Ajaran Dana Punya

Mikoto

New member
Dana Punya


Dana Punya (dana harta; punya nikmat, rahmat). Salah satu ajaran pokok agama Hindu, ialah ajaran berdana yang memegang peranan penting dan harus menjadi kenyataan sebagai amal ibadah (yadnya karma) setiap umat Hindu karena melalui amal ini hukum-hukum agama
akan dapat ditegakkan secara baik dan merata.

Tujuan pokok ialah untuk menumbuhkan sikap mental pribadi manusia dalam salah satu wujud pelaksanaan ajaran Wairagya (ajaran ketidakterikatan seseorang terhadap benda atau materi, benda lahiriah yang bertujuan memuaskan nafsu indera seseorang). Istilah berdana lazimnya disebut ajaran dana punya untuk benda-benda bergerak dan pelabha atau dana bukti untuk benda tak bergerak. Ajaran ini dikenal sebagai ajaran paramita Ajaran yang membimbing manusia menuju pada kesempurnaan lahir batin mengantar ke gerbang Surga atau ke seberang pendenitaan. Untuk mencapai tujuan hidup keagamaan menurut hukum Hindu, yang dikenal dengan nama moksartharn jagad hita, ajaran berdana adalah wajib hukumnya. Dalam agama Islam dikenal sebagai zakat dan wakaf.
 
Bls: Ajaran Dana Punya

[lang=en]If I may compare the similarities with the Islamic religion, this might be called the charity wealth. Indeed, every religion teaches sacrifice, whether it is the sacrifice of treasure and the sacrifice of animals to be slaughtered. At the beginning of human era also recognize the sacrifice of life which is dedicated to the god. But religion teaches man to replace those with wealth or sacrifice animals.[/lang]
 
saya post disini Artikel tentang Dana Punia dari I Ketut Gobyah

Dana Punia, Prioritas Beragama Zaman Kali

Tapah para, kerta yuge.
Tretayam jnyana mucyate.
Dvapare yadnyavaivahur.
Daana mekam kalau yuge.
(Manawa Dharmasastra. I.86).

Maksudnya:
Pada zaman Kerta puncak beragama dengan Tapa. Pada zaman Treta dengan Jnyana. Upacara Yadnya pada zaman Dwapara. Sedangkan pada zaman Kali dengan Daana Punia.

MANAWA Dharmasastra I.86 yang dikutip di atas menyatakan, bahwa Tapa adalah prioritas beragama pada zaman Kerta. Jnyana pada zaman Treta, upacara yadnya pada zaman Dwapara dan Daana Punia pada zaman Kali. Ingat Daana tidak sama artinya dengan Dhana. Daana artinya memberikan dengan tulus ikhlas. Sedangkan Dhana artinya harta benda termasuk uang. Pemberian itu hendaknya didasarkan pada punia.

Punia artinya pengabdian. Daana atau pemberian dengan dasar punia itu tidaklah semata-mata dalam wujud uang. Dapat saja dalam bentuk tenaga, keahlian, dalam wujud waktu, dorongan moral, juga dalam bentuk menahan indria atau hawa nafsu. Seperti tidak serakah, tidak mudah tersinggung, hidup tidak pamer kekayaan, dll.

Dalam Sarasamuscaya 180 menyatakan lebih utama melakukan Abhaya Daana daripada Sarwa Daana. Abhaya Daana artinya pemberian untuk melenyapkan rasa takut. Sedangkan Sarwa Daana adalah pemberian dalam bentuk harta benda. Jadinya kalau bisa, kita saling memberikan bimbingan sesama umat sehingga hidup ini menjadi saling beryadnya (Cakra Yadnya). Orang takut itu karena kebodohannya.

Kalau ia berilmu baik Guna Vidya atau ilmu yang dapat dijadikan dasar mencari nafkah maupun Tattwa Adyatmika atau ilmu kerohanian maka rasa takut itu pun akan mudah diatasi. Bhagwad Gita XVIII.5 menyatakan hendaknya jangan pernah berhenti melakukan Daana, Yadnya dan Tapa. Karena Daana, Yadnya dan Tapa itulah yang akan menyucikan orang yang bijaksana.

