Agama, Hati, dan Ilahi

Cinta Kepada Rasul Allah Saaw​

Cinta bermakna sangat merindu dalam jiwa! Seseorang disebut sedang jatuh cinta bila dalam hatinya selalu mengingat nama sang kekasihnya! Mata sulit untuk dipejamkan agar lekas tidur karena terbayang akan wajah sang kekasihnya! Begitu pun cinta kepada Rasul Allah Saaw. Akan tetapi, cinta kepada beliau lebih dari itu. Kedamaian hati bila mengenang sejarah perjuangan beliau Saaw. Baginda Muhammad yang mulia Saaw adalah sosok kepribadian yang tiada bandingnya dalam kehidupan umat manusia. Inilah bukti betapa luhurnya beliau sebagai seorang utusan Allah dalam membimbing umatnya untuk menjadi seorang muslim yang senantiasa ta'at dan patuh kepada Allah Azza wa Jalla.

Kepribadian luhur lah yang menjadikan umatnya senantiasa mengenang akan sejarahnya! Anda akan menaruh rasa cinta yang mendalam bila diceritakan bagaimana beliau membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya! Sejarah kelam yang membius bangsa Arab jahiliyah di masa beliau sungguh sangat mengerikan! Akan tetapi, nabiuna Muhammad yang mulia Saaw begitu gigih mengajak bangsanya (umat manusia) agar tidak mengikuti hawa nafsu kebinatangan!

Perjuangan beliau sungguh menggetarkan jiwa yang memahami sejarah yang sangat kejam tanpa prikemanusiaan. Beliau hadir di tengah-tengah umat manusia yang kerasukan setan. Andaikan anda hadir saat sejarah yang begitu mencekamkan, anda pasti sulit untuk menolak bila yang hadir saat ini sudah sepatutnya berterima kasih kepada beliau! Melalui beliau lah kesadaran beragama, berperikehidupan dan berkeyakinan akan kebenaran Allah dalam mengajak umat manusia menuju kepada kehidupan yang berperadaban terbangun kokoh lagi tak tergoyahkan oleh sebanyak musuh-musuhnya yang merendahkan!

Allah Azza wa Jalla telah mempersiapkan beliau sebagai manusia pilihan! Allah SWT memilihnya tentu saja dengan pertimbangan sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana! Beliau adalah manusia seperti kita secara fisik (lahir), akan tetapi jiwanya begitu indah untuk dilukiskan! Semua alam bersenandung akan sejuknya beliau sebagai seorang Rasul Allah Saaw dalam membawa kabar gembira dan berita peringatan untuk umat manusia! Dengan penuh kasih sayangnya, beliau membimbing umat manusia agar tidak ternoda oleh rayuan manis iblis laknatullah 'alaih!

Andaikan anda berjumpa dengan beliau di saat itu, anda akan menemukan kesulitan untuk tidak berurai air mata! Anda sangat mendambakan senyum beliau di saat berbicara dengan anda tanpa sedikit pun rasa sedih berada dalam jiwa! Beliau sangat bijaksana lagi penuh sabar akan semua persoalan yang dihadapi umatnya! Akan tetapi, beliau tidak pernah bersedih ketika umat manusia mengecilkan perannya sebagai seorang Kekasih Allah Yang Maha Mulia!

Allah Azza wa Jalla dan malaikat-Nya menyanjung beliau dengan sholawat kepadanya. Perintah Allah agar kaum beriman menghormati beliau adalah sangat menggugah jiwa untuk tidak mengabaikan adanya cinta yang mendalam kepadanya! Sholawat adalah wujud rasa cinta yang terurai dalam kalimat yang sangat menyejukkan hati sanubari! Allah SWT tentu saja sangat bijaksana bila memberikan pahala yang bersholawat kepadanya! Cukup sudah sebagai wujud cinta Allah kepada nabi-Nya bila difirmankan dalam satu ayat sekali pun!

Maka, betapa tidak patutnya sekiranya umatnya yang telah meminum air segar yang menyejukkan jiwa yang diambil dari secangkir yang menawan dari tangan beliau yang mulia melupakan akan kecintaan kepada beliau Saaw! Sungguh nista umatnya yang mengabaikan raca cinta mendalam kepada beliau Saaw!

Cintaku Kepadamu Duhai Nabiuna!​

Allah adalah Tuhanku yang telah mengabarkan kepribadianmu!
Sungguh tak terurai dalam kalimat yang sangat mudah selain kemuliaanmu!
Andai aku dalam pelukan kasih dan sayangmu betapa dunia pasti cemburu atas sikapmu!
Andai aku ada dalam jiwamu tentu malaikat yang mulia pun bingung akan perasaanmu!

Cintaku sudah pasti sangat patut bila diuraikan dengan kata-kata dan perbuatan sebagaimana dirimu.
Adakah makhluk yang membangkang akan merendahkan diriku bila kusebut-sebut kepribadianmu dalam hidupku?
Oh betapa tidak fahamnya mereka akan kemulian pribadimu!
Oh betapa meruginya mereka yang menghindar dari kecintaan kepadamu!

Allah, bagaimana nasib diriku bila tak ada rasa cinta kepada nabi-Mu?
Andai aku mengerti bahwa bersholawat kepada nabi-Mu sungguh sangat mulia, maka diriku adalah orang pertama yang menyambut dengan tangis gembira.
Andai aku Engkau perkenankan, jadikan diriku untuk menjumpai beliau yang mulia!
Adakah diriku patut bersama beliau di keharibaan yang mulia?

Allah, sangat jelas bahwa dirku harus sangat mencintai nabi-Mu Saaw!
Allah, tidak ada sedikit pun bersalah bila aku bacakan untuk beliau sholawat yang menggetarkan jiwa!
Allah, dalam diriku ada dia yang menyapa untuk berjumpa dalam kemuliaan!
Allah, terima kasih atas firman-Mu untuk mendamba akan perjumpaan dengan nabi-Mu yang mulia dalam singgasana keagungan.

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Bahagia, Bukan Senang, Hidup


Anda tak akan dapat merasakan bahagia sekiranya dalam hidup hanya mengejar kesenangan dunia! Kerap kali orang menyebut bahagai ketika memperoleh uang yang banyak, terpenuhi segala kebutuhannya dan lain-lain hajat hidup di dunia! Padahal, bahagia sangat jauh berbeda dengan senang!

Anda, misalnya, bekerja dalam sebuah perusahaan bonafit! Penghasilan anda dalam sebulan dapat dibelanjakan untuk membeli sebuah sepeda motor! Adakah anda dapat menjadikan gaji anda bertambah nikmat dalam menjalani kehidupan dengan sebesar itu? Boleh jadi anda akan menjawab: relatif!

Mengapa anda menjawab relatif? Uang ternyata tidak menjamin anda bahagia! Anda dapat musibah karena sebuah kesalahan dalam berkendaraan! Sekali pun uang anda banyak, anda merasa kesal bahwa ternyata musibah menyebabkan anda tak lagi mampu bekerja secara optimal. Anda menganggap keteledoran menyebabkan terjadinya musibah!

Uang banyak, musibah, kesal, teledor dan bekerja tidak secara optimal berbeda satu sama lain. Satu sisi, anda punya uang banyak, tetapi, di sisi lain, anda menjadi kesal karena keteledoran anda menyebabkan terjadinya kecelakaan sehingga anda bekerja tidak lagi optimal! Kesimpulannya: Uang anda tidak dapat mengubah kondisi jiwa anda bertambah bahagia karena adanya musibah, selain timbul kekesalan dan kelemahan dalam bekerja!

Contoh lain, misalnya anda bertengkar dengan istri karena perbedaan persepsi! Anda tetap memiliki uang banyak! Awalnya, anda sangat senang karena uang anda banyak! Akan tetapi, istri menuntut agar uang itu dibelanjakan untuk keperluan keluarga! Istri ternyata senang belanja! Anda berusaha untuk tidak membelanjakannya secara berlebihan! Anda dan istri berbeda pandangan! Terjadilah pertengkaran! Anda punya uang banyak, tetapi melahirkan pertengkaran!

Anda sebenarnya senang memiliki uang banyak! Berbagai keperluan terpenuhi! Akan tetapi, di luar dugaan anda, bahwa uang banyak tidak dapat membahagiakan hidup anda! Kesenangan sangat berbeda dengan kebahagiaan!

Kesenangan cenderung dapat diukur secara materi! Anda senang punya mobil, rumah mewah, anak-anak pintar, istri cantik dan banyak uang! Tetapi, ukuran itu tidak dapat digunakan dalam menilai kebahagiaan hati! Mobil mewah, rumah mewah, anak-anak pintar dan uang banyak akan menyenangkan akal anda, bukan hati anda! Pikiran anda tidak akan merasa senang sekiranya tidak memiliki rumah mewah, mobil mewah, anak-anak pintar dan uang banyak! Kesenangan diartikan sebagai sebuah perasaan yang lahir akibat terpenuhinya apa yang dipikirkan oleh otak anda, bukan hati anda! Apabila tidak tercapai sebagaimana yang anda pikirkan, maka lahir kekecewaan!

Kebahagiaan tidak seperti itu. Anda bahagia sekali pun tidak memiliki uang yang banyak (hanya cukup), rumah sederhana, anak-anak patuh dan cerdas (berkat dididik dengan aturan-aturan Islam) sekiranya di dalam hati senantiasa bersyukur kepada Allah! Ada uang (cukup) dan tidak ada uang, pikiran tidak kalut! Hati anda hanya berkata: "Duhai Allah, Engkau Maha Mengetahui kebutuhanku! Mustahil diriku dapat mencukupi kebutuhan keluargaku sekiranya Engkau jauhkan diriku dari kasih sayang-Mu."

