- Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

princess_newbie

New member
kisah nyata seorang gadis tak ber-ayah, yang terpaksa harus menikahi seorang lelaki tak dicintai olehnya ditengah penantian panjangnya untuk seorang lelaki yang begitu dicintainya. Juga ditengah kegilaannya karena masih dihantui perlakuan-perlakuan almarhum ayahnya pada ibu dan dirinya sebelum meninggal karena bunuh diri.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Entah bagaimana aku harus memulai hidup dengannya. - pikirku dalam-dalam.

Aneh,,,.. dimulai sejak aku berjumpa dengannya karena orang tuanya adalah Kepala Sekolah di tempatku bekerja menjadi guru.

Orang tua beruban yang terlalu baik hati pada semua orang. Ia selalu memberiku banyak hal di hidupku yang mulai menginjak 22 tahun. Entahlah, aku juga tak begitu mengerti mengapa kakek tua itu bersikap begitu baik pada semua orang yang dianggapnya berunggah-ungguh mengharginya.

" Cessie??? " Seru suara tua yang masih segar di kepalaku.

" Iya, Pak ???" Jawabku menoleh kearahnya. Kepala sekolah yang berwajah murah senyum ini menghampiriku. Memegang pundakku dan kembali tersenyum.

" Besok, Ibu ingin ketemu kamu. Kamu bisa?? " tanyanya tanpa menghilangkan senyuman diwajahnya.

" Ibu, Pak?? " sejenak aku bingung menjawab. Senyumannya memberiku satu kunci yang memaksaku mengatakan YA!! padanya. Astaga, ...

" Bisa ?? " tanyanya mengulang yang tadi, aku cukup membuatnya bingung dengan diam saja tak mengatakan apapun padanya sejak pertanyaaan pertamanya ia tanyakan padaku.

" mmm, Iya, bisa. Dimana, pak? " hhh, akhirnya aku tak bisa mengatakan tidak padanya.

Kulihat ia tersenyum untuk yang kesekian kalinya.
" Bapak dan Ibu tunggu kamu di rumah jam 8 malam nanti. Sekalian ajak Ibu kamu. Jaga Silaturahmi. " Katanya lembut sembari meninggalkanku memasuki kantornya di ujung lorong.

Hhhhh, hela ku panjang - panjang, karena aku yang selalu tidak pernah bisa menolak permintaan atasanku.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

" Halo!! " Ku telpon Taka yang masih kerja dikantornya untuk memberitahukan padanya tentang undangan orangtuanya untukku nanti malam.

" Ya? "

" Mmm, Ka, ayah kamu tadi ngajak aku sama mama makan malem dirumah kamu. " Ucapku langsung tanpa basa-basi padanya.

" Oh, trus gimana? " tanyanya kembali.

" Ya, nggak. " jawabku malas dan berkelit.

" Yah, kalo kamu sama mama ada waktu - dateng aja!!? " Perintahnya begitu dingin. Membuatku semakin males ngobrolin ini dengannya.

" Ya, deh. Yaudah kalo gitu. "

" eh, kamu sekarang dimana?? " tanyanya tiba - tiba bersemangat.

" Kenapa? " tanyaku sambil menarik kursi beroda kedepanku dan duduk.

" Aku temenin makan siang, boleh??? "

" Hh?? " membuatku sedikit melirik ke arah ponselku karena sedikit terkejut mendengarnya tiba -tiba mengatakan itu.

" Boleh ? " tanyanya lagi. Aku selalu melihat kemiripan - kemiripan antara Taka dan ayahnya. Yang selalu tersenyum, hangat, mengingatkanku pada almarhum ayahku yang begitu bertolak belakang dengan mereka. " Ssie ?? "

" Ee- Yah ??? gimana ya?, kayaknya hari ini aku gak makan siang deh. Paling 'ntar sore, aku ada janji soalnya. gimana???" jawabku nge-less.

" Gitu ya?? Hm, Janji??! Dimana?!! "

" Diii, Kantin sih. Tapi ,,, ... mmm, .."

