Re: Cerbung - Ketika Aku Mencintai Kebencianku, Untukmu -
jam 20.47, di rumah Narantaka.
Aku duduk di kursi terjauh dari mama dan kedua orang tua Taka. Mencoba, berusaha tak berada dekat dengan mereka.
" Taka mana? " tanya mama pada mereka. Dan aku tak peduli dengan yang mereka obrolkan sejak empat puluh lima menit yang lalu.
" iyya, katanya 'sih tadi masih di jalan. Gak tahu juga ini anak kemana? tapi paling 5 menit lagi juga sampai ko', Bu!!?" jawab mama Taka menengahi.
Dan ternyata lebih benar dari yang dikatakan olehnya, tak kurang dari 3 menit, terdengar suara mobil CRV-Taka di luar pagar. Terlihat olehku - dengan tak peduli, Mbak susi keluar rumah untuk membukakan pintu pagar agar Taka bisa masuk tanpa harus menarik dan mendorong pintu pagar yang agak- agak alot digerakkan.
Tapi tak begitu lama kulihat Mbak Susi masuk kembali ke dalam rumah. Sepertinya ia telat berlari keluar, karena Taka sudah terlanjur keluar mobil dan mendorong pintu pagar dengan tangannya sendiri. Juga segera menyuruh Mbak Susi masuk kembali.
Membuat Mbak susi merasa bersalah terhadap majian-mudanya.
" Malem, ma. " Suaranya menyapa mama setelah ia mencium tangan mamanya sendiri. Lalu, tiba-tiba seenaknya saja dia duduk di sandaran lengan sofa yang aku duduki, dan menatapku memakai matanya sebelah kiri.
Iiiccchhh, memuakkan.
" Taka, Mandi dulu sana, Kamu gak malu diliatin, Cessie?? " seru Mamanya menggodaku, matanya yang memandangiku sembari menyindir Taka membuatku malu dan benci.
Ach, aku muak kayak gini terus-terusan di depan mereka.
" Susi? " Panggil Mama Taka pada pembantunya. " Udah belum, Kita mau makan sekarang nih.!"
" Sudah, Bu!" sahut Mbak susi jauh-jauh dari dapur.
" Ibu, Cessie, ayo, makan malemnya udah siap lho. Ayo kemari. " Ajak Mama Taka sambil berdiri dan menarik lengan mama untuk mengikutinya. Sedangkan aku masih ragu untuk beranjak dari kursiku. Dan, aku juga masih tak tahu mengapa Taka diam saja dari tadi, duduk diam di tempatnya duduk.
" Cess, kamu gak kesana? " tanyanya mengagetkanku.
" A ?? .. iyaa, ntar juga aku kesana. K'napa sy? yang kaya' gitu aja ditanyain. " Balasku ketus. Tak memandang kearahnya.
Taka berdiri, kemudian pergi begitu saja.
Sejak dia dan kedua orang tuanya mengatakan padaku dan mama mereka ingin menjadikan aku menantu, entahlah, sepertinya aku tak suka. SANGAT.
Ach, aku benar-benar nggak tau kapan aku bisa terbebas dari mereka.
Kulangkahkan kakiku ke ruangan dimana mereka semua berkumpul menunggu aku dan Taka.
Terdengar jelas perbincangan mereka di telingaku, obrolan tentang hari pernikahanku dengan Taka yang ingin segera dilaksanakan. Sungguh, aku tak ingin bercampur-baur dengan mereka.
Aku sandarkan lengan kiriku pada tembok yang berdiri menjulang disampingku dan mendengarkan mereka bersenda gurau, tertawa - menertawakanku karena aku akan menjadi seorang pengantin baru untuk mereka.
" Cessie. " Panggil Taka di belakang punggungku. Wajahnya berada begitu dekat dengan telingaku, mencari apa yang aku lihat sejak tadi. " Ngapain dari tadi disini??"
Aku melangkah maju, menjauhkan wajahnya dari pundakku. " Nggak, cuman lagi nge-liatin - diuar hujan gak ya??? " pura-puraku tenang sambil mencari-cari dimana jendela bertengger.
Taka tersenyum tipis mendengarnya.
" Kenapa? " tanyaku memberikan protes padanya karena senyumnya padaku.
" Nggak, " jawabnya tetap cengar-cengir menertawakanku.
Sungguh Tuhan, aku benci dia. Aku benci dia. Aku b-e-n-c-i.
Aku berbalik dari arahnya dan menyusup duduk di kursi kosong yang bersebelahan dengan mama. Tetap diam dan tak mempedulikan Taka yang masih menyimpan tertawaannya untukku.