Kelemahan diri dilaporkan kepada-Nya! Hati anda pun pasrah; semuanya adalah bagaimana kehendak Allah! Anda begitu kuat meyakini bahwa Allah Maha Mendengar do'a anda (laporan anda). Insan bertakwa cukup berdo'a di dalam hatinya dalam kesempatan apa pun! Dengan keyakinan itu, Allah pun pasti akan mencukupi anda. Datangnya dari mana pertolongan Allah tidak dipikirkan oleh anda!

Jadi, kebahagiaan tidak diukur dengan materi, melainkan oleh kekuatan keyakinan akan pertolongan Allah setiap waktu! Pikiran tidak kalut, selain menyadari bahwa Allah pasti mengabulkan do'a anda! Kehidupan anda pun tidak dipenuhi oleh rasa was-was! Anda dan sekeluarga dapat menikmati kehidupan tanpa beban pikiran (stress)!


***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Manajemen Qalbu

Mengelola (to manage) adalah mengupayakan berjalannya suatu sistem yang terdapat di dalam sebuah lingkungan tertentu. Maka, sekiranya lingkungan yang dimaksud adalah qalbu, manajemen qalbu dapat dimaknai sebagai suatu upaya yang dilakukan agar berjalannya fungsi-fungsi qalbu secara fitrah untuk mengimani akan kebenaran Allah Azza wa Jalla. Qalbu atau hati adalah diri (nafs) manusia yang sesungguhnya saat ada bersama tubuh atau jasad. Allah SWT menciptakannya sebagai bagian dari diri manusia yang berada di dunia yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan (lahir)!

Qalbu digunakan untuk menstabilkan keimanan manusia dalam beribadah kepada Allah SWT. Ketika akal belum mampu meyakini hal-hal yang sangat abstrak (goib), maka qalbu telah memulai sejak diciptakan oleh Allah dan ditiupkan ke dalam jiwa manusia sewaktu masih di rahim ibunya!

Qalbu, secara fitrah, adalah sebuah 'wadah' yang menyimpan nilai-nilai kebenaran! Di saat manusia tidak memberdayakan qalbu sebagaimana fitrahnya, maka akal akan menguasai jiwa sebagai pemimpin dalam diri! Akal, secara kodrat, sebetulnya hanya ditugaskan oleh Allah untuk berpikir (bertafakur) tentang kejadian-kejadian di dunia (lahir) sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya! Anda berpikir bahwa mustahil ada langit tetapi tidak ada yang menciptakannya! Selama akal dapat berfungsi sebagaimana kodratnya, maka secara perlahan tapi pasti akan mengarahkan anda meyakini kebenaran Allah: "Adanya ciptaan (makhluk), pasti ada pencipta (kholik)-nya."

Logika berpikir manusia sangat berpengaruh terhadap keyakinan dirinya akan ada-Nya Allah! Orang-orang beriman diperintahkan agar berpikir dengan akalnya untuk tunduk dan patuh kepada Allah Azza wa Jalla. Sedangkan hati, secara fitrah sangat sulit, bahkan tidak dapat, mengingkari kebenaran! Jadi, antara akal dan hati sebenarnya diciptakan Allah berpasangan mendukung adanya kebenaran!

Kenyataannya tidak seperti itu. Banyak manusia yang hanya mengandalkan akalnya dan mengabaikan hatinya. Anda pasti sering bimbang penuh keragu-raguan untuk mengimani adanya kebenaran. Satu sisi, hati mengajak kepada kebenaran, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menundukkan akal! Sedangkan, sisi lain, akal selalu digunakan untuk memikirkan banyak hal yang tidak terkait dengan upaya-upaya merenungkan (tafakur) atas ciptaan-ciptaan Allah, sebagaimana ajakan hati nurani!

Dalam kondisi seperti itu, qalbu sudah seharusnya dikelola agar berfungsi sebagaimana fitrahnya! Mengelola hati berarti menundukkan akal untuk tidak angkuh sebagai paling mampu menjawab semua permasalahan hidup! Padahal, kenyataannya akal memang sangat terbatas kemampuannya! Sebagai muslim, anda sudah seharusnya mengelola qalbu dengan berdzikir kepada-Nya!

Upaya-upaya untuk mengelola qalbu sangat banyak! Manusia sesungguhnya makhluk yang diciptakan dapat merasakan hal-hal yang di luar jangkauan akal! Akal, misalnya, tidak mampu menghentikan tetesan air mata akibat hatinya tersentuh oleh sebuah peristiwa yang sangat mengharukan! Fungsi hati pada contoh tersebut merupakan bukti bahwa manusia sebetulnya dapat memberdayakan hatinya agar lebih peka terhadap nilai-nilai kebenaran!

Hati yang peka terhadap nilai-nilai kebenaran dapat diwujudkan apabila disandarkan kepada Pemilik Kebenaran, yaitu Allah! Sebagai contoh, anda terbawa hanyut oleh ceramah seorang ustadz yang mengungkap kelemahan diri dalam menghadapi ujian dari Allah! Berkat diungkapnya kekurangan diri secara ril ketika menghadapi kesulitan, maka setiap manusia sangat membutuhkan pertolongan Allah! Hati anda merasakannya, bahwa memang benar demikian! Mengapa hati mudah merespon segala sesuatu yang terkait dengan kelemahan diri? Allah SWT menciptakan hati untuk mengakui kelemahan ketika berhadapan dengan kemahabesaran-Nya!

Oleh karena itu, agar hati dapat meningkatkan keyakinan terhadap kebenaran Allah, maka hati harus diajak untuk mengingat Allah Yang Maha Agung (dzikrullah)! Hanya dengan itu, hati anda akan bertambah keyakinannya bahwa Allah Azza wa Jalla Maha Pengasih dan Maha Penyayang dapat menenangkan hati yang sedang gundah gulanah, semrawut, bimbang, ragu, kalut, cepat putus asa dan lain-lain penyakit hati.


***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Komunikasi Transendental


Sebab-sebab terjadinya komunikasi di antaranya adalah adanya aspek-aspek yang terlibat di dalam suatu interaksi. Pihak-pihak atau aspek-aspek yang terlibat meliputi penyampai pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan)! Pemberi dan penerima pesan terjadi aksi, yaitu saling mengadakan pemberian dan penerimaan pesan-pesan!

Oleh karena itu, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang (komunikator) kepada orang atau suatu kelompok orang (komunikan) dalam suatu kondisi yang saling menyadari. Komunikasi tidak bakal terjadi bila dalam prosesnya tidak ada unsur kesadaran dari masing-masing pihak yang terlibat.

Kesadaran merupakan aspek lain yang sangat penting dalam proses komunikasi! Dengan kata lain, komunikator, komunikan, pesan-pesan dan adanya kesadaran menjadi bagian yang sangat menentukan terjadinya komunikasi.

Apa pun pesan yang disampaikannya, komunikasi berlangsung dalam kesadaran penuh! Mustahil orang dapat berkomunikasi dalam keadaan pingsan. Akalnya tidak berfungsi dapat mengetahui apa yang sedang terjadi. Komunikasi antara diri seseorang yang pingsan dengan orang atau Allah tidak terjadi! Anda pasti kaget ketika saya menyebut Allah dalam kegiatan komunikasi!

Maka, dilarang orang yang sedang mabok atau pingsan melaksanakan solat! Seseorang yang sedang solat sesungguhnya sedang berkomunikasi dengan Allah! Prosesnya persis sama sebagaimana komunikasi yang berlangsung di antara sesama manusia. Anda dapat disebut sedang solat bila ada komunikasi! Dalam contoh ini, anda adalah penyampai pesan (komunikator)! Sementara Allah sebagai Penerima pesan (komunikan). Pesan-pesan yang anda sampaikan adalah seluruh bacaan di dalam solat!

Komunikasi yang anda lakukan ini dikenal sebagai komunikasi transendental! Komunikasi yang dilakukan antara seorang manusia (makhluk) dengan Tuhan (Kholik)! Keadaannya sangat (transendental) berbeda! Anda sangat sulit melakukan komunikasi dengan Allah Yang Maha Pencipta! Jika anda berkomunikasi dengan sesama dapat dilakukan karena anda menyadari adanya komunikan, baik langsung maupun tidak langsung dikenali, dari wujudnya atau suaranya! Sementara Allah belum anda ketahui wujud-Nya atau suara-Nya! Komunikasi seperti ini memang sangat sulit dilakukan!

Akan tetapi, betapa pun sulitnya dilakukan, tentu saja prosesnya disebut komunikasi! Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta sesungguhnya ada (wujud) tetapi tidak dapat dijangkau oleh penglihatan (lahir)! Anda menyatakan sangat susah karena tidak melihat secara langsung kehadiran Allah! Hanya saja, di dalam komunikasi suatu kesadaran harus terjaga! Bila anda tidak sadar, maka komunikasi tidak terjadi! Artinya? Anda berarti tidak melakukan solat dengan penuh kesadaran bahwa ada Allah ketika anda solat!

Saya ingin menggambarkan kepada anda suatu proses komunikasi dengan sesama manusia dengan penuh kesadaran! Anda misalnya sebagai komunikator dan orang lain sebagai komunikan! Dalam konteks ini anda pasti menyadari adanya dia (komunikan), apakah dia berada di hadapan anda atau tidak langsung berhadapan (misalnya, lewat handphone)! Anda menyadari karena ada dia, tetapi anda tidak disebut berkomunikasi jika anda tidak sadar bahwa ada dia (penerima pesan)! Sadar dan tidak sadar inilah yang mempengaruhi proses komunikasi berlangsung!

Jadi, suatu komunikasi terjadi bila adanya kesadaran yang sangat diketahui oleh kedua belah pihak yang saling berkomunikasi. Sekiranya anda solat (berkomunikasi dengan Allah) tetapi tidak ditunaikan dengan penuh kesadaran ada-Nya Allah Hadir, maka solat anda bukan termasuk sedang berkomunikasi! Padahal, Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar atas pesan-pesan anda!