" Yawdah, aku sekarang kesana deh. Lagian gak baik buat kamu juga nunda-nunda jam makan. "

" Eh, tapi gimana kalo aku lama?? " aku semakin bingung mencari alasan.

" Gak apa. " tut tut tut.

Ihh, ko' ditutup, sih ???! Dassar orang aneh...
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

jam 20.47, di rumah Narantaka.

Aku duduk di kursi terjauh dari mama dan kedua orang tua Taka. Mencoba, berusaha tak berada dekat dengan mereka.

" Taka mana? " tanya mama pada mereka. Dan aku tak peduli dengan yang mereka obrolkan sejak empat puluh lima menit yang lalu.

" iyya, katanya 'sih tadi masih di jalan. Gak tahu juga ini anak kemana? tapi paling 5 menit lagi juga sampai ko', Bu!!?" jawab mama Taka menengahi.

Dan ternyata lebih benar dari yang dikatakan olehnya, tak kurang dari 3 menit, terdengar suara mobil CRV-Taka di luar pagar. Terlihat olehku - dengan tak peduli, Mbak susi keluar rumah untuk membukakan pintu pagar agar Taka bisa masuk tanpa harus menarik dan mendorong pintu pagar yang agak- agak alot digerakkan.

Tapi tak begitu lama kulihat Mbak Susi masuk kembali ke dalam rumah. Sepertinya ia telat berlari keluar, karena Taka sudah terlanjur keluar mobil dan mendorong pintu pagar dengan tangannya sendiri. Juga segera menyuruh Mbak Susi masuk kembali.

Membuat Mbak susi merasa bersalah terhadap majian-mudanya.


" Malem, ma. " Suaranya menyapa mama setelah ia mencium tangan mamanya sendiri. Lalu, tiba-tiba seenaknya saja dia duduk di sandaran lengan sofa yang aku duduki, dan menatapku memakai matanya sebelah kiri. Iiiccchhh, memuakkan.

" Taka, Mandi dulu sana, Kamu gak malu diliatin, Cessie?? " seru Mamanya menggodaku, matanya yang memandangiku sembari menyindir Taka membuatku malu dan benci. Ach, aku muak kayak gini terus-terusan di depan mereka.

" Susi? " Panggil Mama Taka pada pembantunya. " Udah belum, Kita mau makan sekarang nih.!"

" Sudah, Bu!" sahut Mbak susi jauh-jauh dari dapur.

" Ibu, Cessie, ayo, makan malemnya udah siap lho. Ayo kemari. " Ajak Mama Taka sambil berdiri dan menarik lengan mama untuk mengikutinya. Sedangkan aku masih ragu untuk beranjak dari kursiku. Dan, aku juga masih tak tahu mengapa Taka diam saja dari tadi, duduk diam di tempatnya duduk.

" Cess, kamu gak kesana? " tanyanya mengagetkanku.

" A ?? .. iyaa, ntar juga aku kesana. K'napa sy? yang kaya' gitu aja ditanyain. " Balasku ketus. Tak memandang kearahnya.

Taka berdiri, kemudian pergi begitu saja.

Sejak dia dan kedua orang tuanya mengatakan padaku dan mama mereka ingin menjadikan aku menantu, entahlah, sepertinya aku tak suka. SANGAT.

Ach, aku benar-benar nggak tau kapan aku bisa terbebas dari mereka.


Kulangkahkan kakiku ke ruangan dimana mereka semua berkumpul menunggu aku dan Taka.

Terdengar jelas perbincangan mereka di telingaku, obrolan tentang hari pernikahanku dengan Taka yang ingin segera dilaksanakan. Sungguh, aku tak ingin bercampur-baur dengan mereka.

Aku sandarkan lengan kiriku pada tembok yang berdiri menjulang disampingku dan mendengarkan mereka bersenda gurau, tertawa - menertawakanku karena aku akan menjadi seorang pengantin baru untuk mereka.

