ada yg tau tidak MIMPI ITU BERWARNA ATAU TIDAK?

Status
Not open for further replies.
Ok deh Alam Nyata emantg Berwarna yang nggak Nyata seperti Fotocopi aja Sehari aja ada berapa warna yang terserap, terekam oleh mata kita. Mimpi merupakan Bunga-bunga Tidur.
 
memang nggak berwarna tapi kalo kita mimpi Kebakaran liat Api. Apinya putih apa? katanya nggak berwarna nggak mungkin merah???
 
Bener juga ya gw ga pernah mikir N merhatiin mimpi gw.

MODE OOT: ON
Ternyata gw uda dapet jawabannya:

Mimipi berwarna apa nggak? itu tergantung yang mimpi siapa. Kalo yang mimpi cuma punya kedalaman warna 16 warna ato bahkan yang lebih parah lagi,yaitu monokrom... ya pasti nggak berwarna lah kayak hape gua R 250 Pro.

Tapi kalo yang mimpi ntu orang yang punya kedalaman warna minimal 16000 warna ato bahkan yang lebih keren, yaitu 16 juta warna kayak PDA Phone nya O2 (ini nih mimpi gua, berwarna 16 juta warna bro), kontrasnya dan brigtnessnya tajam, pasti mimpinya berwarna n bisa dipastiin kayak nonton film transormer di bioskop deh, penuh fantasi dan animasi yang luar biasa....

MODE OOT: OFF

Entahlahh
 
kalo menurut gue sih berwarna.. karen gue bisa ingat salah satu warna yang ada dalam mimpi gue..
 
Kalau menurut ku sih, mimpi itu tergantung dari apa yang dimimpikan, aku pernah mengalami mimpi tak berwarna dan juga pernah mengalami mimpi berwarna, aku masih ingat sekali mimpi itu, aku melihat tulisan lailahaillahah dilangit yang berwarna indah sekali
 
oh ya ada situs yang mebuka rahasia ngontrol mimpi coba bukak ezzbuzz.blogspot.com egk nyesel deh
 
coba bukak ezzbuzz.blogspot.com kamu bakal tahu mimpi itu berwarna apa tidak. bahkan kamu juga bakal bisa ngontrol mimpi kamu
 
Bermimpi dapat menyaksikan warna tertentu atau tidak bergantung dari keadaan orang si pemimpi.

1. Jika si pemimpi tidak mengenal warna, maka besar peluang si pemimpi tidak melihat kesan warna di dalam mimpi

2. Pemimpi melihat warna di dalam mimpi, tetapi kesannya tidak cukup kuat tersimpan di memori, sehingga ketika bangun, tidak terkesan (tidak menyadari) telah mengalami mimpi yang berwarna.

3. Entah pemimpi mengenal warna atau tidak, tetapi ia mengalami mimpi yang sangat kuat bahkan sampai taraf "lucid dream", maka boleh jadi ia juga dapat melihat objek yang dikenali atau tidak dan boleh jadi juga dapat melihat warna. Ini dikarenakan mimpi tidak selalu harus berkaitan dengan keadaan si pemimpi. Melalui mimpi dapat disisipkan simbol simbol atau pengalaman yang cenderung bersifat universal dari pihak lain (dari masa lalu) yang dapat masuk ke dalam mimpi seseorang (karena di antara kita dengan lainnya saling memiliki keterhubungan kejiwaan - itupun kalau anda percaya hal ini, hehehe)

:)
 
Last edited:
Tidak akan pernah ada mimpi yang berwarna jika warna yang dimaksud adalah warna seperti yang kita lihat dengan mata physically. Kalau ada orang yang bermimpi dan merasa melihat warna, sudah pasti itu hanya perasaannya aja yang bekerja...

Kenapa begitu?
Jawabannya adalah kembali ke bagaimana kita mampu melihat dan mengidentifikasi warna. Di dalam retina mata kita terdapat tiga rentang panjang gelombang yang memiliki sel2 tertentu untuk mendeteksi warna kemerahan, kehijauan, dan kebiruan. Sel2 itulah yang memberitahu otak tentang kadar warna yang ditangkapnya. Setelah itu, otak akan menerjemahkan warna apa yang dilihat oleh retina, dan dari situlah kemudian kita mengenal warna kuning, hijau, dll...

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tanpa mata itu kita mampu mengidentifikasi warna? Apakah orang buta bisa memilih mana pilihan benda yang berwarna hijau yang disodorkan kepadanya?

Dan yang terpenting apakah saat kita bermimpi mata kita itu bekerja?

Warna dalam mimpi itu hanyalah prophetic dream...
Warna yang dihasilkan dari sekedar ungkapan perasaan kita...