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Menguak Permasalahan Hidup


Dunia begitu pandai membuai manusia untuk menyenanginya! Lima puluh, enam puluh, tujuh puluh tahun hidup di dunia serasa lama. Padahal, seratus tahun hidup di dunia hanyalah satu hari ketika anda berada di alam kelanggengan. Sangat jauh perbandingannya. Allah SWT berfirman, “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (al-Baqarah:259).

Luar biasa. Satu hari di alam keabadian sama dengan seratus tahun di dunia. Begitu terpesona selaksana hidup tak pernah bakal berhenti. Kehidupan di dunia menarik keinginan akal manusia untuk menghalalkan segala cara. Manusia dibuat mabok kepayang merindukan harta, tahta dan wanita. Iblis pandai menggoda permintaan manusia untuk menguasai dunia. Pintu kematian telah terbuka lebar tidak pernah menjadi perhatian, kecuali di sela-sela ada berita kematian. Sangat sebentar merenungkannya! Lepas dari suasana duka, manusia kembali lagi lupa akan kematiannya!

Manusia sebagai makhluk yang pasti menghadapi kematian tidak mungkin terlepas dari berbagai persoalan kehidupan. Mengakui akan kebutuhan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sesaat manusia menghadap kepada-Nya. Berbagai masalah hidup yang menghimpit dirinya tak mampu dipecahkan sendiri tanpa pertolongan Allah! Dengan mengharap pertolongan kepada-Nya, manusia bakal mengakui bahwa persoalan hidup tak lepas dari kekuasaan Allah.

Hidup di dunia sesungguhnya hanya sebentar sekali! Cepat berlalunya bagaikan kilat yang menyambar pepohonan tinggi menjulang! Dunia diciptakan oleh Allah untuk menjadi lahan persemaian amal yang akan dibawa ke singgasana kebahagiaan di dunia lain dari alam nyata (alam keabadian)!

Anda pasti meyakini bahwa alam barzakh itu ada! Allah Azza wa Jalla menciptakannya untuk menjadi tempat persinggahan sementara menunggu alam akhirat datang. Seluruh ruh manusia berada di alam barzakh sampai Allah memerintahkan malaikat Israfil meniupkan sangkakala! Allah SWT menyediakan kehidupan ruh di alam barzakh sepadan dengan amaliah manusia saat masih di dunia.

Siapa pun tak dapat mengelak takdir! Bila sampai tiba batas usia hidup, maka ruhnya akan diambil alih ke alam keabadian! Adakah harta, jabatan, wanita-wanita yang dimilikinya akan menyertai anda ketika ditanam di dalam tanah yang sunyi sepi dan gelap tanpa lampu? Amal andalah yang menemaninya! Bagaimana amal anda, bagaimana keadaan anda di sana!

Hidup adalah memenuhi semua perintah dan menjauhi larangan Allah. Sebab Allah menjadikan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepada-Nya! Sebagai makhluk yang membutuhkan untuk tetap mendekati Allah, maka manusia diberilah kemampuan untuk mempertahankan hidup! Semua kebutuhan yang diperlukan manusia untuk tetap hidup disediakan oleh Allah segala jenis makanan dari bumi! Manusia tinggal mengelola yang ada di bumi! Dengan cara itu manusia dapat hidup! Selanjutnya semua manusia harus memenuhi apa yang telah difirmankan oleh Allah agar beribadah kepada-Nya!

Hidup menjadi masalah bagi manusia apabila lupa akan tujuan yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana yang diamanatkan oleh Allah! Masalah hidup bukan sebagaimana yang selama ini dianggap oleh kebanyakan manusia akan ketidakmampuannya memperoleh kebutuhan hidup semata-mata! Untuk hidup, manusia memang diperintahkan untuk mencari nafkah agar dapat memenuhi kebutuhan dasar! Akan tetapi, hidup itu bukan hanya sebatas itu dalam melakukan kehidupan di dunia! Allah SWT sudah menolong manusia agar dapat hidup sementara di alam dunia! Berbekal dengan akalnya, manusia seharusnya tidak terlena merasakan nikmatnya dunia yang sudah dicarinya! Sedapat mungkin anda tidak tergopoh-gopoh mencari kebutuhan hidup tanpa mengikuti petunjuk yang sudah disediakan oleh Allah! Hidup bukan untuk bersenang-senang selamanya, selain mencari kebahagiaan di dunia juga di akhirat!

Bahagia hidup di dunia sama sekali bukan berarti tidak adanya kenikmatan! Dalam bahagia ada kesenangan! Tetapi, di dalam kesenangan tidak pasti selalu ada kebahagiaan! Bahagia sangat langgeng, sedangkan senang sangat sementara dirasakannya! Maka, hidup menjadi bermasalah bila senang yang dicarinya bukan bahagia.

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Memaknai Kesalehan Sosial

Seorang telah dianggap berbuat saleh seakan-akan sama dengan berbuat kebaikan. Padahal, kesalehan itu sama sekali sangat jauh persamaannya dengan kebaikan! Kesalehan adalah perbuatan yang berdampak positif kesudahannya. Ada nilai-nilai kebajikan yang didapatkan sesudah mengamalkan suatu perbuatan yang wajib, sunah, boleh dan baik. Anda belum tentu saleh apabila telah berbuat baik menurut pandangan kebanyakan manusia. Misalnya, anda membantu seorang nenek menyeberangi jalan raya.

Perbuatan yang telah anda lakukan itu bukan amal saleh, melainkan amal kebaikan! Amal kebaikan ditekankan untuk tidak berlaku diam bila anda sanggup melakukannya tanpa menyoal apakah ada kebajikan sesudahnya. Dalam contoh di atas, anda sebatas membantu menyeberangkan seorang nenek agar terhindar dari kecelakaan. Sesudah nenek di seberang, anda tidak lagi memperhatikan bagaimana sikap, perbuatan, aktivitas dan sebagainya dari nenek tersebut. Tetapi, anda akan diberi pahala oleh Allah karena turut membantu nenek yang sudah pikun selamat dari bahaya lalu lintas di jalan raya.

Perbuatan anda akan menjadi saleh dari contoh tersebut bila anda memahami adakah nenek tersebut akan menjadi lebih sehat ketika sampai di rumah, bagaimanakah nenek tersebut bila tidak ada yang menjaganya, adakah setiap hari dia dapat memperoleh makan, lalu anda memberikan perhatian sepenuhnya untuk nenek tersebut sebagaimana yang anda perhatikan. Artinya, anda tidak sebatas menolong nenek menyeberangi jalan, tetapi memperhatikan lebih untuk membantu kesudahan nenek tersebut dalam menjalani kehidupan di lingkungan keluarganya!

Amal perbuatan anda dapat dikategorikan amal kesalehan yang bersifat sosial bila mengamalkan seperti contoh tersebut di atas. Jadi, kesalehan sosial bermakna sebagai perbuatan yang dapat mendatangkan kebajikan sesudah suatu perbuatan yang bersifat sosial itu dilaksanakan.

Banyak kalangan, baik dari pemerintah maupun masyarakat dan swasta, berbuat kebaikan tetapi tidak berdampak positif sesudahnya. Sepertinya telah menolong, tetapi menjadikan yang ditolongnya tak mampu untuk berubah secara positif (baik). Ambil contoh program pengentasan kemiskinan. Satu sisi, pemerintah merasa bertanggung jawab untuk mendistribusikan kesejahteraan rakyat, maka digulirkan program bantuan modal usaha untuk kelompok usaha menengah ke bawah! Syaratnya adalah yang menerima modal betul-betul wiraswasta! Modal pun disesuaikan dengan perkembangan usaha! Akan tetapi, program ini tidak difollow up (tindak lanjut) bagaimana manajemen wirausahanya, pemasarannya, kualitas produknya dan sebagainya. Anda pasti kebingungan sekiranya usaha anda tidak berkembang dapat perguliran bantuan modal tetapi tidak ada pembinaan dari pemerintah lebih lanjut. Anda hanya mengulang modal tanpa memiliki starategi usaha yang dapat berkembang! Walhasil, usaha kelompok menengah ke bawah mengalami stagnasi dan kebingungan!

Konsep keberpihakan kepada masyarakat sudah dilakukan, tetapi tidak berdampak positif kesudahannya; usaha yang dibantu dengan permodalan tidak mengalami kemajuan yang berarti! Pemerintah telah beramal baik secara sosial, tetapi tidak dapat disebut sebagai berbuat kesalehan sosial.

Dalam Islam, amal saleh itu merujuk kepada perintah dan larangan Allah! Contoh, perintah Allah SWT kepada kaum beriman untuk mengingat Allah sebanyak-banyaknya agar hatinya menjadi tenang! Maka, sekiranya seorang mukmin berdzikir lalu hatinya tidak tenang berarti dzikirnya belum berdampak positif kesudahannya! Dzikirnya dapat pahala bila dilakukan! Tetapi, hakikatnya belum tercapai, yaitu ketenangan jiwa (hati)!

Anda seharusnya menjadi semakin tenteram atau tenang bila berdzikir kepada Allah! Sekiranya terjadi sebaliknya, berarti ada yang salah dalam berdzikir! Patutkah seorang mukmin berdzikir tetapi akalnya masih mendominasi perbuatan jahat? Ketenteraman hati bagi seorang pelaku dzikir apabila hatinya lah yang berdzikir, bukan semata-mata lisannya! Dzikir yang menenangkan adalah dzikir yang berdampak langsung kepada hati! Maka, sekiranya lisannya berdzikir sementara hatinya tidak, yang terjadi tetap tidak mengukuhkan ketenteram hati! Dzikir jasmaniah (lisan) sangat jauh berbeda dengan dzikir ruhaniah (hati atau ruh).