" Cessie. " Panggil Taka di belakang punggungku. Wajahnya berada begitu dekat dengan telingaku, mencari apa yang aku lihat sejak tadi. " Ngapain dari tadi disini??"

Aku melangkah maju, menjauhkan wajahnya dari pundakku. " Nggak, cuman lagi nge-liatin - diuar hujan gak ya??? " pura-puraku tenang sambil mencari-cari dimana jendela bertengger.

Taka tersenyum tipis mendengarnya.

" Kenapa? " tanyaku memberikan protes padanya karena senyumnya padaku.

" Nggak, " jawabnya tetap cengar-cengir menertawakanku. Sungguh Tuhan, aku benci dia. Aku benci dia. Aku b-e-n-c-i.

Aku berbalik dari arahnya dan menyusup duduk di kursi kosong yang bersebelahan dengan mama. Tetap diam dan tak mempedulikan Taka yang masih menyimpan tertawaannya untukku.
 
Last edited:
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

# 1 #

Untuk kesekian kalinya, Kepala Sekolah memberiku tugas untuk keluar kota berrsama Taka. Aku tau apa yang dimaksud sebenarnya olehnya dan juga oleh mereka.

Yayasan tempat aku mengajar memang sedikit aneh untukku, terlalu sering menyuruhku mengikuti berbagai seminar dengan Taka.

Kali ini Aku diharuskan mengikuti seminar bertema Lingkungan dengan Taka, Hhhh, seperti biasa. Bahkan Taka-pun mulai terbiasa dengan sikap-siapku yang cuek dan pedas padanya.

" Sini Cess, tasnya aku masukkin mobil! " tawar Taka padaku. Aku berulah seolah tak mendengarnya bicara dan mengangkat koporku sendiri ke dalam mobil.

Membuat Taka sedikit cemberut memandang mama yang ikut mengantarkanku ke depan rumah.

" Taka, Cessie jangan lupa suruh jaga Jam makan, Kalau Cessie pusing anter dia ke rumah sakit. Ya?? " Kata mama padanya menitipkanku.

" Apaan sih, ma??! Cessie udah segede gini emangnya masih gak bisa ngurus diri apa?? pake' dititipin sama orang lain segala... "

Taka menyikap jemari lenganku dengan tangan kanannya dan menarik tanganku ke belakang tubuhnya, menyuruhku menarik kata-kata dan berhenti berbicara. Ia maju da mencium tangan mama " Ma, Taka berangkat dulu. "

Ia mendorongku agar mengucapkan sesuatu pada mama dengan menusukkan matanya yang disipit-sipitkan menatapku.

Aku menghampiri mama dan mencium punggung tangannya dan pamitan.


" Apa sih, gak usah liatin aku terus. Liatin jalan aja, lagi nyetir juga. " Cetusku pada Taka setelah kita berdua sudah sejam berada di dalam mobil - yang sedari tadi memandang kearahku sambil menyetir.

" Kenapa memangnya? "jawabnya sambil tersenyum kecut dan mengembalikan arah wajahnya ke arah jalanan.

Aku tak menjawabnya, hanya membuang mukaku ke jendela di sebelah kiri dan melihat jalanan panjang yang berlari meninggalkanku.

Ku dengar Taka membuang nafas dan menggerutu lirih, " Diem terusss..."
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

" Terimakasih, Pak! " katanya ramah pada seorang lelaki berpunggung bungkuk yang sudah berpuluhan tahun bekerja menunggu villa milik Kakek Taka.

" Lho, ka. Ko' nginepnya di Villa??! kan kamu bilang kemaren kita nginepnya di losmen??! " tanyaku mengernyitkan dahi. " Atau kamu emang pengen nginep disini??! Yaa udah, biar aku cari losmen sekarang daripada ntar kemaleman. "

Taka hanya diam saja. Membuatku sedikit bertanya-tanya. Atau jangan-jangan, " Ka, jangan bilang kalo' kita berdua nginep disini!!!"

