Flash Fiction.

Die Hard Bon Jovi Fans

Nama gue Joni Syahputra. Biasa dipanggil Joni.
Gue adalah penggemar berat grup musik Bon Jovi melebihi siapapun. Semua lagunya gue hapal di luar kepala. Semua personelnya gue tahu biografinya...(Wah keren nih si Joni)

Ditembok kamar gue, terpasang poster-poster mereka. Dan yang jadi poster favorit gue adalah pose gitaris Bon Jovi yang sedang memainkan gitar, dengan rambut gondrong ikal yang menutupi kedua matanya, rokok terselip di mulut dan memakai topi hitam dengan bentuk panjang ke atas......(Eh Jon, itu bukan Slash-nya GNR ya? Perasaan bukan deh kalau itu Richie Sambora)

Lagunya, gue suka banget lagu mereka yang berjudul Nothing But a Good Time. Gila bro, rock n roll abis. Kalau lagi stress, elu-elu pada, harus dengerin lagu Bon Jovi yang ini....(Jon, sepertinya itu lagunya Poison deh)

Kreativitas grup kesayangan gue ini juga udah nggak diragukan lagi. Sebelum ada aliran musik yang menggabungkan antara musik rock dan rap seperti yang lagi tren beberapa tahun belakangan ini, mereka jauh-jauh hari sudah membuatnya bareng satu grup rap, gue nggak peduli sih nama grup rap itu tapi sepertinya ada kata-kata RUN nya gitu deh.....(Masak sih Bon Jovi bikin lagu kayak begitu, Jon? Itu bukannya Anthrax atau Aerosmith?)

Sebagai fans beratnya, gue pernah merasa sedih sekali ketika pembetot bas mereka meninggal karena kecelakaan saat mereka melakukan tur di Eropa. Sedih dan pilu perasaan gue waktu itu....(Wait...ini Joni sepertinya makin ngawur deh. Itu bukannya Cliff Burton Bassist-nya Metallica, Jon?)

Salah satu hal yang bikin gue kagum berat sama grup ini adalah olah suara dari sang vokalis yang tinggi melengking itu, dan kalau bernyanyi seperti nggak mengenal capek. Bagi elu-elu yang belum tahu, namanya adalah Axl Rose.....(jabang bayi....mati aja lu Jon!!!!)

wkkwkkwkwk:)):)),Axl rose juga idolah ku,gaya nya kalau berjoget dan lengkingan suara nya mirip suara ku
 
Mengejar Kambing

di bawah terik matahari aku merasa ada yang aneh, lalu kucoba menghitung kambing-kambingku. Ternyata benar kambingku tinggal 16, satu lagi menghilang entah kemana.

Berlarian sambil tengok kanan tengok kiri kucari seekor kambingku yang hilang. Hampir putus asa aku menelusuri padang rumput ini, tiba-tiba aku melihat kambingku dari kejauhan, langsung saja kupercepat lariku untuk menangkapnya. kambingku lari menjauh ketika sadar ada yang mengejar. sangat cepat kurasa lariku hingga aku mampu mendekatinya. Dengan susah payah akhirnya tali kekangnya dapat kuraih, mungkin karena kambingku terlalu kuat, sesaat kemudian tali itu putus. "Ah Sial" pikirku.

Kupercepat lagi lariku, dan akhirnya aku dapat meraih ekornya. Aku pegang ekornya kuat2, tapi ternyata ekornya putus, kambingku pun semakin kencang larinya karena kesakitan.

Ku kejar lagi hingga menyusuri hutan, kini aku sudah hampir disamping kambing, aku meloncat bermaksud untuk meraih kepalanya, ah ternyata meleset aku hanya dapat meraih kupingnya. kuping sudah digenggamanku tapi kambingku lari menjauh. Ah ternyata kupingnya pun putus.

Aku berlari lagi dan dan kali ini tidak boleh gagal lagi. dengan susah payah kudekati kambingku. kuraih kakinya. Dan ternyata jurang ada didepanku. aku terjatuh kejurang berguling2.

Ah sial. Aku bangun lalu kubalik bantalku dan tidur lagi. :))
 
Last edited:
Pengalaman Pertama

sesuatu hal yang sebenarnya masih kutakuti, temanku membenarkannya mereka bilang jika melakukannya bisa2 berdarah, tapi orang tuaku mengatakan bahwa aku sudah besar tidak perlu takut, bahkan mereka bilang aku harus melakukannya setiap hari, "ah gila" pikirku.

waktu ketika aku harus melakukan sesuatu itupun datang, ya... mau tidak mau aku harus melakukannya. aku masuk kedalam ruangan, kututup pintunya dan kukunci. Di depanku sudah terlihat batang yang berdiri tegak ditempatnya. kuraih batang itu lalu kumasukkan kedalam anggota tubuhku. rasa sakit dan geli campur menjadi satu.