Allah SWT Mendengarkan suara hati yang sedang berdzikir, sekali pun tidak ada orang lain yang mendengarkannya. Ada nilai yang paling utama dari dzikir di hati (dzikir khofi). Pendekatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan penghampiran lahiriah cenderung diajak tidak sebagaimana hakikatnya! Setiap amal lahiriah berdampak lebih cenderung jasmaniah bila belum mengetahui hakikatnya! Sekiranya solat masih bersifat jasmaniah (adanya bacaan dan gerak), maka sulit menjangkau dampak ruhaniahnya! Akan tetapi, sekiranya solat dilakukan secara jasmaniah (adanya gerak dan bacaan solat) dan secara ruhaniah (berupaya memaknai setiap bacaan solat di dalam hati atau ruh), maka dampak solat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (hakikat solat). Ada dampak positif kesudahannya! Inilah amal soleh dari suatu perbuatan yang bersifat ruhaniah!

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Peradaban Umat Manusia

Adakah yang memahami makna manusia yang beradab? Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah seharusnya pandai dalam bersikap, bertutur kata dan berbuat sejalan dengan adab yang bersumber dari akhlaqul karimah (akhlak mulia). Anda menjadi manusia beradab bila akhlak anda mulia. Adab lebih memiliki makna sebagai ajakan untuk berperilaku santun dalam menyikapi setiap jenis produk keinsaniahan (kemanusiaan)! Akankah anda berakhlak mulia sekiranya ada produk-produk pemikiran manusia dalam kehidupan? Bila produk pemikiran itu sangat menjunjung tinggi keluhuran budi pekerti, sudahkah manusia meresponnya dengan sepenuh hati?

Saya menyadari betapa tingginya kedudukan manusia dalam pandangan Allah! Anda sebagai insan yang diciptakan dengan kelengkapan budi pekerti sangat memungkinkan menjadi insan yang berakhlak mulia di sisi-Nya! Sebagai insan yang berakhlak mulia, maka pasti setiap perkataan dan perbuatannya menunjukkan keluhuran adabnya, baik dalam hablum minan nas maupun hablum minallah!

Ajakan berperadaban bagi seluruh manusia yang hidup di dunia sesungguhnya mengakui pentingnya menjadi mulia di sisi Allah! Allah SWT telah memperlihatkan akhlak mulia rasulullah saaw di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah yang tidak memiliki adab! Beliau menjunjung tinggi martabat setiap wanita! Dalam pandangan beliau, wanita adalah makhluk Allah yang memiliki hak yang sama di hadapan Allah! Sejarah kehidupan umat manusia telah berubah sejak beliau mengusung peradaban Islam sebagai fondasi dalam mendudukkan setiap jiwa memiliki hak yang sama dalam pandangan Allah. Yang membedakannya adalah keagungan akhlaqul karimah sebagai insan bertakwa kepada Allah SWT.

Maka, sangat keliru ketika perkembangan teknologi telah mengubah gaya hidup muslim menjadi tidak beradab. Peradaban umat manusia sesungguhnya dapat melahirkan kemuliaan diri sebagai insan beragama, bukan sebaliknya!

Berbagai permasalahan hidup umat manusia seharusnya dilandasi dengan peradaban yang menjunjung tinggi akhlaqul karimah! Andaikan setiap produk-produk pemikiran lebih dilandasi oleh semangat berperadaban, maka tak ada kekacauan (chaos)! Insan beragama sepatutnya mendudukkan akhlaqul karimah menjadi fondasi dalam bersikap, berucap kata, dan berperilaku di setiap lingkungan masyarakat!

Anda pasti merasakan keadaan bangsa ini yang apabila peradaban telah hilang dari jiwa para pemimpinnya! Agama, Hati dan kedudukan Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa sangat menentukan perubahan anak bangsa sekiranya tidak memiliki peradaban! Karena itu, manusia yang beradab adalah insan yang berpegang teguh kepada agamanya (Islam) sebagai panutan dalam menjalani kehidupan, dengan berada di dalam kesucian hati yang mengantarkan kepada kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Seperti itulah peradaban umat manusia seharusnya!

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Perubahan Diri Insani

Dunia tak pernah berhenti menawarkan 'kemolekan' syahwatnya. Setiap mata memandang, pasti tak pernah merasa rugi. Seolah tiada lelah menikmati keindahan yang mematikan. 'Racun' itu telah membius diri yang lalai akan semua pemberian dari Tuhannya.

Dunia begitulah adanya. Diri yang lalai akan mengira bahwa hidup seolah tak ada duanya, seperti hanya dunia tempat persinggahannya. Allah SWT menciptakan manusia, jin, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain diperuntukan agar menjadi makhluk yang patuh dan taat kepada-Nya. Seluruh ciptaan Allah tunduk dan patuh, kecuali jin dan manusia.

Ketika mereka tidak merendah di dalam kekuasaan Allah, maka jin dan manusia seolah hidup untuk bersenang-senang di dunia. Semua yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang makhluk ciptaan terlupakan. Sekali ingat akan kewajibannya, tetap saja lupa akan larangan-Nya untuk tidak dilanggar. Manusia sesungguhnya tak mampu menolak bisikan setan untuk melakukan ajakannya menentang Allah.

Maka, sekiranya Allah SWT tidak mencurahkan rahmat-Nya, merugilah semua yang menyandarkan kehidupannya pada hal-hal yang bersifat materi. Allah SWT sebagai Penguasa atas diri-Nya dalam mengurus makhluk-Nya tidak berlaku kejam. Dia Maha Bijaksana. Tidaklah berbuat seolah tidak ada kasih sayang-Nya. Dengan kasih sayang-Nya, banyak kaum mukmin yang diselamatkan.

Adakah kini kaum beriman berterima kasih kepada-Nya? Sayang sekali saat waktu yang masih tersisa tidak dimanfaatkan untuk merenungi diri atas perbuatan yang melanggar perintah Allah. Jatah hidup tidak terlalu lama habisnya, selain hanya menunggu ajal menjemput.

Akal yang dianugerahkan Allah untuk lebih merenungkan apa yang dapat disaksikan atas tanda-tanda kebesaran-Nya di dunia ini belum difungsikan sebagaimana seharusnya! Sangat tidak berarti bila hidup hanya mengandalkan akal satu-satunya sebagai anugerah Allah. Padahal, banyak sekali anugerah Allah yang dicurahkan Allah kepada manusia dan jin.

Akal bukanlah satu-satunya karunia Allah di dunia ini. Akan tetapi, kebanyakan manusia hanya mengandalkan akalnya saja untuk setiap persoalan. Perbaikan diri adanya bukan di dalam kesenangan, selain dia bersama di dalam kebahagiaan. Maksudnya, perbaikan diri dapat dilakukan dengan meninggalkan hal-hal yang berada di dalam kesenangan lahir! Di balik kesenangan itu, ada tenaga penggoda jiwa yang mematikan.

Sebaliknya, kebahagiaan jiwa akan menuntun diri dapat menikmati kesenangan yang ditunjuki! Kebahagiaan hanya dapat diperoleh sekiranya manusia muslim berubah menjadi bertakwa kepada Allah dan mengikuti ajakan rasul-Nya dengan segenap jiwa mencintainya.


***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Kesabaran Diri Menghadapi Ujian

Bilamana ada kenikmatan, maka ada kesedihan di baliknya. Pikiran manusia selalu berkeinginan untuk tidak terjadi seperti itu: "Bilamana ada kenikmatan, maka sesudahnya juga harus nikmat."

Akal manusia terprogram untuk memperoleh kesempurnaan. Akan tetapi, akal tidak dapat menolak bila kenyataannya tidak demikian. Maka, menurut akal, inilah masalah.

Sayangnya, analisa akal tidak selalu benar. Kesedihan, sesuai ketetapan Allah SWT, merupakan ujian bagi kaum beriman. Dalam perjalanan hidup, keserasian antara yang unggul selayaknya berdampingan dengan yang tidak unggul untuk melengkapi kekurangan. Bila selalu unggul, maka tidak ada keseimbangan.

Asumsi ini merupakan sunatullah. Bila anda sibuk, maka ada waktu anda untuk istirahat. Sekiranya anda terus sibuk, maka anda pasti celaka. Jika anda sedih, maka di balik itu pasti ada kenikmatan. Bayangkan bila anda terus sedih, maka pasti hidup anda tidak mungkin berumur panjang. Begitupun sebaliknya, jika anda selalu memperoleh kenikmatan, maka pasti anda akan lupa hakikat penciptaan sebagai makhluk yang sangat lemah.

Dengan kesedihan, Allah SWT bermaksud sayang kepada kaum mukmin untuk memahami siapakah dirinya. Inilah filosofi ujian bagi manusia yang beriman kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Allah Maha Pencipta sangat Memahami apa yang seharusnya diperbuat untuk makhluk-Nya. Sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, Dia berkehendak agar kaum beriman cukup menikmati di dunia sebatas dengan kebutuhan yang sepatutnya saja. Allah SWT berkehendak menempatkan kaum beriman dan beramal saleh di surga yang akan digelar saat berada di alam keabadian. Kenikmatan di sana akan berlangsung terus menerus tiada henti. Abadi selamanya. Sedangkan kenikmatan di dunia sangat sementara. Ini merupakan ketetapan Allah bagi orang-orang yang mau berpikir.

Jadi, bila anda menghadapi ujian dari Allah SWT, jangan diduga Allah tidak menyayangi anda. Allah SWT, sebaliknya, justru sangat Menyayangi anda. Dengan ujian, maka setiap mukmin diperintahkan untuk tetap bersabar dan jangan berburuk sangka kepada Allah Azza wa Jalla.

Kesabaran merupakan kunci bagi orang-orang beriman bila dihampiri ujian dari Allah SWT. Ujian sesungguhnya merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia menuju Allah Azza wa Jalla. Tanpa diuji, maka dia tidak termasuk orang-orang yang beriman kepada-Nya. Maka, kaum mukmin seharusnya bersyukur bila Allah menguji anda.