Taka masih saja menyibukkan diri dengan acaranya menurunkan berbagai barang yang hinggap di bagasi mobilnya. Yang sebenarnya tak perlu ia lakukan juga, karena ada dua orang lelaki yang siap melakukannya dan mereka berdiri tepat dibelakang kakinya.

" Taka, " panggilku sekali lagi. Ku sentuh lengannya untuk pertama kali, dan meminta jawaban darinya.

" Ya?? " tanyanya.

Astaga, ... membuatku semakin naik darah

" apa? "

" Siapa yang nginep disini?? " tanyaku dengan pertanyaan yang sedikit berbeda.

Taka berpaling, " Di sekitar sini gak ada losmen, Cess. "

" Yahh, cari yang lain, Kost-an, Hotel, motel, atau apa gitu!!!? "

" Udahlah, gak usah cari yang aneh-aneh. Kalau kita nginep disini juga gak apa kan???!!!, memangnya apa salahnya??? " katanya sewot.

" Ko' nanya sih??!! ya, gak bisa-laah,. Aku gak mau. Lagian aku bisa ko' cari penginapan sendiri. " Logohku seraya beranjak akan pergi dari hadapannya, tak kalah dengan tinggi nada miliknya.


" Cess, Cessie, mama kamu sendiri yang nyuruh aku. Mama bilang kita mending nginep disini. "

Aku berbalik. Tertawa kecil, " Terserah deh, ya!!! aku nggak peduli. "

Taka menarik sikutku waktu aku berjalan mundur menatap matanya dengan semua kejijikan ku padanya dan menyeretku masuk ke dalam Villa. Tak mempedulikan berontaknya aku atas tingkahnya yang akhir-akhir ini sering menjadi-jadi.

" Cess, AKU GaK PEDULI WALAUPUN KAMU BILANG SERIBU KALI KE AKU KALAU KAMU GAK AKAN PERNAH BISA NERIMA AKU " Taka melemparkanku ke dalam kamar dengan sangat kasar. Menutup pintu dan menguncinya dari luar.





Aku lemparkan sebuah vas kecil berbentuk kotak di atas meja ke pintu yang aku gapai tiba-tiba, tak membuatku merasa puas sedikitpun.


Ku dudukkan lututku yang terasa lemas tiba-tiba, tak kuat menahan sesuatu. Membuatku tertunduk di atas bad yang masih tertata rapi.


Dan menangis terisak, menyesali.

Semakin menumbuhkan kebencianku pada diriku sendiri dan juga padanya.
 
Last edited:
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

tuk tuk tuk,
" Cessie,???! " panggilnya lirih dari balik pintu.

Aku dengar suaranya yang sedikit memohon itu - tapi aku tak mau mendengarnya, masih duduk, memeluk lutut dan menjatuhkan dahiku di atas lutut.

Terdengar suara kunci pintu yang terbuka, membuatku semakin erat memeluk lutut. Seakan ingin bisa menghilang dari bumi saat itu juga. Kemudian tertawa karena aku tak akan lagi melihat wajahnya.

Ada derap lima langkah sepasang kaki yang mendekatiku. Menyentuhkan tangannya yang hangat kebahuku. Berusaha mengangkat kepalaku tapi aku tak mau.

AKU GAK MAU memandang wajahnya yang membuatku benci. Aku angkat mataku namun sesegera mungkin aku berpaling darinya.

" Cess,.. " jeritnya lirih terdengar di telingaku.

Tangannya berusaha menggapaiku tapi tanganku lebih tangguh untuk membuangnya jauh-jauh dari tubuhku.

Ku lihat di sudut mataku ia berdiri, dan hening.

