nurcahyo
New member
Pemilu 2009 SBY-JK Diprediksi Sama-sama Capres
Kapanlagi.com - Pengamat politik dari Fisip Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Maswadi Rauf memprediksikan menjelang Pemilu 2009, duet Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla akan pecah mengingat kekuatan internal Partai Golkar yang semakin solid menjelang pemilu nanti mulai mengumandangkan pencalonan Jusuf Kalla sebagai Capres.
"Menjelang pemilu nanti duet Yudhoyono-Kalla akan pecah. Apalagi Golkar diprediksi suaranya akan meningkat dalam pemilu mendatang," kata Maswadi ketika berbicara dalam Dialektika Demokrasi bertajuk `Siapa Parpol Pendukung Pemerintah Sebenarnya` di Gedung DPR RI, Jakarta, Jum`at.
Hadir juga dalam acara tersebut Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso, Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Batoeghana, Ketua DPP PKS Mustafa Kamal dan Ketua DPP Partai Bulan Bintang Ali Muchtar Ngabalin.
Maswadi menjelaskan, meskipun sekarang ini Jusuf Kalla mengaku bukan orang Jawa dan masih malu-malu menanggapi pencalonan dari DPD Golkar, tapi pada saatnya Jusuf Kalla akan berani menyuarakan apa yang diinginkan. Ditambah lagi dengan godaan-godaan dari daerah-daerah. Selain itu, ada ketidakrelaan dari Golkar sebagai partai besar hanya berada pada posisi nomor dua seperti saat ini di mana presidennya berasal dari partai yang berada di urutan keempat.
"Sekarang boleh saja Kalla mampu meredam kadernya di daerah yang ingin mencabut dukungan kepada pemerintah, tapi menjelang 2009, saya tidak yakin ia mampu meredam lagi sehingga apa yang terjadi di dalam pasti akan keluar," kata Maswadi.
Kalla pasti mempunyai keinginan seperti yang disuarakan oleh 12 DPD Partai Golkar, tetapi situasi saat ini Golkar nampaknya masih menahan diri. Paling tidak dari pernyataan Kalla yang tidak menginginkan adanya konvensi dalam penjaringan Capres 2009 membuktikan bahwa dirinya akan maju.
"Meski Kalla ikut dalam konvensi, tetap akan menang karena masih dominan. Tapi Kalla pernah mengatakan tidak ada konvensi di Golkar, ini artinya dia mau maju menjadi Capres," katanya.
Maswadi Ra`uf mengibaratkan Partai Golkar seperti `anak macan` yang suatu saat bisa `menerkam` Susilo Bambang Yudhoyono selaku tuannya sendiri. Apalagi, Jusuf Kalla yang sekarang menjabat wakil presiden sudah mempersiapkan diri untuk maju menjadi calon presiden pada Pemilu 2009.
"Ini juga menjadi dilematis bagi presiden Yudhoyono. Pasalnya memelihara `anak macan` yang setiap saat akan menelingkung," katanya.
Priyo Budi Santoso mengakui adanya desakan sejumlah DPD untuk mencabut dukungan kepada pemerintahan begitu kuat. Namun pada akhirnya pada Rampinas II mulai berfikir dan tidak mau menuruti emosi yang saat itu memang kondisinya sulit dikendalikan untuk mencabut dukungan.
Berkat pertimbangan matang dan dihitung untung-ruginya, Golkar tetap berkomitmen untuk memutuskan mendukung Yudhoyono-Kalla dan dijadikan sebagai mitra sejajar dan mengawal duet tersebut sampai 2009.
"Kalau dicabut dukungan itu, artinya Golkar telah mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu berkarya buat bangsa dibandingkan dengan kepentingan kelompok," kata Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu.
Namun demikian, kata Priyo, tak tertutup kemungkinan menjelang Pemilu 2009 godaan politik sangat besar terutama masalah Capres. Apakah Golkar akan tetap duet dengan Yudhoyono-Kalla atau tidak itu yang masih dilematis. "Tetapi pada dasarnya kami tetap mengawal duat ini sampai 2009," katanya.
Sutan Batugana mengharapkan duet Yudhoyono-Kalla tetap bertahan sampai 2009, termasuk juga duet untuk pemilu nanti. "Saya mengharapkan seperti ini, duetnya akan terus berlanjut," kata dia sambil menambahkan, tentu saja masih dengan posisi sekarang yakni, Yudhoyono presiden dan Kalla Wapres.
Sedangkan Ali Mochtar Ngabalin mengaku tak nyaman dengan manuver yang dilakukan Partai Golkar, seperti mengancam akan menarik dukungan kepada pemerintah, namun akhirnya yang dicari itu kekuasaan. "Sebelum menjadi Wapres, `kan Kalla tidak didukung Golkar karena ia bukan ketua umum. Baru setelah itu Golkar mulai mendukung Kalla," katanya.