Suka atau tidak suka, ujian pasti datang kepada orang-orang yang mengaku beriman kepada-Nya. Bila menyadari ayat Allah, maka anda tidak perlu cemas dan berkeluh kesah. Akan tetapi, kebanyakan manusia mudah putus asa bila menghadapi ujian.

Ujian bukanlah suatu azab bagi orang yang beriman, selain merupakan syarat untuk meningkatnya derajat kepada kedudukan sebagai insan yang mulia di sisi-Nya.

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Agama Islam Agama Keyakinan

Sesungguhnya Islam telah dipilih oleh Allah SWT sebagai agama yang paling sempurna! Dia rido agama Islam dipilih menjadi agama-Nya! Maka, siapa pun ketika Islam menjadi agamanya berarti dia telah memperoleh petunjuk! Allah SWT sebagai Ada dalam kedudukan diri-Nya di dalam Ada-Nya! Ini berarti Ada-Nya menjadi bukti Dia sebagai Yang Maha Berkuasa.

Apapun yang berada di dalam kekuasaan-Nya tak dapat menguasai diri-Nya. Adapun Dia sebagai Penguasa, maka bagi-Nya sebagaimana kehendak-Nya. Islam dipilih untuk menjadi agama yang diridoi karena kekuasaan-Nya untuk memilih. Inilah siapa pun tak dapat mengaku agamanya, selain Islam, adalah agama yang terbaik.

Keberadaan-Nya adalah wujud-Nya yang nyata dalam penguasaan atas seluruh makhluk-Nya. Allah berwujud Ada karena Dia berkehendak Ada tanpa campur tangan makhluk-Nya. Ada-Nya merupakan simbol perwujudan yang ditampakkan adanya makhluk ciptaan-Nya!

Allah SWT menetapkan Islam menjadi agama yang diridoi agar diyakini oleh yang mengimani-Nya! Ketika sudah memilih Islam sebagai agamanya dalam berkehidupan, maka seharusnya tidak dipermainkan sesuai keinginannya. Kehendak-Nya yang telah menetapkan Islam untuk diyakini oleh orang-orang yang beriman. Jadi, tak patut bila Islam adalah agama-Nya belum diyakini sebagai agama yang dapat menyelamatkan dirinya (kaum mukmin).

Konsekuensi dari pemilihan kepada Islam sebagai agama yang diyakininya adalah membenarkan firman Allah di dalam al-Qur'an yang sudah memberitakan akan kedudukan agama-Nya sebagai yang paling sempurna dan diridoi. Jadi, berketetapan memilih Islam itu berkonsekuensi dalam kehidupan di dunia. Keadaan keyakinan memilih Islam akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak oleh Dia Yang Memiliki Islam sebagai agama-Nya! Maka, bersungguh-sungguhlah ketika anda menyatakan diri sebagai seorang muslim!

Karena Islam bukan dilahirkan oleh manusia, maka keyakinan akan keberadaan-Nya tidak dapat terbantahkan bila siapa pun yang sudah berketetapan memeluk Islam sebagai agamanya! Untuk itu, Islam dipilih bukan oleh keinginan akal selain diperkuat oleh keyakinan akan kebenaran ada-Nya sebagai Tuhan Yang Mahaesa. Tiada Tuhan kecuali Allah.

Dengan demikian, Islam itu adalah agama yang diyakini kebenarannya sebagai agama terpilih oleh Allah Yang Maha Goib. Kemahagoiban-Nya tidak dapat dijangkau oleh akal yang sangat serba terbatas tanpa didukung oleh keyakinan dirinya atas kehadiran Dia di hadirat-Nya.


***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Pola Hati Versus Kodratiah

Menggali pikiran secara kodratiah membutuhkan kemampuan pola pikir jernih secara alami. Setiap objek yang menjadi bagian yang dipikirkan, perlu dipola sepadan dengan kemampuan otak yang dianugerahi oleh Allah SWT. Masing-masing orang memiliki pola pikir yang berbeda sepadan dengan IQ-nya. Semakin tinggi IQ-nya semakin cerdas orang tersebut.

Adakah IQ seseorang yang rendah, misalnya, pola pikirnya berguna untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang rumit dan sulit? Saya memprediksi bahwa ada perbedaan yang terlalu tinggi di antara orang-orang yang ber-IQ tinggi dengan orang-orang yang ber-IQ rendah. Mengapa? Ini adalah hukum alam. Siapa pun yang IQ-nya bagus, maka berpikirnya juga jernih. Dalam situasi semacam ini, maka orang-orang yang ber-IQ rendah selalu berada di dalam suasana kehidupan yang tidak memperoleh keniscayaan berhasil.

Setidak-tidaknya, IQ rendah hanya mampu mengetahui berdasarkan penginderaan secara sederhana, yakni penglihatan dan pendengaran suatu objek tampak seperti yang dijangkau oleh penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga). Adapun lebih jauh berpikir: bagaimana, kenapa, ada apa, yang mana, adakah, apakah dan hal-hal lainnya, baginya sudah sangat 'malas' mengkajinya.

Apa adanya bagi yang ber-IQ kurang, seolah tak patut baginya berpikir njelimet. Sebaliknya, orang dengan IQ tinggi akan berkata-kata: mengapa benda itu dapat bergerak, diam, lari dan sebagainya. Orang ber-IQ tinggi sangat cerdas mengamati, mengolah, menyusun, menganalisa dan mengambil kesimpulan akhir.

Adakah Allah SWT berbuat tidak adil? Ternyata dugaan orang yang seperti itu tidak benar. Allah SWT dalam diri-Nya berlaku adil. Ini adalah sifat yang memang tak dapat dipengaruhi oleh cara pandang manusia atas perbuatan-Nya.

Lalu di manakah letak keadilan Allah atas perbuatan-Nya menciptakan keragaman pola pikir manusia yang dilengkapi dengan IQ yang berbeda-beda? Di sinilah kita diuji untuk memahami bagaimana sesungguhnya perbuatan Allah tersebut.

Allah SWT menciptakan manusia lengkap bukan saja otak juga ruh (hati). Pola pikir alami (kodratiah) memunculkan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya. Namun demikian, Allah SWT juga akan memberi nilai-nilai keutamaan hati orang-orang yang senantiasa berada di dalam kasih sayang-Nya.

Apa itu? Kasih sayang Allah SWT diberikan oleh Allah kepada mereka yang meyakini bahwa Allah SWT itu memang Sayang pada dirinya. Makna sayang tidak diberikan kepada seluruh umat manusia. Allah SWT hanya menggembirakan kepada yang memiliki keimanan yang kuat dengan keyakinan yang tiada keraguan sedikit pun. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang menempatkan hatinya sebagai imam dalam dirinya.

Sebagai imam, maka peran hati berada di depan. Hati yang adalah ruh sesungguhnya adalah dia sebagai hamba-Nya. Dalam kedudukan dia sebagai hamba-Nya, maka dia akan didudukkan menjadi mulia di sisi-Nya. Kemulian dirinya menjadikan jaminan bagi Allah untuk mencurahkan kasih sayang-Nya.

Seandainya orang beriman yang keyakinannya sangat kuat itu adalah orang ber-IQ rendah, maka Allah akan membimbingnya dengan perantaraan para kekasih-Nya dan para malaikat. "Dan Kami turunkan para malaikat dan Ruh-Ruh suci dari segala urusan dengan izin dari Tuhannya." Merekalah yang mengajarinya sebagai pertolongan Allah SWT atas tingkat keimanannya.

Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Mengetahui, ilmu-Nya tak terhitung oleh keluasan ciptaan-Nya dalam penguasan ilmu pengetahuan. Dia Maha Goib Yang Mengetahui yang goib dan yang nyata. Maka, sekiranya kasih sayang-Nya mengenai kemampuan berpikir bagi mereka yang berkeyakinan sangat kuat tetapi IQ-nya relatif kurang, Dia akan memberi karunia di luar kemampuan kebanyakan manusia.

Pengajaran-Nya kepada manusia yang telah berkedudukan mulia di sisi-Nya tidak sebagaimana umumnya manusia biasa. Dididik dengan kemuliaan-Nya dan diajarkan dengan pengetahuan-Nya. Masya Allah.

Maka, orang-orang yang semacam ini pasti pemahamannya lebih mendalam dan sangat mampu menjangkau lebih jauh daripada orang-orang yang otaknya cerdas, jenius, brilian, mumpuni sekalipun. Di sinilah keadilan Allah SWT diperlihatkan.

Pola pikirnya bukan lagi kodratiah, melainkan berpikir dengan pola hati. Berpikir dengan pola hati tidak melibatkan otaknya sebagai bagian untuk berpikir. Peran otak hanya menerima pesan-pesan kebenaran dari hatinya. Pesan-pesan itu hanya berupa luncuran al-hikmah (kebijaksanaan Allah). Apa yang dikatakannya tidak perlu dianalisa oleh akalnya. Pesan-pesan itu meluncur begitu saja. Akan tetapi, pesan-pesan itu sangat mengagumkan dan sekaligus membuat banyak orang tercengang mendengarnya atau mereka yang membaca tulisannya sulit dijangkau oleh akalnya, tetapi tetap bermakna karena keluasan ilmunya.

Dunia begitu membuai kebanyakan manusia akan keindahannya. Setiap manusia yang dirinya merasa 'pandai' banyak yang tertipu oleh kehebatan rayuannya. Manisnya menjadikan orang cerdas berlomba untuk menguasainya. Tetapi dia lupa akan Tuhannya. Padahal, Dialah Yang Maha Pencipta otaknya.