Tak satupun yang ada dipikiranku selain ingin memakinya dan membunuhnya jika aku bisa. Sebab, rasanya sudah cukup hari untukku dengannya, dengan rayuan-rayuan orang tunya, dan dengan bujukan mama untukku menikah dengannya. Sudah ku ceritakan padanya aku mencintai orang lain yang - meskipun hingga hari ini aku tak pernah bisa menemuinya. Tapi aku tak peduli, aku tak peduli dengan semua kata-kata bangsat yang menakut-nakutiku. Menjanjikan padaku bahwa aku tak akan pernah berguna terus-menerus menunggunya di depan jendela kamarku yang selalu sepi, karena hanya kesendirianlah yang benar-benar menjadi kawan dari hidupku.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Taka mengangkat lenganku sampai membuat lututku berdiri tegak. Memaksaku memandang sorot matanya yang berkaca bening disembunyikan.

" Cessie, liat aku!!!?, Cess!!!! "

Nggak- aku gak mau, teriakku dalam hati. Ku gigit geraham gigiku, tak sedikitpun aku gubris paksaan-paksaannya yang begitu menyakitkan aku. Yang juga aku tahu jika semua ini begitu menyakiti hatinya sendiri. Bodoh...

Aku angkat kuat lenganku dan melepaskan ku dari tangannya. Lagi-lagi yang aku lakuan adalah berlari - meninggalkannya dibelakangku. AKU GAK PEDULI..., sedikitpun, - sedetikpun. Gak.,.. gak akan.
Aku berjalan cepat menyusuri beranda depan, tanpa memandang lama pada satu objek pun. Karena yang jelas ada dipikiranku hanyalah kebebasan. Aku ingin segera terbebas dari ini semua. Akhiri sekarang juga- AKHIRI.

Tak sedikitpun muncul dibenakku tentang - harusnya aku mikirin juga perasaan dia, perasaan mama, Orang tua dia, aku ga boleh 'donk menghidupi diri dengan ego-ego hidupku, keinginanku, kepuasannku. Bah - aku tak mau peduli, nggak dan nggak akan pernah lagi. Cukup.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Ku jalankan kakiku cepat-cepat, tanpa tau arahku menuju kemana. Aku mulai melihat titik pelarianku berhasil. Aku berhasil meninggalkannya. Aku harus bisa pergi jauh darinya. Biarlah urusan mama aku atur sendiri lain waktu. Atau jika mama tak mau menerima, aku siap meninggalkan rumah, aku bisa hidup mandiri, ayolah, Aku bisa. B-I-S-A. Harus bisa.

Hhh..-..Hhh..-..Hhh..-..Hhh..-..Hhh

Aku lelah - tak kuat menahan dadaku yang mulai sesak dengan jantung yang mendegup-degup kencang, ku sandarkan telapak tanganku pada sebuah pohon besar rindang. Ku lihat sekelilingku, mencari tahu keberadaanku saat itu. cukup gelap untuk hari yang mulai mendekati malam.

Saat ku rasakan dadaku tak begitu sesak lagi, ku tegakkan punggungku, mencari arah selanjutnya kemana aku harus terus berlari.

Tapi belum bisa memutuskan harus kemana. Masih saja terdiam, seolah sedang menunggu perintah untuk melangkah, tapi tak juga datang.

Sepasang tangan yang kuat memelukku dari belakang tiba-tiba. Membuatku beralasan untuk tidak bisa bergerak dan mengucapkan sesuatupun.

Ku rasakan punggungku yang menghangat perlahan saat seseorang dibelakangku, memelukku dan menjatuhkan kepalanya di telingaku.

" Maaf. " ucapnya lirih sekali. Pelukakkannya yang semakin kuat membuat dadaku kembali terasa sesak. Tak hanya karena lengannya yang melilitku erat-erat, tapi juga karena aku mulai tak tahan menahan air mataku yang menjadi pertanda besar kegagalanku. Kegagalanku untuk tidak lagi berada dekat dengannya. Sejauh yang kaki dan tanganku bisa.

" K'npa sih, Ka??? Udahlah.... Biarin aku pergi. Aku gak sanggup tau gak??? Aku ga bisa, harusnya kamu mikirin perasaan aku - jangan cuma mikirin perasaan kamu sendiri. Kamu gak adil tau gak. " Mohonku mengisak padanya.

