Konteks Keluarga, dulu dan kini

Administrator

Administrator
Era modern dengan berbagai problematikanya memberikan permasalahan tersendiri bagi masyarakat. Hal itu pun berpengaruh pada institusi keluarga sebagai salah satu komponen pembentuk masyarakat. Sebuah keluarga kini kadang sulit diterjemahkan dalam pemahaman tradisional.

Di zaman yang sudah mengglobal ini, ada anggapan bahwa terjadi krisis dalam institusi keluarga. Keluarga oleh sejumlah pihak kadang dianggap sebagai institusi yang sudah tidak lagi relevan, Bagi sejumlah kalangan,khususnya dinegara Barat, kelompok manusia yang ingin hidup bersama tidak lagi membutuhkan institusi keluarga.

Hal inilah yang menguatkan anggapan bahwa keluarga sudah mengalami krisis di zaman modern. Akibatnya keluarga sering dianggap bukan institusi yang sakral. Semua kegiatan dan hubungan yang biasanya hanya bisa dilakukan pascapernikahan pun oleh sejumlah kalangan dianggap lumrah dilakukan tanpa ikatan pernikahan.

Ada sejumlah gejala yang kadang sering dianggap sebagai ancaman bagi institusi keluarga seperti bertambahnya orang tidak menikah (single-person home). Mereka lebih senang hidup melajang dan menjalankan semua aktivitasnya sendiri. Hal ini bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan.

Contoh lain adalah bertambahnya jumlah orang hidup bersama tanpa nikah. Pernikahan tidak lagi menjadi penghalang untuk hidup bersama. Gejala lain adalah bertambahnya orangtua tunggal (single parent) yang mengasuh anak-anaknya sendiri. Hal ini salah satunya disebabkan bertambahnya perceraian dikalangan masyarakat. Bahkan

muncul anggapan bahwa lembaga perkawinan akan ketinggalan zaman.A kibatnya hubungan seks sebelum menikah pun terus bertambah jumlahnya.

Walaupun sejumlah kendala sering mengikis nilai keluarga, bagi sebagian kalangan lembaga ini (keluarga) masih dianggap se bagai lembaga sakral yang bernilai tinggi dalam masyarakat. Hal ini yang diungkapkañ sosiolog Robert Chester (1985).

Bahkan dinegara yang hubungan diluar nikah sudah dianggap sebagai hal yang wajar seperti di Inggris, menurut penelitian Pamela Abbott dan Claire Wallace (1992), keluarga yang utuh lebih banyak daripada keluarga yang harus kehilangan anggotanya.

Sosiolog dari Unversitas Indonesia Paulus Wirutomo mengatakan, keluarga di zaman modern ini memang banyak menghadapi masalah sebagaimana yang disebutkan di atas. Hal inilah yang kadang menimbulkan anggapan bahwa keluarga sedang krisis.

Namun menurutnya institusi keluarga secara umum masih dianggap sebagai institusi yang sangat dibutuhkan, bahkan oleh orang yang melakukan sejumlah gejala yang bisa membuat keluarga mengalami krisis. Dia mencontohkan, sejumlah orang yang bercerai dari pernikahan masih cenderung menjalin tali pernikahan dengan orang lain.

Selainitu,saat ini keluarga juga sering dikatakan mengalami diversifikasi, yaitu bentuknya berubah. Jika sebelumnya keluarga terdiri atas laki-laki dan perempuan, di zaman sekarang keluarga bisa hanya terdiri atas dua jenis kelamin yang sama, baik laki-laki maupun perempuan. Menurutnya masyarakat kadang sulit untuk memberikan penilaian bahwa fenomena ini melanggar moral atau tidak. Karena mereka juga kadang mempunyai penilaian yang sudah berbeda dengan masa sebelumnya.

Paulus menambahkan, walaupun saat ini sejumlah masalah sedang “menghantam” institusi keluarga, masyarakat

tidak bisa kembali pada realitas keluarga yang ada pada masa lalu.Sebab keluarga pada masa lalu pun bukan tanpa masalah, Bahkan masalah tersebut cenderung tidak bisa diterima pada konteks saatini.

Masalah keluarga yang timbul pada masa lalu misalnya adalah dominasi kelompok. Seseorang hanya bisa menikah dengan kelompok tertentu atau dengan kelompok sendiri. Selain itu ada dominasi laki-laki dengan adanya budaya patriarki yang begitu kuat.

Saat ini “pemberontakan” atas budaya patriarki begitu kuat. Kaum perempuan saat ini tidak bisa “tunduk” kepada suaminya secara total. Saat ini praktik pernikahan yang terjadi pada masa lalu tidak mudah dijumpai pada saat

sekarang.



Sumber : Sindo
 
Back
Top