Kapanlagi.com - Pengamat politik dari Fisip Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Maswadi Rauf memprediksikan menjelang Pemilu 2009, duet Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla akan pecah mengingat kekuatan internal Partai Golkar yang semakin solid menjelang pemilu nanti mulai mengumandangkan pencalonan Jusuf Kalla sebagai Capres.
"Menjelang pemilu nanti duet Yudhoyono-Kalla akan pecah. Apalagi Golkar diprediksi suaranya akan meningkat dalam pemilu mendatang," kata Maswadi ketika berbicara dalam Dialektika Demokrasi bertajuk `Siapa Parpol Pendukung Pemerintah Sebenarnya` di Gedung DPR RI, Jakarta, Jum`at.
Hadir juga dalam acara tersebut Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso, Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Batoeghana, Ketua DPP PKS Mustafa Kamal dan Ketua DPP Partai Bulan Bintang Ali Muchtar Ngabalin.
Maswadi menjelaskan, meskipun sekarang ini Jusuf Kalla mengaku bukan orang Jawa dan masih malu-malu menanggapi pencalonan dari DPD Golkar, tapi pada saatnya Jusuf Kalla akan berani menyuarakan apa yang diinginkan. Ditambah lagi dengan godaan-godaan dari daerah-daerah. Selain itu, ada ketidakrelaan dari Golkar sebagai partai besar hanya berada pada posisi nomor dua seperti saat ini di mana presidennya berasal dari partai yang berada di urutan keempat.
"Sekarang boleh saja Kalla mampu meredam kadernya di daerah yang ingin mencabut dukungan kepada pemerintah, tapi menjelang 2009, saya tidak yakin ia mampu meredam lagi sehingga apa yang terjadi di dalam pasti akan keluar," kata Maswadi.
Kalla pasti mempunyai keinginan seperti yang disuarakan oleh 12 DPD Partai Golkar, tetapi situasi saat ini Golkar nampaknya masih menahan diri. Paling tidak dari pernyataan Kalla yang tidak menginginkan adanya konvensi dalam penjaringan Capres 2009 membuktikan bahwa dirinya akan maju.
"Meski Kalla ikut dalam konvensi, tetap akan menang karena masih dominan. Tapi Kalla pernah mengatakan tidak ada konvensi di Golkar, ini artinya dia mau maju menjadi Capres," katanya.
Maswadi Ra`uf mengibaratkan Partai Golkar seperti `anak macan` yang suatu saat bisa `menerkam` Susilo Bambang Yudhoyono selaku tuannya sendiri. Apalagi, Jusuf Kalla yang sekarang menjabat wakil presiden sudah mempersiapkan diri untuk maju menjadi calon presiden pada Pemilu 2009.
"Ini juga menjadi dilematis bagi presiden Yudhoyono. Pasalnya memelihara `anak macan` yang setiap saat akan menelingkung," katanya.
Priyo Budi Santoso mengakui adanya desakan sejumlah DPD untuk mencabut dukungan kepada pemerintahan begitu kuat. Namun pada akhirnya pada Rampinas II mulai berfikir dan tidak mau menuruti emosi yang saat itu memang kondisinya sulit dikendalikan untuk mencabut dukungan.
Berkat pertimbangan matang dan dihitung untung-ruginya, Golkar tetap berkomitmen untuk memutuskan mendukung Yudhoyono-Kalla dan dijadikan sebagai mitra sejajar dan mengawal duet tersebut sampai 2009.
"Kalau dicabut dukungan itu, artinya Golkar telah mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu berkarya buat bangsa dibandingkan dengan kepentingan kelompok," kata Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu.
Namun demikian, kata Priyo, tak tertutup kemungkinan menjelang Pemilu 2009 godaan politik sangat besar terutama masalah Capres. Apakah Golkar akan tetap duet dengan Yudhoyono-Kalla atau tidak itu yang masih dilematis. "Tetapi pada dasarnya kami tetap mengawal duat ini sampai 2009," katanya.
Sutan Batugana mengharapkan duet Yudhoyono-Kalla tetap bertahan sampai 2009, termasuk juga duet untuk pemilu nanti. "Saya mengharapkan seperti ini, duetnya akan terus berlanjut," kata dia sambil menambahkan, tentu saja masih dengan posisi sekarang yakni, Yudhoyono presiden dan Kalla Wapres.
Sedangkan Ali Mochtar Ngabalin mengaku tak nyaman dengan manuver yang dilakukan Partai Golkar, seperti mengancam akan menarik dukungan kepada pemerintah, namun akhirnya yang dicari itu kekuasaan. "Sebelum menjadi Wapres, `kan Kalla tidak didukung Golkar karena ia bukan ketua umum. Baru setelah itu Golkar mulai mendukung Kalla," katanya.