" maaf " bisiknya tanpa merenggangkan pelukannya yang terlalu erat.

Kata-katanya yang terlalu singkat itu tak bisa memberiku apapun kecuali kekecewan. Taka tak melepaskan pelukannya begitu lama. Sedangkan aku???! tak bisa bergerakk dan mengelak secuilpun padanya.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

# 2 #



Hari itu, di pesta pernikahanku dengan Taka.


Masih terus saja, terus, dan terus kupandangi cermin super lebar di hadapku. Menertawakanku. Mencaci-maki lemahnya aku....

Sepasang mata, berwajah penuh rias paras yang begitu mempercantik, membuatku tak kuat menahan air mata. Tak peduli, aku tak peduli dengan ocehan penata rias yang mengomel karena harus terus-menerus membenahi make up ku yang luntur dan luntur.

Rasanya aku ingin mati saja sekarang ini juga. Untuk apa pernikahan ini????!!!! UNTUK APA?

Hanya bisa menjerit kencang - kencang di dalam hati, sedangkan orang lain tertawa diatas penderitaanku. Aku yang sendirian dan selalu sendirian.

Kullihat wajah mama yang begitu bahagia, sedangkan diriku sangat terluka. Apa dunia ini juga menyalahkanku??? karena aku tak menginginkan pernikahan ini terjadi padaku. Bukan untuk Taka. Aku - hiduku ini untuk orang lain, bukan untuk dia. Bukan, ....

Hanya menjerit dan menangis yang bisa aku lakukan, walaupun tak ada yang dengarkan aku.

Ku jalani hari ini dengan tangisku, dengan isakku, dengan mohonku pada Taka untuk tidak membiarkan ini terjadi. Dan N-I-H-I-L.


Mere
ka tertawa dan bahagia Tuhannn, apakah Engkau tidak mendengar tangisku.... gemuruhku dalam hati. Dan aku tidak mendapat jawaban apapun. Selain tangisku sendiri.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Jam besar di tengah ruangan berdentang-dentang dua kali, Pukul dua pagi menghampiri pesta pernikahan yang menakutkan bagiku akhirnya. Masih tampak beberapa orang duduk-duduk di ruang depan sedang berbincang-bincang sangat serunya dengan Taka.


Taka menatap kearahku dan memberiku isyarat untuk bergabung dengannya dan dengan orang-orang yang mengelilinginya. Kuharap dia puas dengan jawabanku yang hanya membalas tatapannya dengan lesu dan berpaling dari mereka semua. Pergi memasuki sebuah ruangan yang diperuntukkan buat aku dan Taka.

Kupandangi ruangan besar beraroma wangi ini dengan tak bergairah sedikitpun. Membayangkan nasib buruk yang akan menimpaku esok hari nanti.

Aku berbalik saat seseorang menerobos masuk ke dalam tanpa permisi. Taka mendekatiku dengan wajahnya yang terlihat tak begitu puas dengan hari ini, entahlah... karena aku mungkin.
Karena aku tak memberikan sesuatu yang menyenangkan di hari pernikahannya,- bukan pernikahanku,..bukan.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

" Cess, " Taka mengangkat sikutku lembut. " Temenin mama diluar, kan nggak enak sama orang - orang. Kamu diem aja terus-terusan dari tadi. "

Aku hanya menundukkan kepala, tak menunjukkan padanya mataku yang mulai tergenang air mata.

Taka merendahkan bahunya dan membuat matanya terlihat olehku. " Ayo 'dong Cessie, "

Astaga, Tuhan... Aku tak tahan menahan ini semua sendirian.

" Hey ... ??! " Ia mengangkat daguku dengan kedua telapak tangannya dan, .. aku mendorongnya menjauhiku. Aku tak suka tatapan mata itu, tatapan yang tajam, kecil, penuh kata-kata, dan aku benci.

