Dalam Cengkraman Kamuflase Senja

abdybusthan

New member
Sang prabu singgasana hati dalam rincuhnya ceracap tak bernada, bersama nestapa kamuflase senja menelanjangi pucuk ulam pun tiba…lalu riak bersama riuh dibalik coretan yang bermajaskan padma. Seperti itukah Nyali sebuah Pertobatan ? lalu apa yang tersingkap dari yang terselubung ? mari kita memulainya dengan sebuah kalimat : “ Indah Pada Waktunya “

Jika senja itu datang, nyanyikanlah lagu tentang Damai, karena bisa jadi waktu itu tak akan datang lagi..jangan hanya diam, lalu hening dalam tabir yang lupa menyembunyikan galau dibalik pranatanya,

Pastikan bahwa imajinasi selalu beraksi, karena Lukas tak akan mungkin menjadi Lukas kalau tak ada Martha. Itulah populasi dalam resentralisasi Lukas dan Martha sebagai pelaku habitat senja.

Demikianlah muatan pragmatis selalu indah pada wataknya, seperti prakonsepsi ranting dan dedaunan yang menyingkap candu dalam derai dan tawa ketika melukiskan peranan seekor bunglon dalam sejuta lakonnya dibalik kisah kirbat pelangi senja,

Sejenak dalam diam menjuntai hening tak berbekas, lalu beranjak ke dalam peraduan, memapah sekelumit peradaban terang yang menjadi gelap segelap temaram di ujung lentera yang tak bersumbuh..

Tak perlu bersembunyi di balik bedebahnya hati, tetapi tampilkanlah pesona hati yang predikatif, agar bernilai tinggi seperti “prajaka kebenaran”

Dalam Cengkraman kamuflase senja itu, hati kami menangis..berderai bak air yang mengalir tak bermuara,karena kami tahu apa yang kami lakukan, tapi perlakuan kami tak sejalan dengan apa yang kami tahu.. seyogyanya penyesalan yang selalu dibelakang, kami pun kaum yang terkebelakang.

Dibalik semuanya itu keyakinan selalu ada walau hanya setitik, meskipun dengan tampilan potensi akan adanya hari esok yang selalu tersisah dalam parodi yang hakiki bersama kabut diujung sempurnanya sang pemimpi

Memang sangatlah ironis kalau serangkaian paham tak berpaham, karena tampilan miang selalu halus dan tak akan mungkin menjadi setangkai miana yang berwarna jingga, itulah kamuflase dalam narasi dan gambar diwaktu senja menghampiri.

Inilah kami Tuhan..Kami datang dihadirat-Mu dalam cengkraman kamuflase senja. Hidup kami tak sejengkalpun bisa bersembunyi dari Kemahakuasaan karya-Mu, Pandangan-Mu damai seperti waktu yang Kau sediakan “Indah Pada Waktunya”..

Dalam Cengkraman Kamuflase Senja, kami bersimpuh di Altar-MU, berinstropeksi dalam teduh, menyembunyikan segala kekuatiran, lalu dalam sujud kami "Bertobat", dengan lapang dada kami serahkan seluruh hidup kedalam tangan-Mu..Inilah sepenggal Kisah Indah Dalam Cengkraman Kamuflase Senja yang sarat akan makna Pertobatan.
(Ditulis Oleh : ABDY BUSTHAN)
 
Bls: Dalam Cengkraman Kamuflase Senja

kereeeen...aku suka 3 bait yang ini:

Demikianlah muatan pragmatis selalu indah pada wataknya, seperti prakonsepsi ranting dan dedaunan yang menyingkap candu dalam derai dan tawa ketika melukiskan peranan seekor bunglon dalam sejuta lakonnya dibalik kisah kirbat pelangi senja,
Dalam Cengkraman kamuflase senja itu, hati kami menangis..berderai bak air yang mengalir tak bermuara,karena kami tahu apa yang kami lakukan, tapi perlakuan kami tak sejalan dengan apa yang kami tahu.. seyogyanya penyesalan yang selalu dibelakang, kami pun kaum yang terkebelakang.

Memang sangatlah ironis kalau serangkaian paham tak berpaham, karena tampilan miang selalu halus dan tak akan mungkin menjadi setangkai miana yang berwarna jingga, itulah kamuflase dalam narasi dan gambar diwaktu senja menghampiri.
 
Back
Top