Tahlil, tradisi Islam?

aiku

New member
Masih abu2 nih den, menurut pendapat kalian apakah tradisi tahlilan seperti yang udah membudaya di negeri kita memang ada di zaman rasulullah Saw? Kalau engga ada apakah hal tersebut termasuk bid'ah? Sebab ini sudah berurat akar banget di negara kita yang kebanyakan miskin tapi pas udah keluarganya meninggal, berduka cita, ditambah lagi harus mengadakan tahlil yang konon harus repot mengeluarkan dana dan memasak buat para hadirin tahlilan.

Mohon maaf ya kalo rada nyerempet ke aliran tertentu yang masih menjalankan tradisi ini. =b=[<:)
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

menurut gw yg namanya tahlillan itu emang gk harus tapi seenganya kalo ada kita harus melakukanya..untuk bersodakoh kepada orang yang telah meninggal..

berikut ada dua hadits yang mengatakan bahwa tahlil itu di benarkan oleh rasulullah...

Dalam shahih Muslim disebutkan

أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
” sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan ia berkata Ya Rasulullah sesungguhnya ibuku telah meninggal dan tidak ada wasiat apapun untuk aku. Mungkin jika dia bisa bicara ia akan bershodaqoh. Apakah pahala dapat sampai kepadanya jika aku bershodaqoh atas namanya ? Beliau menjawab : ya ”

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, dalam shahih Bukhori :

أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَخَا بَنِي سَاعِدَةَ تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهُوَ غَائِبٌ عَنْهَا فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا فَهَلْ يَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّ ?*َائِطِيَ الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
”Bahsanya ibu Sa’ad bin Ubadah meninggal dunia sedangkan ia tidak hadir, lalu ia datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: Ya Rasulullah apakah dapat bermanfaat kepadanya bila aku bershodaqoh untuknya ? Nabi bersabda : ya ”

Hadits yang senada dengan ini banyak sekali jumlahnya dan banyak diriwayatkan dalam Shahih Bukhori dan shahih Muslim. Ini menunjukkan bahwa pahala orang yang masih hidup bisa dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal. Dan dari keterangan hadits-hadits tersebut yang berkaitan dengan amal shodaqoh maka bisa dikatakan bahwa sudah menjadi sunah dan adat para sahabat bahwa mereka senantiasa bershodaqoh untuk keluarga mereka yang telah meninggal.....
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

Tapi engga ada penjelasan 100 hari atau berapanya kan den? Shodaqoh tersebut bukan suatu kewajiban seperti yang terjadi pada masyarakat kita sampai hari ke 40 bahkan yang ke 100.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

bukan tradisi. apa itu bid'ah? iya, karena membuat persoalan baru. gw rasa banyak alasan tahlil kenapa dilakukan. tapi jika ditanya, tahlil kenapa harus dilakukan kepada orang yang melakukannya? gw rasanya banyak yang ngejawab: "karena pada hari segini rohnya masih disekitar sini, hari sekian ada disini, hari selanjutnya ada disini" itu yang membuatnya bid'ah karena percaya roh2 seperti itu.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

Hmm... hukum sedeqah itu bagi yang masih hidup. Jika orang yang meninggal meninggalkan wasiyat untuk melanjutkan amal berupa shodaqoh maka kewajiban ahli warisnya untuk merealisasikannya. Tapi bukan dicampuradukkan dalam taziyah.

Dalam tradisi rasulullah Saw. terhadap orang meninggal adalah melarang untuk membiarkan dapur keluarga berduka dalam keadaan ngebul, maksudnya, sebagai tetangga memiliki kewajiban untuk membantu meringankan duka keluarga yang ditinggal mati dengan mengirimkan makanan kepada mereka jangan sampai mereka memasak dalam keadaan berduka, itu ada batasan selama 3 hari.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

menurutku (melanjutkan pendapatnya abah :D ), seharusnya bukan keluarga yg sedang berduka cita yg menyediakan makanan, tetapi orang orang yg menghadiri takziah tersebut/tetangga/saudaranya yg membawa makanan.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda: “Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja`far, karena mereka sedang ditimpa sesuatu yang membuat mereka sibuk”. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

pengalaman saya, ketika ayah saya meninggal, sekeluarga sibuk mengurusi pemakaman, sampai lupa makan seharian, untung saja kerabat2ku ada yg membawa makanan yg bisa dimakan malam itu.

