Flash Fiction.

Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Kok aku bersolo karier di sini? :))

Yang lain ditunggu ya?

-dipi-
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Apa Bedanya?

Minggu pagi yang cerah, kita berjalan di taman. Mengikuti jalan setapak perlahan, lenganmu menggandeng lenganku. Kita melintasi sepasang remaja yang duduk di bangku taman. Tak berniat mencuri dengar, kata-kata si gadis tertangkap olehku cukup jelas, “Apa sih bedanya cinta dan sayang?”

Kita terus berjalan pelan. Tiba-tiba kau berbisik padaku, “Apa kita dulu pernah senorak mereka tadi?”

Aku terkekeh. Ternyata kau juga mendengarnya. “Tentu. Kau lupa?”

“Tidak, aku tidak lupa kau pernah senorak itu,” katamu tersenyum menggodaku.

“Jadi menurutmu, apa sih bedanya cinta dan sayang?”

“Apakah kedua hal itu masih ada bedanya buat kita, Nek?”

Sambil tersenyum, aku merapatkan lenganku padamu.
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Aku Mencintainya

Aku mencintainya.

Apapun kata orang tentang dia. Mereka cuma iri melihat kami. Melihat kebesaran cinta kami. Dia pun hanya mencintaiku. Tak pernah berakhir.

Aku mencintainya.

Apapun kabar yang disampaikan orang tentangnya. Bahwa dia berselingkuh. Dia berkencan dengan berbagai wanita.

Aku harus menjaganya. Dari gunjingan orang. Dari kabar burung yang dihembuskan orang. Dari iri dan benci orang-orang yang tidak senang melihat cinta kami. Bahagia kami.

Malam ini kubuktikan kebesaran cintaku. Malam ini kuperlihatkan kepada dunia bahwa dia hanyalah milikku.

"Aku mencintaimu, suamiku", bisikku sambil mencabut pisau yang kuhujam ke dadanya, sesaat setelah kugorok leher perempuan yang tidur di sampingnya.

Dia milikku.
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Pelacur Itu

Gadis itu masih muda. Usianya lima belas tahun mungkin. Mengingatkanku pada anak perempuanku.

Empat belas tahun lalu, kutinggalkan istri dan anakku. Tergoda tubuh seorang pelacur. Yang mampu memuaskan hasratku di tempat tidur, melebihi istriku yang perempuan desa biasa.

"Om?". Suaranya membuyarkan pikiranku. Dia berdiri di depanku, menadahkan tangan.

Ku keluarkan selembar uang. Disambarnya uang itu dengan cepat dan melangkah pergi.

Aku baru saja tidur dengan seorang pelacur. Lagi.

Aku berdiri. Ada sesuatu di lantai. Selembar foto tua. Mungkin terjatuh dari tasnya tadi.

Di foto itu ada sebentuk wajah. Istriku. Dan seorang gadis kecil.

Di balik foto tertulis, "Aku dan ibu."
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Setelah Aku Pergi

Aku benci sekali gadis itu.
Aku memanggil, tapi tak pernah sekali pun dia menyapa.
Ketika bertemu, dia selalu memalingkan muka.
Kutelepon, tidak ramah bicaranya.
Bagus juga aku tidak pernah tahu rumahnya.
Jika aku ke sana, sudah pasti dia tendang aku biar jera.

Dia memang cantik dan aku merasa dia unik.
Tapi, bukan begitu cara memperlakukan pria.

Aku benci sekali gadis itu.
Sampai aku memutuskan untuk tidak pernah lagi bertemu.
Hari ini aku akan pergi. Jauh-jauh.
Jangan sampai lagi bertemu.

Tiiit.
SMS diterima. Dari dia.
“Kenapa pergi ke Amerika? Aku belum sempat bicara. Aku belum sempat bilang aku suka,” begitu katanya.
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

...anak.

“Betul Bu, anak ini sudah tidak punya orangtua lagi. Dia satu-satunya yang selamat.”

Kuperhatikan anak itu. Kurus, agak kotor, tapi wajahnya tidak jelek. Tak apalah, pikirku.

“Mau ya, ikut Ibu ini. Kamu nanti akan diasuh beliau. Mau ya?” bujuknya pada anak itu. Aku hanya diam. Biarlah anak itu yang memutuskan, aku tidak datang jauh-jauh ke lokasi bencana ini untuk memaksa.

Akhirnya anak itu mengangguk lemah.

Di tempatku menginap ia kumandikan dan kuberikan baju yang kubeli di ibukota khusus untuknya, dan ia berubah menjadi anak yang lucu.

Aku tersenyum. Di ibukota pasti banyak yang mau bayar mahal untuk mendapatkan anak ini.
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

hiaaaaaaaaa!!!! datang untuk me-review,,,,!!!!
beberapa hari dai datang terus kemari untuk melihat lihat, dan dari tadi malam tangan ini gateeelll banget pengen repiww,,,, :D:D:D



kereeeeeeeeeennn!!!!


rasanya kayak baca drabble, ya,,,, ^-^
(kalau didalam dunia fanfic, drabble itu fiksi yang pendek-pendek)
panjangnya palingan 100-200 hurup,,,, tapi tetap bagus!!!! >8o>8o>8o


nggak ada cerita yang nggak dai suka, Dai suka semuanyaaaaaaa!!!!
mau lagiiiii,,,,!!! mau lagiiiiii,,,,,,!!!!
^0^
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Duel di Pulau Ganryu

Tanpa kusadari sesungguhnya aku melatih tubuh dan jiwaku hanya untuk duel yang satu ini. Duel di pulau Ganryu.