Aku masih menatapnya kuat penuh kekesalanku ketika wajah Taka berpaling dariku, menatap jendela yang berkaca sedingin embun karena gerimis turun seperti air sungai yang mengalir landai.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Terdengar suara pintu yang dibuka kembali.

Mama masuk dan mendekati Taka, perlahan.

Taka masih terus berpaling, dan aku juga berpaling saat mama menatapku tajam, bertanya.

" Cessie, " Mama menggeleng-gelengkan kepala. Menahan amarahnya yang ingin segera tumpah. "Cessie, cukup Cess, Mama nggak mau mendengar satu kalipun lagi kamu menolak Taka. "

Taka tetap di tempatnya, tak memandang kearah salahsatupun dari aku atau mama. Hanya bergeming, sementara mama masih mencecarku dengan nasehat - nasehat halusnya.

" Apa kata orang nanti???! " Mama mulai menangis. Ia memelukku yang hanya bisa diam dan terisak pelan, " Kamu gak boleh seperti ini terus, Cess.. "

Mama nggak ngerti yang aku rasain. Nggak pernah, ...


 
Last edited:
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Aku masih bingung apa yang harus aku lakuin setelah ini.

Setelah semua di hari ini usai.

Menerima???

Nggak, aku nggak bisa nerima dia.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

" Cessie, aku mau anterin Papa ke Bandara, ikut??? " Tanya Taka padaku.

Aku menggelengkan kepala setengah tak peduli dan berpaling, " Nggak, aku belum ganti baju. "

" Aku tunggu, " selanya penuh harap.

" Udahlah, Ka ... " teriakku setelah Aku berbalik dan menatapnya. Aku tak peduli dengan orang lain yang tiba-tiba menoleh ke arah kamarku - kita - karena mendengar teriakkanku.


Taka diam. Memandangku lama -- menahan nafasnya dalam - dalam.

Kulepaskan penutup kepalaku dan melemparkannya ke atas kasur.

Berbalik, berharap dia segera berpaling dari akku dan segera pergi. Membiarkan aku sendirian di ruangan yang memuakkan ini.

Dia mendekat, menarik wajahku dan mencium pipiku singkat.
" Jangan lupa istirahat," bisiknya. Dan pergi.
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Aku terduduk.
hiks,.... apa yang bisa aku lakuin???? hiks, aku cuman nangis-nangis-nangis,
aku menutup kedua mataku dengan telapak tangan yang terkepal lemah, membiarkan mataku membasahinya.
 
Last edited:
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

crek,. suara pintu terbuka.
Aku segera berpaling dari arah pintu.

Membuat tetesan air mata beterbangan karena terlalu cepat aku menolehan kepala. Mengusapnya, membuatnya kering degan cepat. Diam, berpura-pura.

Suara kaki yang berjalan terseret, lelah, lambat, dan berhati-hati. Berjalan menghampiriku.

Aku lihat Nouri - sepupuku - berdiri tegak, aku liat dia dari gelas kaca di tengah meja didepanku. Mengamatiku.

Nouri mendehem lirih, " Cess, udahlah. Jangan terlalu membesar-besarkan masalah. Harusnya kamu bisa terima, liat Tante, kasian dia. Aku tau Tante cuman pura-pura senyum disana, lagian..."

" Kamu nggak tau apapun, ... " jawabku tak kalah lirih dari suaranya.

Nouri duduk di belakang punggungku, membantuku yang sedang berpura-pura membuka lilitan erat penjepit rambut dikepalaku.

" Hhh, .. aku emang gak tau apa-apa, tapi bukan berati aku tutup mata 'kan ?"
Nouri mengurai rambutku hingga benar-benar membuat kepalaku terasa bebas. Menyentuh pundakku, dan mendudukkan lengannya sepenuhnya. " Jaga dia, jangan buat Tante nangis lagi. Hm,, lama-lama kamu pasti bisa dan terbiasa hidup sama dia. Biar Tante aku yang jagain."

