ganja tanaman herbal?

lala_lulu

New member
Survei YCAB dan BNN Indonesia, memberi konfirmasi bahwa sekitar satu dan sepuluh pelajar mengaku pernah menggunakan atau mengisap ganja seitdaknya satu kali dalam hidup. Bahkan, separuh dari yang mencoba biasanya akan mengisap ganja setiap hari kemudian menjadi penyalah guna tetap narkoba alias pecandu.

Tingginya tingkat penyalahgunaan ganja mungkin disebabkan berbagai mitos yang beredar di masyarakat seputar ganja. Mitos itu membuat masyarakat atau remaja kita merasa nyaman untuk bereksperimen dengan ganja.

Mitos itu, antara lain, sama seperti kokain (yang berasal dari tanaman koka) dan heroin (dan tanaman opium), mariyuana atau ganja aman karena berasal dari tumbuhan. Banyak orang mulai percaya bahwa ganja itu relatif lebih aman karena bersifat herbal. Tentunya itu disebabkan ganja berasal dari tumbuhan alami dan tidak diproduksi melalui proses kimia. Akan tetapi, itu tidak berarti ganja tidak berbahaya. Ada tidaknya proses kimia yang menyertai proses pengeringan ganja tidak membuat penggunaannya 'lebih aman’.

Aman tidaknya sebuah zat bergantung pada bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap zat aktif yang terkandung di dalam zat tersebut.

Tetrahydrocannabinol (THC) adalah zat aktif pada ganja. Kadar THC dalam darah sangat berpengaruh pada sel-sel saraf otak di pusat ingatan (memory). Itu yang menyebabkan pecandu berat ganja mempunyai ingatan jangka pendek sehingga sulit mengingat hal-hal yang terjadi, bahkan yang terjadi beberapa menit sebelumnya.

Studi jangka panjang yang pernah dilakukan di Amenika Senikat menemukan pemakaian ganja berdosis tinggi dapat menyebabkan gangguan jiwa (psikosis) dan kelainan saraf. Gejala yang ditimbulkan termasuk hilangnya persepsi atau pikiran wajan bahkan sampai ke tingkat skizofrenia.

Ganja lebih bersifat karsinogenik (bisa mendorong/menyebabkan kanker) jika dibandingkan dengan rokok karena zat aktif THC dalam ganja mengandung zat penyebab kanker. Sebuah studi kanker yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine menemukan wanita dan anak-anak yang menggunakan ganja mempunyai nisiko 11 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia.

Kadar ganja dalam darah dapat dideteksi hingga beberapa minggu setelah penggunaan terakhir dan jejaknya tidak akan pernah hilang dalam tes DNA.


Nah, masih penasaran juga? Kelaut aja....
 
Back
Top