"AKHIRNYA KAU DATANG JUGA!!" teriaknya, keras seperti biasa.

Kutatap matanya dalam-dalam.

Ia melaju ke arahku. Aku pun menyambutnya, teriakanku membahana di pulau kecil itu.

Ia menyabetkan Galah Pengering, aku melompat. Tinggi. Melampaui tubuhnya dan mendarat di belakangnya.

Dan terus berlari.

"Sialan!" umpatku, "Jangan sekarang!"

Kusabet kakiku dengan pedang kayu, "BERHENTI!" bentakku, tapi mereka tetap berlari.

"Balik! Musuhmu di sana! Nurut dong!" pintaku. Mereka tetap tidak mau menurut.

"MUSASHI! PENGECUT!" kudengar teriaknya lamat-lamat.

Kupejamkan mataku, menahan air mata malu.

"Kaki sialan!" umpatku pedih.
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

hiaaaaaaaaa!!!! datang untuk me-review,,,,!!!!
beberapa hari dai datang terus kemari untuk melihat lihat, dan dari tadi malam tangan ini gateeelll banget pengen repiww,,,, :D:D:D



kereeeeeeeeeennn!!!!


rasanya kayak baca drabble, ya,,,, ^-^
(kalau didalam dunia fanfic, drabble itu fiksi yang pendek-pendek)
panjangnya palingan 100-200 hurup,,,, tapi tetap bagus!!!! >8o>8o>8o
mau lagiiiii,,,,!!! mau lagiiiiii,,,,,,!!!!
^0^
Makasih Dai..
Ayo ikutan bikin di sini yuukk...:)

-dipi-
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Makasih Dai..
Ayo ikutan bikin di sini yuukk...:)

-dipi-

liat-liat situasi & kondisi dulu, dehhh....
satu aja belum kelar,,,, ^^;

biasanya untuk satu drabble berapa lama bikinnya, kk???
apakah lebih cepat dari bikin cerpen biasa???
:):)):))(
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

liat-liat situasi & kondisi dulu, dehhh....
satu aja belum kelar,,,, ^^;

biasanya untuk satu drabble berapa lama bikinnya, kk???
apakah lebih cepat dari bikin cerpen biasa???
:):)):))(
5-10 menit Dai...:D
Kalo aku lagi kumat gilanya, satu hari bisa dapet puluhan cerita.
Yang agak lama itu memikirkan temanya, kalo udah dapet langsung mengalir. ayuuk bikin yukkk...
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Percaya Atau Tidak

"Hipnotis? Hahaha…. Mana ada!? Hahaha…."
"Kamu tidak percaya aku bisa?"
"Bah! Pada hipnotis saja aku tak percaya, apalagi kalau ada yang mengaku-aku bisa melakukannya! Bwahahaha!!!"
"Tapi aku bisa melakukannya! Mau aku coba? Berani kamu jadi kelinci percobaannya?"
"Boleh! Tapi kalau kamu gagal, dan kamu pasti gagal, jangan pernah lagi menyinggung omong kosong macam hipnotis ini di hadapanku!"
"OK lah! Ayo, sekarang kamu tutup mata kamu! Dengarkan ketukan jariku di meja!"
"Hahaha... ayo hipnotis aku… Hahaha…."
"Kamu diam dulu! Lima ketukan saja! Diam!"
Tik
Tok
Tik
Tok
Tik
"Hahaha! Mana? Sudah lima ketu… Sam? Sam? Aku ada di mana? Sam?"
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

5-10 menit Dai...:D
Kalo aku lagi kumat gilanya, satu hari bisa dapet puluhan cerita.
Yang agak lama itu memikirkan temanya, kalo udah dapet langsung mengalir. ayuuk bikin yukkk...

5-10 menit????? >8o>8o>8o
waahhh,,,, hebaaaattt,,,
'pena' nya tajam, yaaa!!! :D:D:D

Dai belajar dari mbak dipi dulu, dehh,,,,
^-^



share lagi, dunk!!!!
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Kekasih

Aku terdiam. Mataku tak bisa menatapnya. Aku sangat mencintainya. Tanpa pamrih, tulus dan ikhlas. Dia hanya duduk di hadapanku sambil meminum anggurnya.

Dia tersenyum kepadaku, senyum yang selalu terpatri di kepalaku dari sejak awal kami bertemu. Senyum yang selalu menggodaku disaat aku sendiri dalam kelamnya malam.

Aku tahu semua ini salah, aku tahu aku tidak akan bisa mendapatkan dirinya. Tapi aku hanyalah seorang laki-laki, yang penuh dengan keinginan sebagaimana semunya itu.