" Aku gak bisa, " ucapku menyerah. " Aku gak bisa. aku ngga bisa"

Aku peluk dia, menangis. Tak lagi berpura-pura tegar seperti saat-saat sebelumnya
 
Last edited:
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

# 3 #


Rumah ini begitu sepi setelah semua orang pergi. Taka belum pulang sejak ia bilang akan pergi mengantarkan Papa ke Bandara. Mama pulang. Nouri dan keluarga yang lain, Mama Taka, semuanya pulang kerumahnya masing-masing.

Tinggal diriku yang benar-benar sendiri.

Selesai mandi, ku tidurkan badanku diatas sofa. Aku tak mau menyentuh kasur di kamar itu.

Sepi.

Aku rebahkan kepala dan menikmati kesendirianku, belum mau memikirkan apa yang nantinya harus aku lakukan. Menyerah atau mengalah. Benar-benar belum tau cara lain selain itu.

Kupejamkan mata. Berfikir,...

Kosong, hanya gelap.

Aku mencari, berlari, tak ada.

ku buka mata dan mencoba memejamkannya lagi.

Diam.

...
 
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Taka membuka pintu dan mendorongnya untuk tertutup kembali. Berjalan lambat, melepas jas hitamnya dan meletakkannya hati-hati di atas meja.

Memandangiku dan aku tak tahu.

Ia duduk di tengah sofa di samping perutku. Masih memandangiku, memandangi istrinya yang tertidur nyenyak di atas sofa yang cukup lebar untuk ukuran tubuh wanita itu - aku.

" Cess, " gumamnya kecil membangunkanku namun aku tak mendengar.
Menyentuh lenganku dan mengulang, " Cess. "


Ia diam, entah memikirkan apa.
Taka merendahkan dadanya, menyelipkan tangan kirinya diantara permukaan sofa dan punggungku.

...





Taka mencium keningku lembut, menuruni pipiku dengan halusnya.
Mengangkat dagunya dan memandangi bibirku, lama...

Entah apa dan kenapa, tapi aku tak bergeming sedikitpun. Walaupun hanya untuk merasakan seseorang didepanku.

Sesaat ia menatap kelopak mataku yang tertutup rapat. Tanpa pikir panjang, ia jatuhkan mulutnya dibibirku,.. belajar menikmati apa yang mungkin sejak lama ia inginkan dariku. Atau simpanan hasrat memiliki diriku sejak dulu.

Hanya sekedar menciumku mungkin sudah pernah berulang kali terpikirkan di kepalanya. Bukankah bagi sebagian manusia mencium seseorang adalah tindakan wajar. Apalagi dengan status yang notabene sekelas menikah.










Membangukanku.
 
Last edited:
Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -

Aku dorong bahunya dari atasku sesaat setelah aku membuka mata dan menyadari. Aku lihat matanya yang terus menatapku dekat, ku tutupi bibirku dengan punggung tanganku. Masih diam, menahan keterkejutanku. Kurasakan tanganku bergetar. Suhu panas yang menjalar cepat di punggungku. Aku menarik kakiku - menjauh, merasakan segerombolan rasa takutku menggedor-gedor telingaku, mengingatkanku akan kebencianku padanya. Yang masih aku nggak mau dia menyentuhku...

" Kamu capek ya?? tadi Aku bangunin tapi kamu gak bangun. " jelasnya membela diri. Taka mengangkat tangannya - hendak menggapai leherku tapi aku menjauh.

Hening.

Tatapan matanya masih padaku, " Aku cuma nggak pengen liat kamu tidur dikursi. "

" Ya!!? " jawabku memecah ketenangan ruangan. Masih tak mau melepaskan mataku, aku berpaling, menurunkan kakiku dan " iya, aku pindah. "

Taka berdiri. Menunggu aku. Aku nggak tau apa yang dia pikirkan. Semoga dia membenci aku seperti aku membenci dia dan semuanya tentang dia. Rumah ini. Pernikahan konyol ini. Aroma ruangan ini, semuanya.
 
Back
Top