawula Gusti

iya setuju. sesuai yang gw bilang juga, ilmu ini butuh kesadaran rohani tinggi bang. bahasa tingkat tinggi yang bermakna seperti 2 contoh diatas, bisa menyesatkan khususnya bagi yang belum mengerti maknanya.

dilain sisi, tidak ada salahnya punya pendapat2 seperti paham yang diajukan ts. setidaknya bersikap preventif kepada hal yang bisa saja menjadi berlebihan dalam menjalaninya; seperti lia eden.
 
Bls: Pendapatmu ttg Manunggaling Kawula Lan Gusti

sepengetahuan saya emang nabi muhammad tidak mengajarkan kepada semua sahabat,jadi kalo nyari di hadist jelas tidak ada,tapi kalo anda beriqra pada ayat-ayat alQuran niscaya jalan lurus itu ada buat anda.

dan berdasarkan yang saya tau(g usah di tanya tau dari mana) ilmu ini cuma di ajarkan kepada 1 sahabat saja,silahkan cari sendiri.

silahkan mengIqrakan Al quran,semoga Allah merahmati dan meridhoi usaha anda.

saya sudah meng"iqra" al quran, dan Alquran memberi tahu saya bahwa "manunggaling kawula lan gusti" itu TIDAK ADA

Allah berfirman: "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul-Nya (Sunnahnya)." (QS 4:59).

"Dan mereka (orang- orang musyrikin) menjadikan sebagian hamba-hamba Allah sebagai bagian dari- Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata." (Az Zukhruf: 15)

"Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang berpasang-pasangan dan dari jenis binatang ternak yang berpasang- pasangan (pula), Dia jadikan kamu berkembangbiak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Asy Syura: 11)

jika benar ajaran "manunggaling kawulo lan gusti" itu ada, maka pasti akan banyak sekali hadits2 yang menceritakan fadilah2nya, dan penjelasannya yang lebih detail, bahkan khulafaurrosidin, alasru mubassirina biljannah, ummahatulmuslimin dan sahabat2 pilihan lainnya yang tentu saja lebih paham, lebih hafal, lebih tahu, lebih dekat dengan nabi, lebih sholih, tidak ada satu pun yang menganut paham ini.....(jika katanya hanya orang2 tertentu saja yg bisa memahaminya)

saya akui saya memang kurang membaca alquran lebih banyak dari kalian,
mungkin diforum ini ada yang bacaan alqurannya lebih banyak, lebih banyak hafalannya, lebih banyak paham alqurannya, lebih bagus tilawahnya, lebih mumpuni ilmu tafsirnya.....
silahkan koreksi dan ajari saya..... :D
 
Last edited:
Back
Top