Dia memegang tanganku dengan lembut. Oh, jarinya yang halus, yang selalu membelaiku dengan kasih sayang saat kami selesai bercinta.

Dia melirik telepon genggamnya.

“Aku harus pulang, istriku menunggu.”

 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Bapak rapat, Ibu rapet.

Di sebuah mobil yang melaju dari Jakarta ke arah Bandung.

"Man, nanti jadi mengantar ibu?"
"Jadi, Pak."
" Ya sudah, nanti begitu saya sampai kantor cabang, kamu bisa langsung pulang."
"Baik, Pak."
"Nggak terasa ya, Man. Kamu sudah jadi supirku selama 9 tahun ini. Itulah aku, Man, yang kalo sudah percaya sama orang aku pasti selalu punya timbal balik yang baik. Gitu, kan."
"Iya, Pak"

tiit..tiiitt...SMS masuk

"Man, sehabis mengantar Bapak nanti nggak usah jemput aku di rumah, aku langsung ke hotel, nomer kamar seperti biasa"

"O ya, Man. 2 hari lagi kalo jemput di kantor cabang aja ya? aku tunggu di sana"

"Siap, Pak"
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Aku Bilang Cinta

Aku bilang cinta
kepada Bunda
Ia tersenyum, lalu bilang yang sama

Aku bilang cinta
pada kakak
Seperti Bunda, ia tersenyum dan bilang cinta juga

Aku bilang cinta
pada sekuntum bunga
Tapi ia diam saja, tak berbicara

Aku bilang cinta
pada pemuda sebelah rumah
Ia tertawa, dan bertanya apa itu cinta

Aku pulang kepada Bunda
Aku bilang aku cinta padanya
Bunda mengangguk dan membelai rambutku karena cinta

Aku menemui kakak
dan aku bilang aku cinta
Kakak mengecup pipiku karena ia percaya

Sekali lagi aku bilang cinta
pada pemuda sebelah rumah
Dia tetap tertawa dan menggelenggelengkan kepala
“Kamu masih terlalu muda,” katanya
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Shower

“Kamu gila ya? Masak sama shower aja takut?”

“Serius, man. Coba pikir. Kalo suatu saat dari lubang-lubang shower itu yang keluar bukan air, tapi cacing-cacing, lintah dan sebagainya, terus mereka masuk ke badan kita lewat mulut, hidung, mata, telinga…hiiiiiiii…”

“Itu kan cuma ada di film horor, Bud. Nggak mungkin kejadian lah…”

Itu tiga bulan lalu. Sekarang Bud sudah tiada.

Saat polisi datang ke TKP, di mayatnya ditemukan lubang-lubang kecil. Tim forensik mengatakan lubang-lubang itu digali dari dalam. Sampai sekarang misteri kematian sahabatku itu belum dapat dipecahkan. Yang jelas, aku sekarang cuma mau mandi dengan gayung.

Oh, TKPnya? Kamar mandi shower.
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Dompet

Matahari Jakarta mulai menyengat.
Aku bergelantungan bercampur peluh di Metromini.
Berangkat ke kantor dengan tergesa.
Sarapan dan mengecup kening istriku kulewatkan.

Kuberdiri dekat pintu.
Meningkatkan kewaspadaan.
Nampak empat orang dengan tampang mencurigakan.
Kantorku sudah dekat. Aku bersiap untuk turun.

Deg...jantungku berdegup kencang.
Kuraba kantong belakangku kosong.
Aku menoleh ke belakang. Orang yang tadi kuperhatikan
mencurigakan memasang mimik tidak bersalah.
Tanpa basa- basi kuhajar orang itu penuh kesal.
Darah segar mengucur dari hidungnya.
“Tidak Pak! Saya bukan copet," laki-laki itu
mengaduh.

Kuputuskan untuk pulang cepat.
Uang cicilan rumah raib sudah.
Depan pintu, senyuman istriku menyambut.
“Sayang, ini dompetmu ketinggalan!!!”
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Coba tidak ketemu di Babad
Tidak tahu jeng
Jagoan ngarang juga
Akan terus kuikuti
 
Bls: Menulis Flash Fiction, Yuk.

Perkawinan

… Sophia Latjuba terbalut T-shirt basah… Uma Thurman di film Kill Bill dalam kostum Bruce Lee… liukan tubuh Shakira di video terbarunya… bibir Scarlett Johansson yang menganga… Carmen Electra berlari telanjang dada… perut Gwen Stefani di atas panggung mengkilat berkeringat… dada Pamela Anderson yang subur… Britney Spears dan Christina Aguilera dalam pertandingan gulat lumpur… Damn!

"Mas…? Mas…?"
"Maafkan aku, sayang."
"Tidak apa-apa. Mungkin kamu capek."
Lunglai. Aku menunduk. Tak berani menatap matanya.
"Tidurlah, Mas. Besok kita coba lagi."
Menghadap tembok kubalik badanku, kutarik selimut sampai ke bahu. Mataku terpejam, hanya telingaku yang samar menangkap isak tertahan istriku, di balik punggungku.
 
Back
Top