kutipan bang hulk
Hadits yang senada dengan ini banyak sekali jumlahnya dan banyak diriwayatkan dalam Shahih Bukhori dan shahih Muslim. Ini menunjukkan bahwa pahala orang yang masih hidup bisa dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal. Dan dari keterangan hadits-hadits tersebut yang berkaitan dengan amal shodaqoh maka bisa dikatakan bahwa sudah menjadi sunah dan adat para sahabat bahwa mereka senantiasa bershodaqoh untuk keluarga mereka yang telah meninggal.....

ulama masih berbeda pendapat ttg hal ini,
1. pendapat pertama
berikut dalil yg menyatakan bahwa pahala tidak bisa dikirimkan kepada yg sudah meninggal.

Firman Allah surat An-Najm: 38-39
"Bahwasannya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya"

Surat Al Baqaraah 286 "Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya"

pengecualiannya hanya ada 3 amal, seperti dalam hadits:
"Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendoakannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya"(HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, NasaI dan Ahmad).

2. pendapat kedua
madzhab syafii dan maliki berpendapat bahwa ibadah maliyah (seperti haji dan shadaqah) pahalanya masih bisa sampai ke mayit.

dan sebaliknya, ibadah badaniah (yg tidak bisa digantikan orang lain, seperti shalat) pahalanya tidak bisa dikirimkan.

sabda Rasul SAW: Seseorang tidak boleh melakukan shalat untuk menggantikan orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan makanan untuk satu hari sebanyak satu mud gandum (HR An-NasaI).

3. pendapat ketiga
dalil
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami (QS Al Hasyr: 10)

maksudnya kita bisa memintakan ampunan orang yg udah meninggal

trus gimana solusinya? pilih dalil yg menurutmu paling kuat :D (aku pilih no 2)

adapun masalah (harus?) melakukan tahlilan pada malam harinya, atau 7/100/1000 hari setelah hari kematian, aku belum menemukan dalilnya, baik di hadits maupun alquran (mungkin berasal dari tradisi kejawen).

tambahan:
dalam thread ini, harus dibedakan antara:
- membaca tahlil (lailahaillallah) : boleh
- tahlilan (berkumpul bersama membaca kalimat tahlil di rumah si mayit) : tidak ada dalil
- bersedekah atas nama si mayit : boleh
- memohonkan ampunan dosa si mayit : boleh
- mengirimkan pahala buat si mayit : bisa, tapi tidak semua pahala bisa dikirimkan
- memberi makan petakziah : tidak ada dalil, yg ada malah sebaliknya

wallahu a'lam
 
Last edited:
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

- tahlilan (berkumpul bersama membaca kalimat tahlil di rumah si mayit) : tidak ada dalil
- memberi makan petakziah : tidak ada dalil, yg ada malah sebaliknya

Memang sip statemennya den
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

Budaya tahlilan kan dibawa dan dikembangkan oleh para Sunan (Wali Sanga). Semacam bentuk pujian terhadap Allah dan Rasulnya. Makanya, kadang nada mengajinya dialek Jawa gitu. Kayak lagu Lirilir.
Kalo di Saudi sana, di mana Rasulallah lahir, dan dimakamkan, bentuk pujiannya beda lagi. Mereka tinggal melangkah ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.
Hehe