-dipi-
 
Segala kesan seperti warna, objek atau apapun itu dapat kita kenali bukan karena semata mata adanya mata, tetapi karena kesan tersebut merubah keadaan kesadaran kita sedemikian rupa sehingga kita mengenalinya melalui perbandingan sebagai suatu warn tertentu (diperbandingkan dengan warna lainnya), atau sebagai objek tertentu diperbandingkan dengan objek lainnya.

Sejauh kesadaran kita dapat dirubah sedemikian rupa sehingga mencapai keadaan yang sama seperti ketika menyadari adanya warna atau objek tertentu, maka kita menyadari adanya warna tersebut (atau objek tertentu).

Semua dapat bermula dari mata, sentuhan atau apapun itu, tetapi pada akhirnya berhenti kepada titik akhir yaitu kesadaran kita.

Bahkan sebenarnya ketika kita menganggap bermimpi tidak mengalami penampakan warna, maka sebenarnya dengan mampunya kita menyadari adanya objek di dalam mimpi, sebenarnya kita telah melihat warna.

Warna bagi saya tidak hanya sekedar sebagai akibat panjang gelombang, tetapi warna adalah merupakan tanda yang mencirikan penampakan. Tanpa warna berarti tidak ada penampakan visual.

Jadi ketika dikatakan, dapatkah melihat warna dalam mimpi, maka dapat diartikan: "adakah penampakan visual yang dapat kita sadari di dalam mimpi ? Jawaban saya dapat, ... maka selesai sudah, bahwa adanya penampakan saja sudah menunjukkan adanya warna (setipis apapun itu). Bahwa warna harus terjadi melalui panjang gelombang tertentu (dengan bantuan mata), maka permasalahannya bukanlah pada "dapatkah kita melihat panjang gelombang ?", tetapi dapatkah ciri dari warna yang memberikan perbedaan penampakan dapat kita sadari ? Dan itu sudah cukup dibuktikan melalui pengalaman di alam mimpi melalui kesadaran kita yang menyadari adanya penampakan (objek) visual.
 
Visualisasi warna (yang merupakan ciri penampakan visual) juga dapat dinampakkan tidak hanya melalui bantuan mata fisik.

Bahwa saat bermimpi, apakah mata kita bekerja, dan ataukah warna itu hanyalah sensasi perasaan ..., maka itu sudah lebih dari cukup untuk menegaskan bahwa warna yang dapat menampakkan suatu visualisasi objek tertentu dapat juga kita sadari melalui perasaan (atau kesadaran atau makna setara).

Bahwa pada akhirnya terlepas dari apakah sesuatu (mata, atau lainnya) memegang peranan penting bagi munculnya warna yang memberikan penampakan visual pada kesadaran kita, tetapi itu bukan satu-satunya. Masih banyak cara menghadirkan warna kepada kesadaran kita melalui banyak jalan (salah satunya penampakan visual di dalam mimpi). Hanya kita saja yang mungkin masih berada pada ranah indera fisik.
 
Last edited:
Segala kesan seperti warna, objek atau apapun itu dapat kita kenali bukan karena semata mata adanya mata, tetapi karena kesan tersebut merubah keadaan kesadaran kita sedemikian rupa sehingga kita mengenalinya melalui perbandingan sebagai suatu warn tertentu (diperbandingkan dengan warna lainnya), atau sebagai objek tertentu diperbandingkan dengan objek lainnya.
Bisa dijelaskan secara empiris bagaimana hal di atas bekerja?

Sejauh kesadaran kita dapat dirubah sedemikian rupa sehingga mencapai keadaan yang sama seperti ketika menyadari adanya warna atau objek tertentu, maka kita menyadari adanya warna tersebut (atau objek tertentu).

Semua dapat bermula dari mata, sentuhan atau apapun itu, tetapi pada akhirnya berhenti kepada titik akhir yaitu kesadaran kita.
Yang dimaksud dengan kesadaran di sini itu apa ya?...
Agak aneh kalo hal tersebut dihubungkan dengan mimpi..
Bahkan sebenarnya ketika kita menganggap bermimpi tidak mengalami penampakan warna, maka sebenarnya dengan mampunya kita menyadari adanya objek di dalam mimpi, sebenarnya kita telah melihat warna.