***
Disalin dari tulisanku di: Forum Republika Online
 
Luasnya Ilmu Allah

"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui"​
(al-Baqarah:247).

Kisah yang diberitakan al-Qur'an di atas menunjukkan betapa kita tidak bisa dengan seenaknya mengatakan diri seseorang hanya karena tidak tampaknya materi (kekayaan) yang dimilikinya dipandang tak berilmu dan tak kuat dalam menghadapi berbagai persoalan. Dunia ini menjadi tempat manusia sering salah menilai seseorang dari cara atau gaya hidupnya.

Allah Swt tidak menilai seorang manusia dari kepemilikan materi dunia, melainkan dari aspek dirinya sebagai orang yang bertakwa. Allah Swt Maha Kaya atas diri-Nya, yang dengan itu, Dia akan memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah Swt berkehendak menjadikan orang bertakwa mulia di sisi-Nya! Allah Swt tidak memilih orang menjadi mulia dari kekayaan yang dimilikinya.

Ukuran kemuliaan seseorang, dengan demikian, terletak dari kedekatan dengan Tuhannya! Semakin dekat seseorang yang beriman kepada Allah, maka semakin menjadi mulia dirinya. Arti dekat dapat didefinisikan sebagai tiadanya keinginan yang bersifat material dalam diri seseorang selain berharap dirinya sangat dicintai oleh Allah Yang Maha Mulia. Saya, misalnya, berharap sebuah rumah mewah di atas perbukitan (vila) dengan kekayaan yang saya miliki untuk tempat menginap bila suatu hari libur. Rumah itu sebetulnya hanya saya singgahi satu minggu sekali. Untuk memelihara rumah itu saya sewa beberapa pembantu, dan mereka menempati rumah itu. Dalam hati, saya merasa puas karena saya memiliki rumah tersebut, walau jarang ditempati. Kepemilikan rumah menjadi kepuasan jiwa! Luar biasa.

Dalam jiwa saya yang semacam itu, saya telah diperbudak oleh nafsu duniawi. Kepemilikan merupakan aset yang tak memiliki nilai spiritualitas sama sekali. Apa bedanya anak kecil yang berharap memiliki sepeda mini? Anak itu dengan sangat girang merasakan kepuasannya ketika sepeda yang diharapkannya datang dibawa oleh orang tuanya. Kepemilikan rumah mewah oleh orang dewasa dengan kepemilikan sepeda mini oleh anak-anak tak ada bedanya. Keduanya bertumpu pada nafsu materi.

Allah tidak dapat didekati dengan kekayaan (materi), tetapi dihampiri dengan hati yang bernilaikan intan berlapis emas! Sebanyak apapun kekayaan materi manusia tak terkalahkan oleh Dia Yang Maha Kaya! Bukankah semua yang dimiliki manusia adalah pemberian dari Allah? Adakah manusia yang dapat membuat emas, intan, minyak, gas, uranium, seng, batu, air, ikan, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi? Dia Sangat Kaya akan kekayaan-Nya sendiri yang dimanfaatkan oleh makhluk-Nya. Jelaslah, bahwa Allah Swt tidak dapat didekati dengan kekayaan (materi) bila berharap kemuliaan-Nya!

Bila kekayaan itu dikorbankan untuk mendekati-Nya, maka nilai pengorbanannya yang dapat mengantarkan manusia menuju kepada-Nya. Sekiranya kita kaya raya tetapi tidak ada niat untuk menolong para penempuh jalan Allah (salik/fi sabilillah), maka kekayaan itu tak berarti apa-apa selain menjadi tanggungan di akhirat kelak. Menikmati kekayaan Allah beresiko harus dapat mempertanggungjawabkannya sebahagian untuk menafkahi mereka yang patut untuk ditolong.

Andaikan kita tahu ada sementara orang beriman yang sangat membutuhkan uluran tangan untuk menyebarluaskan ilmu Allah, tetapi kita berpura-pura tidak tahu, maka Allah pasti akan menegur kita. Adakah kekayaan yang dimiliki seseorang dapat menyelamatkan dirinya dari pembalasan keras Allah? Tidak ada selain Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun.

Saya mengimbau kepada yang merasa menyimpan kekayaan (materi) agar segera diinfakkan untuk menolong kaum mukmin yang sedang berada di dalam keluasan ilmu Allah. Saya bukan bermaksud meminta untuk kepentingan dakwah, tetapi mengingatkan agar jangan menyimpan harta yang menjadikan Allah marah.

Allah Swt sangat marah apabila ada kaum mukmin mengetahui ayat-ayat-Nya tetapi membiarkan peringatan-Nya. Buanglah jauh-jauh dari rasa takut miskin bila mengeluarkan dari kelebihan harta. Surga Allah tak akan dapat ditukar dengan harga yang murah. Akan tetapi, justru neraka sangat mudah untuk menyeret mereka yang hartanya tertumpuk dan tak mau dikeluarkan.

Allah Swt mengajarkan dengan kemuliaan bukan dengan kekikiran. Allah Swt memuliakan seorang hamba dari ilmu-Nya yang diperoleh karena mendekati-Nya melalui suatu perjuangan untuk tetap beriman dan beramal soleh.

Adakah seorang mukmin yang berharta dan berilmu tetapi enggan untuk berbagi ilmunya atau kekayaannya? Jika seorang mukmin merasa telah berilmu, juga berharta, sungguh tak patut dengan ilmunya tidak disebarluaskan, dan dengan hartanya hanya untuk kebanggaan diri.

Luasnya Ilmu Allah menunjukkan bahwa Dia Maha Mengetahui atas seluruh ciptaan-Nya; dari hewan, tumbuh-tumbuhan, jin, manusia hingga malaikat mulia. Tiada yang luput dari ilmu-Nya. Allah Maha Mengenal siapa pun manusianya, apakah merasa sudah beriman atau mengaku memiliki ilmu pengetahuan. Seandainya ada yang berpura-pura tak mengetahui ajakan Allah, maka Dia lah yang pasti akan mengingatkannya.


***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Mukasyafah Sang Sufi

"maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna"​
(Maryam:17).

Ayat ini menerangkan tentang posisi ibunda Maryam saat berada di tempat persembunyiannya (mihrab) dari keramaian manusia! Allah Swt menurunkan Jibril a.s. yang menjelma sebagai manusia! Kedatangan Jibril a.s. membawa pesan dari Tuhannya mengenai keberadaan dirinya (Maryam) bahwa dia akan mempunyai seorang anak, namanya Isa Putra Maryam.

Ayat ini mengilhami banyak kaum sufi bahwa perbuatan Allah Azza wa Jalla kepada ibunda Maryam pasti dapat berlaku bagi siapa pun. Diketahui bahwa ibunda Maryam bukanlah seorang nabi. Akan tetapi, beliau, sebagaimana nabi, diajarkan oleh Allah melalui perantaraan malaikat Jibril a.s. Al-Kitab, Taurat, Injil, dan al-Hikmah.

Kebijaksanaan Allah Swt mengajarkan ibunda Maryam oleh Jibril a.s. sebagai bukti bahwa Allah berbuat dengan keluasan ilmu-Nya. Allah Swt berfirman: "Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil" (Ali Imron:48).

Subhanallah! Allah Swt sesungguhnya Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Sekalipun beliau bukanlah nabi-Nya, tetapi untuk memudahkannya mengetahui kemahabesaran Allah, ibunda Maryam diajarkan, di antaranya Al-Hikmah, sehingga mengerti pesan-pesan petunjuk yang disampaikan oleh Allah melalui malaikat-Nya yang mulia. Kita dapat mengetahui bahwa Allah Swt menurunkan malaikat-Nya bukan hanya dianugerahkan kepada para rasul-Nya saja, tetapi juga manusia lainnya. Maka, kita pun mengerti sekiranya Allah juga menurunkan ruh-ruh suci (dari kalangan para nabi dan orang-orang soleh; para aulia Allah) untuk membantu memberikan bimbingan kepada orang-orang yang beriman yang sedang menempuh perjalanan spiritual (salik/sufi) menuju kepada Allah.

Para sufi berkeyakinan bahwa Allah pasti menunjuki jalan-jalan-Nya. Allah Swt telah berfirman atas diri-Nya sendiri kepada orang-orang yang mengimani-Nya. Allah berfirman: “Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan salihin) dan (hendak) menerima tobatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (an-Nisaa:26).

Keyakinan atas ayat-ayat Allah menempatkan keimanan kaum sufi terus menempuh perjalanan menuju Allah Azza wa Jalla. Manusia yang berkeyakinan seperti kaum sufi mendudukkan al-Qur'an sebagai petunjuk yang patut diikuti. Maka, Allah pun sangat Mengetahui dan Mengenalnya.

Dalam perjalanan yang sangat penuh dengan cobaan dan rintangan itu, seorang sufi sangat berkeyakinan bahwa Allah pasti menolongnya. Dengan sandaran keyakinan seperti itulah, Allah Yang Maha Kuasa menganugerahkan al-Hikmah kepadanya. Dengan al-Hikmah itu, kaum sufi menerima anugerah karunia yang banyak. Al-Qur'an menyebutkan: "Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)" (al-Baqarah:269).

Di antaranya dalam hal ini kaum sufi, yang sedang menempuh perjalanan menuju Allah itu, dianugerahi karunia mengetahui wilayah yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan (mata) lahir. Telah tersingkapnya tabir yang menghalangi sang sufi dengan Mawla-nya di hadirat-Nya. Inilah yang disebut Mukasyafah Sang Sufi.

Dunia lahir sangat berbeda dengan dunia yang tak tampak. Setiap manusia yang hadir di dunia (lahir) ini pasti sepanjang tidak buta matanya dapat melihat semua yang dilihatnya dan mengetahui suara yang didengar oleh telinganya. Akankah semua manusia melihat dengan mata (lahirnya) setiap yang hadir di dunia yang tak tampak? Tidak. Semua manusia di wilayah lahir ini hanya menjangkau sesuatu dari yang sejauh mata mampu melihatnya dan mendengar sesuatu sebatas kemampuan telinga mendengarnya. Pengetahuan segala hal yang di luar lahir tak mungkin dapat dijangkau oleh mata dan telinga (lahir)-nya.