Saat seseorang meninggal, trus diadakan tahlilan di rumahnya..
Why not?
Keluarga dan kerabat, pasti ingin si ruh fulan ini mendapat tempat yang indah di sisi Allah.
Kalo harus keluar dana banyak.. itu balik ke keluarganya juga. Allah membenci hal yang dilebih-lebihkan. Jadi, kalo emang gak punya duit, ya gak perlu ada makanan. Itu kan cuma hukum ramah tamah aja. Hehe
Kalo di Jember sini, kebanyakan tetangganya atau keluarga yang lebih mampu menyumbang.
Makanya, kadang kalo ada takziyah, mereka bawa beras, gula, telur, dan mie mentah atau uang. Bukan untuk dimakan sendiri. Tapi dimasak, dan kasih makan ke yang mengaji itu. Hehehe ini dia, adat Jawa.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

Saat seseorang meninggal, trus diadakan tahlilan di rumahnya..
Why not?
Keluarga dan kerabat, pasti ingin si ruh fulan ini mendapat tempat yang indah di sisi Allah.

tapi almarhum kan sudah di shalati dan didoakan sebelum dikubur.

[Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri]

Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)


jangan sampai ketika shalat jenazah, yg nyolatin cuma 1-2 shaf (itupun yg tua tua aja), pas acara makan2 & tahlilan rumah almarhum langsung penuh sesak :D semoga saja hal tersebut tidak benar2 terjadi.

itulah alasan mengapa ada beberapa pendapat yg membidahkan tahlilan, sebuah amalan ibadah baru yg diada adakan tanpa dalil, yg bisa mematikan sunnah yg seharusnya dikerjakan.

wallahu a'lam
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

hehehehehe
pastilah ada tujuan baik dari tahlilan itu..
walau sudah disholati dan dikubur dengan benar.. tetep aja, tahlilan itu perlu.. paling tidak, sampe 7 hari atau 40 hari..
manusia kan isanya berusaha.. Tuhan berkehendak..
kan bisa nambah pahala juga untuk yang mengaji..
membuat kita semua ingat.. bahwa Maut itu Ada!
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

tapi kal, aku masih bingung kenapa 7 hari atau 40 hari atau 100 hari-nya itu. . .
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

yaa nyampur ama adat jawa mistis, seperti yang dirimu bilang sebelumnya..

menurut kepercayaan, nih ya.. entah kepercayaan mana..
saat orang meninggal..
ruhnya belum benar-benar keluar dari jasad, hingga ia menyentuh bumi (maksudnya menyentuh tanah.. dikubur..)
ah.. makin bingung :D
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

nah, kalau dasarnya kenapa seperti itu, ada hal yang dipercaya seperti ini: ruh setelah mati tidak menyadari kalau ia telah mati. makanya perlu waktu beberapa hari hingga akhirnya ia sadar. ruh tersebut didoakan bertujuan agar ia cepat sadar kalau ia telah mati. soalnya, kalau si ruh tidak sadar juga ia bakal terus menganggu. ia akan hadir terus menerus dan tidak tenang. sedngkan, jika ingin si ruh selamat, ia harus segera pergi ke langit atau tidak terjebak disini sebagai hantu penasaran.

nah! singkatnya tahlil itu adalah upaya pengusiran/penyadaran roh agar ia tidak terjebak di bumi selamanya. gitu kisah yang pernah saya dengar kal. . .
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

pastilah ada tujuan baik dari tahlilan itu..
walau sudah disholati dan dikubur dengan benar.. tetep aja, tahlilan itu perlu.. paling tidak, sampe 7 hari atau 40 hari..
rasulullah bersabda:
"Siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam agama kami yang hal tersebut bukan dari agama ini maka perkara itu ditolak."(HR bukhari-muslim)

ukuran baik dan buruk dalam islam adalah berpedoman pada alqur'an dan assunah (bukan akal), sehebat apapun dan sebaik apapun ibadahnya, jika tidak berpedoman dari alquran-sunnah maka sia sia belaka, bahkan mendapat dosa.

misalnya, kita tahu sholat shubuh 2 rekaat, karena merasa pahalanya kurang mantap, di tambah jadi 4 rekaat, shalat adalah perbuatan baik dan berpahala, tetapi jika pelaksanaannya tidak sesuai syariat maka pahalanya tertolak.