Warna bagi saya tidak hanya sekedar sebagai akibat panjang gelombang, tetapi warna adalah merupakan tanda yang mencirikan penampakan. Tanpa warna berarti tidak ada penampakan visual.
Orang yang dikatakan buta warna itu tetap bisa melihat penampakan visual lho....
Jadi ketika dikatakan, dapatkah melihat warna dalam mimpi, maka dapat diartikan: "adakah penampakan visual yang dapat kita sadari di dalam mimpi ? Jawaban saya dapat, ... maka selesai sudah, bahwa adanya penampakan saja sudah menunjukkan adanya warna (setipis apapun itu). Bahwa warna harus terjadi melalui panjang gelombang tertentu (dengan bantuan mata), maka permasalahannya bukanlah pada "dapatkah kita melihat panjang gelombang ?", tetapi dapatkah ciri dari warna yang memberikan perbedaan penampakan dapat kita sadari ? Dan itu sudah cukup dibuktikan melalui pengalaman di alam mimpi melalui kesadaran kita yang menyadari adanya penampakan (objek) visual.
Dengan kata lain penampakan visual itu bisa dilihat tanpa mata, begitu ya?...
Dalam kerangka science gimana penjelasannya soal hal ini??....




-dipi-
 
1. He he he, melalui hipnotis atau meditasi dalam, hal itu dapat terjadi. Permasalahan bukan pada apakah hipnotis atau meditasi dapat di aplikasikan dengan mudah atau tidak dan secara massal bagi setiap orang, dan juga tidak sepraktis menggunakan mata ketika menangkap penampakan visual di dunia materi, tetapi ketika berkaitan dengan dunia mimpi atau sejenisnya, justru penampakan visual tidak lagi menggunakan mata.

2. Bahwa ketika anda tidak menyadari apapun, bahkan matapun juga tidak punya nilai.

Bahkan ketika seseorang bermimpi, itu tidak berarti ia tidak sadar. Tetapi ia tidak menyadari dunia sehari-hari dan berganti menyadari dunia mimpi.

3. Orang yang buta warna memang masih dapat melihat penampakan visual, tetapi ia sama saja dengan kita tidak dapat melihat objek di tempat yang minim cahaya (yang menjadi persyaratan minimal secara umum bagi kita ataupun yang buta warna), dan tiu yang saya maksudkan.

4. (kembali ke no. 1).
 
1. He he he, melalui hipnotis atau meditasi dalam, hal itu dapat terjadi. Permasalahan bukan pada apakah hipnotis atau meditasi dapat di aplikasikan dengan mudah atau tidak dan secara massal bagi setiap orang, dan juga tidak sepraktis menggunakan mata ketika menangkap penampakan visual di dunia materi, tetapi ketika berkaitan dengan dunia mimpi atau sejenisnya, justru penampakan visual tidak lagi menggunakan mata.

4. (kembali ke no. 1).
Oh jadi penjelasan empirisnya seperti itu, ya?
Ini bagi saya, maaf, bukanlah suatu penjelasan tapi melempar masalah ke tempat lain dan nggak ada empirisnya sama sekali...

Kenapa saya butuh penjelasan empiris dari pernyataan itu? Karena kita bicara dalam kerangka science dan saya anggap anda sudah sadar akan hal itu, makanya untuk memenuhi rasa keingintahuan saya soal hal itu, karena terbatasnya pengetahuan yang saya miliki, maka saya meminta penjelasan empiris dan bukan penjelasan yang masih sangat mengambang seperti itu yang tingkat kebenarannya masih sangat bisa diperdebatkan lagi...

Mungkin bisa diperjelas lagi, bagaimana sebenarnya hal itu bekerja secara empiris?...
Saya akan sangat berterima kasih kalo hal itu bisa dijelaskan di sini, karena itu berarti akan menambah pengetahuan saya yang sangat terbatas ini....
2. Bahwa ketika anda tidak menyadari apapun, bahkan matapun juga tidak punya nilai.

Bahkan ketika seseorang bermimpi, itu tidak berarti ia tidak sadar. Tetapi ia tidak menyadari dunia sehari-hari dan berganti menyadari dunia mimpi.
Kok pernyataannya saling bertentangan ya?
Baiklah mungkin saya yang kurang mampu mencerna dan memahami apa itu arti dari sebuah kesadaran.....:)(
3. Orang yang buta warna memang masih dapat melihat penampakan visual, tetapi ia sama saja dengan kita tidak dapat melihat objek di tempat yang minim cahaya (yang menjadi persyaratan minimal secara umum bagi kita ataupun yang buta warna), dan tiu yang saya maksudkan.
Soal ini saya tanggapi dengan mencantumkan quote dari pernyataan anda sendiri...
Warna bagi saya tidak hanya sekedar sebagai akibat panjang gelombang, tetapi warna adalah merupakan tanda yang mencirikan penampakan. Tanpa warna berarti tidak ada penampakan visual.



Di luar itu semua, jika dibaca dengan teliti apa yang sudah saya tulis di postingan saya sebelumnya, sebenarnya nggak ada bedanya karena saya menulis seperti ini di postingan sebelumnya....
Tidak akan pernah ada mimpi yang berwarna jika warna yang dimaksud adalah warna seperti yang kita lihat dengan mata physically. Kalau ada orang yang bermimpi dan merasa melihat warna, sudah pasti itu hanya perasaannya aja yang bekerja...