Allah hanya menganugerahkan kemampuan 'melihat' dan 'mendengar' ke bagian dunia yang jauh dari penglihatan dan pendengaran lahir bagi mereka (para sufi) yang sudah mencapai derajat didekatkan (muqarrabin). Pendengarannya adalah pendengaran-Nya, penglihatannya adalah penglihatan-Nya. Bahkan gerak tangan, kaki dan anggota badannya adalah karena Allah! Mata (hati)-nya yang menjangkau, bukan penglihatan (lahir)-nya. Begitu juga dengan telinganya, yang menjangkau hanya pendengaran (hati)-nya, bukan telinga (lahir)-nya. Inilah anugerah yang 'dihadiahkan' oleh Allah kepadanya untuk menuju ke 'wilayah'-Nya! Al-Hikmah merupakan sebutan anugerah karunia kepadanya.

Perjalanan mereka belum selesai sebelum berjumpa dengan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana! Mukasyafah Sang Sufi adalah langkah awal tapak tilas di tataran kegoiban dalam menjemput anugerah puncak perjalanan di 'wilayah kekuasaan'-Nya! Allah Sang Maha Bijaksana senantiasa membimbing menuju cahaya-Nya untuk berjumpa dengan-Nya, Allah Yang Maha Mulia!

Aduhai Indah-Nya Cahaya-Mu
Sekiranya mereka yang menyangsikan kemahabesaran-Mu menemui kebenaran-Mu,
tentulah tak mungkin mereka beradu pendapat!
Andaikan mereka kuajak menemui-Mu,
tentulah sadar bahwa firman-Mu benar tanpa banyak pendapat!
Akankah aku Engkau perintahkan untuk memberitakan kebenaran-Mu?

Allah, demi Zat-Mu Yang Maha Mulia,
aku hanyalah seorang yang tak berdaya,
takkan mungkin menerima beritaku semua orang yang masih tertutup mata hatinya!
Padahal cahaya-Mu begitu indah dipandang mata orang yang telah Engkau singkap tabir yang menghalanginya!
Cahaya-Mu menerangi gelapnya pandangan manusia yang mengunggulkan pikirannya!

Allah, kini kusadar betapa lemahnya diriku di dalam kekuasaan-Mu!
Deritaku di dunia hanyalah kemuliaan yang tiada tertulis dalam buku harianku,
akan tetapi Engkau ukir di Lohmahfuz-Mu yang tercatat dengan 'Pena'-Mu!
Bagaimana aku tak meyakini seluruh firman-Mu yang mulia itu?
Duhai Allah, tutuplah hidupku dengan kemuliaan-Mu. Amin.
***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Metafisika dan Logika Berpikir

Kesimpulan akhir dari rangkain penganalisaan sangat terkait kemampuan logika berpikir! Jika A, maka B. Premis mayor dan premis minor bila disimpulkan menghasilkan ketepatan dalam mengambil kesimpulan. Kecerdasan akal menganalisa suatu pernyataan sangat mempengaruhi hasil akhir dari proses berpikir. Inilah yang disebut logika berpikir.

Setiap pernyataan tentang apapun sedapat mungkin merupakan suatu pelajaran yang dapat bermanfaat bagi orang lain, juga diri sendiri, untuk menambah kualitas pemikiran yang bermartabat (patut diteladani). Jika seorang pemimpin berbicara, maka pembicaraannya mengandung pesan-pesan yang mengajak untuk meningkatkan kualitas berpikir. Tidak asal menyampaikan pernyataan.

Analisa terhadap sebuah pemikiran yang cerdas dapat membantu memudahkan analis mengambil kesimpulan atau mengetahui arah yang disampaikannya. Maka, berpikir yang memiliki nilai teratas disandarkan kepada logika berpikir yang tepat dan berguna. Jika, logika berpikir hanya tepat tetapi tak berguna, maka hanyalah sebuah kesia-siaan saja.

Ambil contoh, logika berpikir tentang kekuasaan negara. Dalam kekuasaan, selalu saja ada berbagai permasalahan di dalam lingkungan birokrasi yang sering memunculkan kemerosotan moralitas. Dengan logika berpikir yang benar dan bermanfaat, maka seorang pemimpin dapat menyampaikan pernyataan-pernyataan bijak adanya permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam hal ini, misalnya, seorang Bupati menyampaikan permasalahan demoralitas. Dengan pernyataan yang logis, dia sedapat mungkin menyampaikan kepada semua kalangan tentang permasalahan tersebut:

"Saudara-saudara, saya adalah seorang pemimpin yang telah dipilih oleh masyarakat. Memenuhi keinginan masyarakat atas keseriusan para karyawan, sejak staf sampai dengan yang menduduki jabatan, adalah sangat bernilai tinggi akan pentingnya hidup bersih dari kenistaan setiap perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Untuk itu, saya berpendapat, bahwa kerakusan, kecongkakan, keresahan dalam hidup, kemunafikan, keinginan harta benda dan berbagai keinginan nafsu duniawi sudah seharusnya dibersihkan dari mereka, termasuk diri saya pribadi."

Subhanallah, sekiranya ada seorang Bupati yang berpidato di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang terhormat, betapa mulia jiwanya dan, saya yakin daerah itu diliputi oleh kesejahteraan, kenyamanan, stabilitas keamanan, berasaskan Islam praktek bukan teori, tidak ada provokasi dan berbudi luhur para pejabatnya, juga masyarakatnya.

Lihat bagaimana kalimat-kalimat yang seandainya disampaikan oleh seorang Bupati. Logika berpikirnya benar dan tepat serta sangat berdampak positif (bermanfaat) bagi semua kalangan! Bukan hanya logika berpikir yang benar, tetapi muatan pesan-pesannya mengandung nilai-nilai metafisika.


Metafisika

Apakah yang dimaksud metafisika? Dengan berhasil setiap orang yang berkeyakinan kuat untuk tidak bersikap, bertutur kata dan berbuat jahat, merencanakan pola hidupnya tidak selalu mengandalkan materi (fisik) semata. Kekuatan keimanan ditambah dengan pelaksanaan yang tidak berbau materi (bendawi) menjadi sandaran dalam menjalankan kegiatan dunia, maka dapat menghasilkan kemampuan di luar daya talarnya. Dengan kekuatan keyakinan itulah setiap orang yang beriman sepatutnya memaknai hidup di dunia: "Hidup hanya bersifat sementara."

Jadi, kekuatan iman itulah yang dapat melahirkan kemampuan metafisika. Dengan demikian, yang dimaksud metafisika adalah hal-hal yang di luar daya talarnya dapat terjadi mengikuti kehendak Allah. Maka, sekiranya seorang Bupati bertutur kata, bersikap dan berbuat sebagaimana yang disampaikannya dalam contoh di atas, kejadian-kejadian luar biasa yang sulit dijangkau oleh logika berpikir akan muncul di daerah tersebut. Inilah yang disebut dengan kehendak Allah terjadi di daerah yang pemimpinnya tidak berlogika berpikir sebatas menyusun kalimat yang tepat tetapi tidak bermanfaat karena tidak mendasarkan kepada pelaksanaan nilai-nilai kebenaran.

***
Disalin dari tulisanku di Forum Republika Online
 
Suara Hati (Jiwa atau Ruh atau Diri)

"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (Al-A'raaf:205).

Anda dapat menyimak perintah Allah pada ayat di atas. Bagaimana menurut anda? Saya menangkapnya adalah ayat tersebut mengandung perintah Allah untuk menyeru asma-Nya di dalam hati dengan aturan:
1) Merendahkan diri;
2) Ada rasa takut saat menyeru asma-Nya;
3) Tidak mengeraskan suara.
Dilakukan pada waktu pagi dan petang. Ditambah, selain ketiga aturan tersebut, adalah tidak boleh lalai.

Adakah yang dapat memaknai apa maksud Allah dengan perintah tersebut? Dengan pertolongan Allah, saya insya Allah memaknainya sebagai berikut:

Perintah Allah adalah suatu kewajiban yang harus diamalkan oleh kaum mukmin atas firman-Nya! Jika, dari ayat tersebut, perintah Allah Swt berupa ajakan untuk menyeru asma-Nya (asmaul husna), maka kewajiban yang harus dipatuhi adalah melaksanakan seruan (dzikir) kepada-Nya tanpa membantah!

Kemudian, seruan tersebut seharusnya dilakukan di dalam hati, bukan di lisan (fisik). Dzikir ini disebut dzikir fi nafs atau dzikir khofi. Pertanyaannya adalah mengapa Allah menyuruh untuk dzikir di dalam hati? Saya, alhamdulillah, mengetahui bahwa hati itu sesungguhnya adalah diri (nafs) kita, bukan siapa-siapa! Karena itu, apabila Allah meminta diri (hati) kita untuk menyeru asma-Nya, maka yang diwajibkan itu bukan selain diri kita yang bersifat peralihan (sementara), yaitu jasad kita. Lho? Anda pasti masih bingung: mengapa jasad itu bersifat sementara (peralihan) dari diri kita yang sesungguhnya?

Anda sesungguhnya sudah memahami bahwa yang ada di dunia ini hanya bersifat sementara, yang sebenarnya (hakiki) adalah yang berada di alam keabadian. Allah telah menciptakan manusia berada di dua dunia, yaitu dunia yang tampak (fisik atau jasadi) dan dunia yang tidak tampak (ruhani atau hati). Dunia yang tampak berbentuk kasar (wadag), sementara dunia yang tak tampak berwujud sangat halus (sebenarnya ruh itu sangat halus, karena itu, berbeda dengan makhluk halus -- jin muslim dan jin kafir atau iblis laknatullah 'alaih).