Jika ada perselisihan dalam menjalankan syariat (mungkin madzhabnya berbeda) masing2 harus mempunyai dalil yg kuat/shahih dari alquran atau sunnah.

menurut kepercayaan, nih ya.. entah kepercayaan mana..
saat orang meninggal..
ruhnya belum benar-benar keluar dari jasad, hingga ia menyentuh bumi (maksudnya menyentuh tanah.. dikubur..)
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."[17:85]

sebenarnya permasalahan ini nanti bisa melebar ke persoalan yg lebih berat "bagaimana jika tradisi (al-urf) bertentangan dengan syariat? haruskah diikuti? bagaimana dengan tradisi (yg baik) yg melebur dengan syariat islam (setengah setengah) apa pula hukumnya? dsb"
aku blm bisa menjelaskan pertanyaan diatas (blm kompeten :D ), masih banyak hal yg perlu dikaji lebih dalam.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

tahalil tidak ada di jaman Rasulullah saw, menurt saya sh tahlil itu bisa saja di lakukan tetapi kembali dengan niat dan isi yang baik maksdnya tahlil untuk mendoakan orang yang sudah meninggal agar di terima di sisi Allah swt itu tidak apa, yg penting kita tidak meminta apa2 kepada orang yang sdh meninggal tsb
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

kalo berdoa agar si roh cepet sadar kalau ia telah mati, itu gimana? padahal kan itu juga baik loh
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

kalo berdoa agar si roh cepet sadar kalau ia telah mati, itu gimana? padahal kan itu juga baik loh


:mad:) ya ampun gtu ajh kok d tanyain, klo roh y roh Kita berdoa untuk Arwah dan amalnya di terima dan damai bukan dianay jd nyadar :mad:), masa ROh bsa nyadar
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

wekekekeke.. pada dasarnya berdoa itu baik... bukankah ada waktu2 yang memang diijabah untuk berdoa? yang seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW ? misalnya berdoa sehabis shalat... :p
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

menurt saya sh tahlil itu bisa saja di lakukan tetapi kembali dengan niat dan isi yang baik
kn sudah saya jelaskan diatas
ukuran baik dan buruk dalam islam adalah berpedoman pada alqur'an dan assunah (bukan akal), sehebat apapun dan sebaik apapun ibadahnya, jika tidak berpedoman dari alquran-sunnah maka sia sia belaka, bahkan mendapat dosa.

misalnya, kita tahu sholat shubuh 2 rekaat, karena merasa pahalanya kurang mantap, di tambah jadi 4 rekaat, shalat adalah perbuatan baik dan berpahala, tetapi jika pelaksanaannya tidak sesuai syariat maka pahalanya tertolak.

syarat diterimanya amal ibadah ada 2 (ada yg mengatakan 3)
1. niat yg ikhlas
haditsnya sangat terkenal,dari umar RA, rasulullah bersabda“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan....."
yaitu ikhlas hanya untuk mendapatkan ridha Allah.
2. sesuai dengan ajaran rasul
dalilnya sudah disebutkan sebelumnya (lihat di bagian atas)

ada suatu peristiwa yang terjadi beberapa saat sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam
(ceritanya mirip yg kita bahas di thread ini :D ),

suatu saat sahabat rasul Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu ketika beliau melewati suatu masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang duduk membentuk lingkaran.
Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan dipimpin oleh seseorang.

Lalu Ibnu Mas’ud mengingkari mereka dengan mengatakan, “Hitunglah dosa-dosa kalian. Aku adalah penjamin bahwa sedikit pun dari amalan kebaikan kalian tidak akan hilang.
Celakalah kalian, wahai umat Muhammad! Begitu cepat kebinasaan kalian! Mereka sahabat nabi kalian masih ada. Pakaian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga belum rusak. Bejananya pun belum pecah.
Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada dalam agama yang lebih baik dari agamanya Muhammad? Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan (bid’ah)?”


Mereka menjawab, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan”.

Ibnu Mas’ud berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya”

[HR. Ad Darimi no. 204. Husain Salim Asad mengatakan sanad hadits ini jayyid, riwayat ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2005].
 
Back
Top