Daana dalam hal ini dapat diwujudkan dalam wujud investasi. Investasi itu diplot dalam wujud program dengan landasan Konsep Cakra yadnya sebagaimana disebutkan dalam Bhagawad Gita III.16. Investasi itu untuk menghasilkan suatu produk barang atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Investasi itu dapat menampung tenaga kerja, memupuk modal, pajak untuk negara dan memelihara lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.

Karena investasi itu mengelola uang dan berbagai sumber daya maka akan terjadi banyak godaan. Dalam hal inilah kita harus tingkatkan Tapa untuk tidak mudah tergoda untuk menyeleweng dari rencana pengembangan investasi tersebut. Hal ini akan sangat sesuai dengan konsep Mantra AtharvaVeda.III.24.5 yang menyatakan bahwa carilah uang dengan seratus tangan Daana. Puniakanlah dengan seribu tangan. Hal ini tentunya dilakukan melalui investasi yang benar. Dalam Slokantara pada Sloka 2 menyatakan bahwa juah lebih utama memiliki seorang Suputra daripada seratus kali berupacara yadnya. Kalau kita berhasil mengembangkan Daana Punia, arahkan penggunaannya untuk mengembangkan pendidikan untuk melahirkan SDM yang berkualitas (suputra). Menolong mereka yang patut mendapat pertolongan (sang Patra), jangan dihabiskan untuk upacara agama yang lebih menonjolkan hura-hura.

Untuk membangun SDM yang suputra itu berikan kesempatan lembaga umat yang tradisional maupun yang modern untuk melaksanakannya dengan program yang matang. SDM yang berkualitas atau suputra itu hanya akan dapat diwujudkan melalui pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan di luar sekolah. Upacara yadnya zaman Kali ini hendaknya dijadikan media untuk mengembangkan spiritualitas umat. Spiritual umat yang kuat ini sebagai sumber pendorong untuk memperhatikan nasib orang lain.

Memperhatikan nasib orang lain dengan memberi Daana Punia sesuai dengan keadaannya orang tersebut. Yang penting dengan Daana Punia itu orang tersebut meningkat menjadi SDM yang lebih baik. Kalau ia seorang yang masih dalam tahapan hidup Brahmacari serta memiliki kadar kecerdasan yang baik patut didorong dengan Daana Punia dalam bentuk biaya pendidikan. Hal itu pun diberikan kalau orangtuanya tergolong ekonomi lemah.

Kalau ada orang yang berbakat dalam bidang bisnis namun lemah permodalannya patut ia diberikan saran bagaimana cara mendapatkan modal serta mengembangkan bisnisnya dengan cara-cara bisnis yang benar. Jika ia seorang yang punya kelainan mental patut dibantu untuk membenahi mereka yang terkena gangguan mental tersebut. Konsep Daana Punia dalam arti luas dapat disosialisasikan dalam kegiatan upacara yadnya. Dengan demikian upacara yadnya itu menjadi wadah ajaran Susila dan Tattwanya Agama Hindu.

* I Ketut Gobyah
 
Dalam Slokantara pada Sloka 2 menyatakan bahwa juah lebih utama memiliki seorang Suputra daripada seratus kali berupacara yadnya. Kalau kita berhasil mengembangkan Daana Punia, arahkan penggunaannya untuk mengembangkan pendidikan untuk melahirkan SDM yang berkualitas (suputra). Menolong mereka yang patut mendapat pertolongan (sang Patra), jangan dihabiskan untuk upacara agama yang lebih menonjolkan hura-hura.
Kanda Rama menyukai tulisannya.
 
dana punia itu yang penting ikhlas

ga ada gunanya dana punia besar2 tapi berat mengeluarkan dari dompet. kalo saya ke pura, terutama waktu tilem/purnama biasanya saya menukarkan uang saya menjadi pecahan kecil biar ada uang untuk sesari dan punia, soalnya pas waktu itu ga cuman 1 pura aja yang saya kunjungi untuk sembahyang, tapi beberapa pura 1-3 biasanya
 
Back
Top