Anda bukan tidak mengenal apa yang saya maksudkan tersebut. Jasad, termasuk di dalamnya adalah otak, berwujud ada secara lahir karena Allah Swt telah berketetapan menjadikan ruh sebagai Anda, yang nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh amal jasad anda sewaktu hidup di dunia yang tampak. Untuk itu, jasad ketika ajal menjemput akan menjadi rusak dan tidak dialihkan ke alam keabdian. Ruhlah yang dipindahkan.

Sesudah Anda berada di alam barzakh (alam kubur), Allah Swt akan meminta malaikat-Nya yang ditugasi untuk menanyakan segala hal yang telah diperbuat (oleh jasad anda) sewaktu di dunia. Allah akan memberikan balasan sepadan dengan amal perbuatan (jasad anda)! Penting untuk dicatat, bahwa persoalan ruh itu urusan Allah, bukan urusan manusia! Bagaimana Anda di alam barzakh, semuanya sudah ada 'aturan mainnya' yang hanya Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana Yang Maha Mengurusnya!

Jadi, jasad itu bersifat sementara. Artinya, setelah habis jatah hidup di dunia, dia tak digunakan lagi! Maka, jasad sebetulnya hanyalah 'pengganti antar waktu', bukan sebagai yang sesungguhnya.

Allah mengajarkan agar menyeru asma-Nya di dalam hati (diri) agar Anda sudah terbiasa mengingat Allah apabila saat ajal tiba untuk menemui-Nya di hadirat-Nya. Anda akan sulit bila tidak terbiasa berdzikir di dalam hati! Bila anda asyik menyibukkan apa yang dilakukan oleh jasad, sedangkan hati anda lalaikan, maka jiwa (diri atau hati atau ruh) akan dikuasai oleh iblis dan pasukannya! Naudzu billahi min dzalik!

Allah sesungguhnya Maha Penyayang kepada kaum mukmin! Sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta, maka Dia berkedudukan sebagai Penguasa Tunggal yang seluruh peraturan diberlakukan sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Pernyataan atau firman-Nya untuk diketahui dan diamalkan. Bagi siapa pun yang beriman lagi menjalankan apa yang diperintahkan-Nya, Allah pasti memberi pahala yang sepadan, bahkan dilipatgandakan! Persoalan ganjaran untuk kebaikan, Allah dapat memberi lebih dari yang ditunaikan oleh orang-orang yang beriman, sementara balasan atas kejahatan, Allah membalasnya sepadan.

Peringatan Allah untuk berdzikir dengan asma-Nya agar diseru di dalam hati (ruh atau jiwa atau diri) dengan cara-cara yang sepatutnya dilakukan oleh seorang pedzikir, yaitu rendah di hadapan Allah dengan ada rasa takut sehingga patut bila berdzikir di dalam hati (ruh atau jiwa atau diri) dilakukan dengan penuh kelembutan (tidak keras).

Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Besar, maka Dia adalah Tuhan Yang Perbuatan-Nya harus diikuti oleh seluruh makhluk-Nya. Maka, seorang hamba yang ta'at akan memperlakukan dirinya (hatinya atau ruhnya atau jiwanya) di hadapan Allah Yang Maha Bijaksana sepatutnya merendah. Artinya, seorang hamba tidak patut membanggakan dirinya (hatinya atau ruhnya atau jiwanya) di hadapan Allah Yang Maha Besar. Rendah bermakna kecil, tak memiliki kekuasaan, dan hanya dapat menggantungkan segala sesuatu hanya kepada-Nya! Dengan cara seperti itu, yang patut dilakukan saat merendah di hadapan kemahabesaran-Nya pasti dapat merasakan takut! Takut tak berarti menyeramkan ketika berhadapan dengan-Nya, selain seorang hamba tak patut bila tidak menunjukkan kelemahan dirinya (hatinya atau ruhnya atau jiwanya), ketakkuasaan dirinya (hatinya atau ruhnya atau jiwanya) dan kehinaan dirinya (hatinya atau ruhnya atau jiwanya)! Dengan cara seperti itu pula, maka dia akan menyeru asma-Nya dengan sepenuh (jiwa atau hati, yang dia adalah ruh atau diri, yaitu aku yang lemah dan tak berdaya) melembutkan suaranya di dalam hati (diri atau jiwa atau ruh). Lembut artinya tiadanya kesulitan untuk memujinya dengan penuh kerinduan akan Dia Yang Maha Suci dalam kekuasaan-Nya!

Allah Swt mengajarkan agar terus (istiqamah) berdzikir kepada-Nya di dalam hati (ruh atau jiwa atau diri), di waktu senggang, apakah saat pagi, (siang), dan petang (dan malam) hari. Dengan cara seperti itu, maka Allah pun akan mengingatnya. Hati Anda pun tak lalai akan Dia Yang Maha Pencipta! Setan pasti takut, lari tunggang langgang dari diri (hati atau jiwa atau ruh) Anda. Tenteram, tenang, bahagia, senang, bersemangat hidup, senantiasa optimis, tidak lesu dan loyo, bersikap positif (tidak mudah putus asa), tidak congkak, tidak hasad, tidak 'ujub, tidak riya dan tawadhu.

Anda yang sesungguhnya (ruh atau jiwa atau diri atau hati) menjadi stabil (kuat) keimanannya. Anda (hati atau ruh atau diri atau jiwa) pun dapat bersuara dengan sangat jelas, memberitakan segala hal yang diperoleh dari Dia Yang Maha Luas Ilmu-Nya. Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu Akbar. Allah berkenan menjadikan hati (Anda) suci, bersih dari kekotoran (penyakit hati). Suara Hati (Anda) pun nyaring, berwibawa, berwawasan meluas, mendalam pembicaraannya (lisan dan tulisan), menggetarkan jiwa orang yang mendengarnya, berhati emas dan setia kepada Allah menjadi hamba-Nya sampai kapan pun di dunia dan di akhirat!

"Saya seolah telah berbicara dengan lisan (lahir) saya sendiri, tetapi ternyata aku (hatiku atau ruhku atau jiwaku atau diriku) yang sesungguhnya melisankan pesan-pesan ini. Tanganku (yang di wilayah lahir) sangat lincah memilih huruf-huruf di keyboard mendengarkan lisanku (yang tidak tampak itu) menyampaikan berita dari dalam hati atau ruh atau diri atau jiwa!" Inilah suara hatiku (ruhku atau jiwaku atau diriku yang adalah aku itu) yang kulahirkan di dalam dunia yang akal sulit menjangkaunya!


****

Disalin dari tulisanku di Agama, Hati dan Ilahi
 
Bilakah Menjadi Takwa?


Sulitnya kaum mukmin berusaha hijrah dari kegelapan menuju cahaya lebih disebabkan oleh lemahnya daya juang (jihadun nafs) terhadap kesalahan dan dosa amaliahnya! Kelemahan ini sangat berpengaruh terhadap gairah untuk menata ulang kehidupan beragama (Islam) yang telah diyakininya.

Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin tidak diimplementasikan sebagaimana Rasul-Nya Saaw! Islam telah ditetapkan menjadi agama yang diridoi oleh Allah Azza wa Jalla! Maka, menjadi muslim berkonsekuensi terhadap janjinya di hadapan kemahabesaran Allah Swt.

Sudah bukan menjadi rahasia sekiranya Allah Swt memerintahkan seluruh umat manusia, termasuk jin, untuk hanya menyembah (beribadah) kepada-Nya! Penegasan Allah sama sekali tak dapat dianggap melampaui ketidakmampuan manusia dan jin, selain telah diukur dengan kapasitas kekuatan menerima rasa membenarkan keluasan ilmu-Nya!

Adakah yang telah menyangsikan akan kekuasan Allah Azza wa Jalla sebagai Tuhan Yang Mahaesa? Tidak ada, kecuali orang-orang kafir! Dengan demikian, untuk kaum mukmin, yang telah menyatakan diri sebagai muslim, tak patut mengabaikan kewajiban yang seharusnya dipatuhi dalam peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla!

Pengakuan kaum mukmin seharusnya tidak hanya di lisan, melainkan benar-benar sampai ke hati! Dalam hal ini, hati telah didudukkan pada posisi sebagai "aku" yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di Yaumil Akhir di hadapan mizan Allah!

Allah Azza wa Jalla telah menurunkan Rasul-Nya Saaw untuk menjelaskan apa yang telah dikehendaki oleh Allah Swt terhadap umat manusia! Sulit kaum muslim yang tidak menaruh perhatian terhadap Al-Qur'anul Karim mengenai ketetapan Allah Swt tersebut!

Di banyak ayat-Nya, Allah Azza wa Jalla sangat Menghendaki agar umat Rasulullah Saaw mengikuti petunjuk-Nya! Allah Azza wa Jalla telah berketetapan akan janji-Nya kepada kaum mukmin yang senantiasa berkhidmat menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya!

Kehendak Allah Swt telah digariskan di dalam kekuasaan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta untuk didahulukan dari segala keinginan umat Rasulullah Saaw! Maka, barang siapa yang mendahulukan kehendak-Nya, Dia (Allah) pasti akan memenuhi seluruh keinginan dan kebutuhan hamba-Nya.

Kepasrahan diri seorang beriman kepada apa pun yang menjadi kehendak-Nya adalah sebuah karakteristik orang-orang bertakwa yang sebenar-benar bertakwa kepada-Nya!

Dengan kata lain, bilakah ketakwaan seseorang yang telah mengaku beriman kepada Allah Swt telah sampai pada ketetapan-Nya? Maka, jawabnya adalah kalau dia (orang beriman) tersebut telah benar-benar berserah diri kepada-Nya!
 
Back
Top