Kukeluarkan batang itu dan kumasukkan lagi, terus begitu secara perlahan. Lama-lama enak juga ternyata rasanya. Hingga secara tidak sadar semakin kupercepat gerakannya. keluarlah benda basah, lembek, berwarna putih, "ah nikmat sekali" pikirku. hingga aku tidak sadar bahwa aku terlalu keras memasukkanya, dan "ah sakit" pikirku.


Dan kulihat warna merah pada batang itu yang ternyata itu adalah darah dari gusiku. Segera saja aku berkumur dan membersihkan batang itu yang adalah sikat gigi baruku.

Itu sepenggal pengalaman menggosok gigi pertamaku.

:D
 
Anak Perempuan Yang Lapar

Anak perempuan ini seharusnya jadi anak yang cantik. Kulit kusam itu seharusnya bisa halus, rambut berantakan itu bisa jadi indah, bau badannya yang menyengat bisa jadi wangi. Seharusnya.

Tapi sepertinya anak perempuan ini sebangsa gembel.
Aku menabraknya ketika berjalan di area parkir menuju mobilku malam ini. Suasana yang remang-remang membuatku tidak sadar ada seseorang yang berlari menuju ke arahku. Dan kami bertabrakan.

"Sakit?"
"Tidak Oom. Cuma lapar"
"Orang tuamu kemana?"
"Sudah meninggal"
"Saudara?"
"Nggak ada Oom. Sudah habis, nggak ada yang tersisa"
"Berarti kamu hidup sendirian?"
"Iya oom...dan malam ini saya sangat lapar..."
"Wah kasihan kamu. Mau makan apa? Kamu sebutin, biar aku yang bayar..."

Dia tidak menjawab. Hanya menyeringai, dan perlahan-lahan menampakkan taringnya. Di area parkir yang sepi dan remang-remang ini, sekilas tampak wajah yang tadi cantik, perlahan-lahan berubah menjadi mengerikan.
 
Unconditional Love

Dia dengan penuh amarah merobek-robek foto ukuran postcard itu.

"laki-laki ini bajingan!!!"

Aku menatapnya dengan sedih, mengetahui bahwa aku nggak akan bisa mengucapkan kata-kata yang akan membuatnya terhibur.

Aku mendekat kepadanya dan menyentuh tubuhnya. Aku nggak pernah mengerti mengapa dia menyerahkan cinta kepada laki-laki yang nggak bisa dipercaya itu. Harusnya dia menyerahkannya padaku. Karena aku cinta padanya. Sebuah cinta tanpa syarat dan tulus. Tapi sepertinya dia nggak pernah tahu.

Apakah dia nggak sadar bahwa aku adalah teman terbaiknya? Dan akulah satu-satunya yang punya cinta tanpa syarat kepada dirinya.

Dia bangkit, lalu menuju kamar mandi. Memberi kode kepadaku untuk mengikutinya.

Aku mengikutinya, sambil mengibaskan ekorku.
 
Menunggu Hari Pernikahan
(Untuk Indira Devi Kanti Purnomo)

Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok
Tik tok
Tik

Ah uh auh....*sensor*
 
Menunggu Hari Pernikahan
(Untuk Indira Devi Kanti Purnomo)

Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok
Tik tok
Tik

Ah uh auh....*sensor*

kapan sih tanggalnya, jangan-jangan hari minggu kemarin ya pas ijab kabul raul ma kd
 
He he he... aku tambahin ya... :D

---------------------------------------

EKSPLOITASI

Aku merasa tersiksa. Sudah beberapa menit lamanya dia mengobok-obok kedua lubang yang kumiliki—satu persatu.

Jari-jarinya yang hitam dan kotor itu terus bermain di kedua ronggaku yang memiliki bulu-bulu halus itu. Seakan tak pernah puas dia terus memainkan jarinya. Bereksperimen dengan berbagai macam gerakan memutar dan memilin.

Saat dia telah mendapatkan apa yang dia mau. Dia akhirnya mengambil nafas panjang. Melenguh puas.

Lamat-lamat terdengar sebentuk suara di sampingnya.
“Upilmu gede amat.”

:))
 
HEADPHONE

“Gue suka banget nih lagu, liriknya puitis.”

Kepalanya bergoyang-goyang mengikuti irama lagu. Terdengar suara berdentam-dentam dari benda hitam yang melingkar di kepalanya, seperti sebuah bando yang dapat bersuara.

“Wah, musiknya bagus banget. Gitarisnya jago nih!”

Seorang teman menepuk bahunya. Dia melepaskan headphone.

“..................”

Mulut sang teman terlihat komat-kamit.

Wajahnya mengernyit. Dia tidak dapat memahami apapun.

“Apa lu bilang?”
 
TERKILIR

“Aduh…!!!”

Tubuhku rebah, meringis, sambil memegangi pergelangan kakiku. Pria itu sepertinya mendengar suaraku. Dia datang mendekatiku.

“Mari, kubantu nona.” Katanya simpatik. Dia memapahku. Dan aku mengaduh lagi.

“Ehm, terima kasih…”
“Sama-sama.”

Dompet di sakunya berhasil kuambil.
 
Back
Top