-dipi-
 
Maaf kalau saya tidak dapat lebih memahamkan hal ini, tetapi saya tidak sedang menanggapi apakah sesuatu itu empiris atau tidak, karena untuk yang empirispun tidak diketahui batasnya dimana.

Ketika seseorang bayi memandang buah jeruk (belum dikupas), maka nilai empiris yang ia pahami sejauh kulit buah jeruk, tetapi bagi orang yang mampu mengupas buah jeruk, maka nilai empirisnya lebih meluas.

1. Artinya, bahwa nilai empiris nampak karena kita mampu menangkap realitanya berdasarkan indera empiris versi kehidupan sehari-hari.

Tetapi bagi seorang yang telah mahir melakukan hipnotis dan meditasi, maka nilai empiris juga lebih meluas lagi melampaui apa yang dapat ditangkap oleh ke lima panca indera.

2. Menggunakan dua penegasan menyadari sekaligus tidak menyadari, atau buruk sekaligus juga baik dan seterusnya, sejauh masing-masing melibatkan perbedaan kualitas maka tidka ada pertentangan di dalamnya

3. Telah jelas

4. Benar, saya hanya memperkaya ulasan melalui arah lain untuk lebih memperjelas pemahaman

:) terima kasih
 
Sekali lagi saya tegaskan, ini forum science, di mana hukum empiris itu sama dan berlaku untuk semua orang dan tidaklah serba mengambang seperti yang sudah anda tulis dari postingan awal anda...

Ketika anda menyampaikan teori seperti di atas, dalam kerangka science hal itu harus bisa dibuktikan secara empiris..
Bahkan dalam kerangka filosofis pun ada yang namanya positivisme logis atau sering disebut juga empirisme rasional, di mana sebuah filosofi sekalipun harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali....

Jadi ketika kita bermain2 di area filosofis sekalipun masih terikat dengan yang namanya empirisme rasional sehingga tidak hanya menggunakan kata2 yang berputar2 dan serba mengambang karena bisa jadi itu dikategorikan sebagai pernyataan yang tidak ada artinya sama sekali...

Apalagi kalo kita sudah bicara mengenai science....empirisme itu adalah suatu keharusan, bukan hanya memakai empirisme rasional saja...

Kecuali kita di sini sedang berada di forum pseudo-science, saya akan buang jauh2 apa itu yang dinamakan empirisme... :D



-dipi-
 
Sekali lagi saya tegaskan, ini forum science, di mana hukum empiris itu sama dan berlaku untuk semua orang dan tidaklah serba mengambang seperti yang sudah anda tulis dari postingan awal anda...

Ketika anda menyampaikan teori seperti di atas, dalam kerangka science hal itu harus bisa dibuktikan secara empiris..
Bahkan dalam kerangka filosofis pun ada yang namanya positivisme logis atau sering disebut juga empirisme rasional, di mana sebuah filosofi sekalipun harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali....

Jadi ketika kita bermain2 di area filosofis sekalipun masih terikat dengan yang namanya empirisme rasional sehingga tidak hanya menggunakan kata2 yang berputar2 dan serba mengambang karena bisa jadi itu dikategorikan sebagai pernyataan yang tidak ada artinya sama sekali...

Apalagi kalo kita sudah bicara mengenai science....empirisme itu adalah suatu keharusan, bukan hanya memakai empirisme rasional saja...

Kecuali kita di sini sedang berada di forum pseudo-science, saya akan buang jauh2 apa itu yang dinamakan empirisme... :D



-dipi-

Sampai seberapa jauh sesuatu dianggap sebagai science atau bukan atau empiris. Permasalahannya bukan pada ukuran pengakuan, tetapi bagaimana jika dimulai dari diri sendiri untuk mempelajari hal tersebut lalu memutuskan dimana letak empirisnya.

Tetapi kalaupun anda tetap meminta kejelasan, maka saya juga perlu bertanya sampai seberapa jauh anda mengakui gejala mimpi sebagai sesuatu yang bersifat science, empiris dan sejenisnya ?

Jawaban apapun tetap saja menegaskan bahwa meditasi, hipnotis, dan bermimpi sama memiliki kesamaran dipandang dari sisi science (atau kalau dianggap jelas maka demikian pula untuk meditasi dan hipnotis).

Permasalahannya adalah bahwa kesamaran kita memahami dunia mimpi bagi kebanyakan orang juga sama samarnya dengan memahami dunia meditasi dan hipnotis (demikina pula sebaliknya). Dan saya hanya sedang menjelaskan permasalahan mimpi dengan contoh yang juga mendekatinya.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top