Megha
New member
Seputar Indonesia
WASHINGTON � Mark Serreze, peneliti senior di The National Snow and Ice Data Center and the University of Colorado, Amerika Serikat (AS), memprediksi es di Kutub Utara pada musim panas tahun ini akan mencair.
Jika ini terjadi, peristiwa alam ini akan menjadi yang pertama sepanjang sejarah. �Kemungkinannya 50:50. Cuaca dan kondisi laut dalam beberapa pekan mendatang akan menentukan berapa banyak laut es yang mencair dan pertanda awal untuk kondisi tersebut tidaklah menguntungkan,� paparnya. Serreze menjelaskan, kemungkinan bahwa semua es di Kutub Utara pada musim panas kali ini adalah yang tertinggi.
Ini, kata Serreze, disebabkan tipisnya permukaan es di wilayah tersebut. Serreze khawatir melelehnya es dalam jumlah besar dapat berakibat buruk bagi penduduk bumi yang tinggal di bibir pantai. �Saking tipisnya permukaan es, memanasnya suhu akan sangat berdampak pada melelehnya es dalam jumlah besar. Jika ini terjadi, pada September mendatang kita bisa berlayar ke Kutub Utara langsung dari Alaska,� jelas Serreze seraya mengingatkan bahwa pada 2030 kemungkinan besar Lautan Artik tidak akan mempunyai es sama sekali.
Apa yang dikatakan Serreze tidak jauh beda dengan data yang dirilis Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Februari dan Maret silam. Saat itu NASA melaporkan, lautan es yang mengelilingi Kutub Utara tengah dalam kondisi �sangat tipis�.
Kendati demikian, pakar es NASA Jay Zwally dalam jumpa pers kemarin mengatakan, kemungkinan melelehnya lautan es di Kutub Utara lebih kecil dari 50:50. �Saya kira kita masih dapat melihat es di Kutub Utara meski sangat tipis. Tapi, ini bukan berarti es di Kutub Utara masih terjaga,� ujarnya.
WASHINGTON � Mark Serreze, peneliti senior di The National Snow and Ice Data Center and the University of Colorado, Amerika Serikat (AS), memprediksi es di Kutub Utara pada musim panas tahun ini akan mencair.
Jika ini terjadi, peristiwa alam ini akan menjadi yang pertama sepanjang sejarah. �Kemungkinannya 50:50. Cuaca dan kondisi laut dalam beberapa pekan mendatang akan menentukan berapa banyak laut es yang mencair dan pertanda awal untuk kondisi tersebut tidaklah menguntungkan,� paparnya. Serreze menjelaskan, kemungkinan bahwa semua es di Kutub Utara pada musim panas kali ini adalah yang tertinggi.
Ini, kata Serreze, disebabkan tipisnya permukaan es di wilayah tersebut. Serreze khawatir melelehnya es dalam jumlah besar dapat berakibat buruk bagi penduduk bumi yang tinggal di bibir pantai. �Saking tipisnya permukaan es, memanasnya suhu akan sangat berdampak pada melelehnya es dalam jumlah besar. Jika ini terjadi, pada September mendatang kita bisa berlayar ke Kutub Utara langsung dari Alaska,� jelas Serreze seraya mengingatkan bahwa pada 2030 kemungkinan besar Lautan Artik tidak akan mempunyai es sama sekali.
Apa yang dikatakan Serreze tidak jauh beda dengan data yang dirilis Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Februari dan Maret silam. Saat itu NASA melaporkan, lautan es yang mengelilingi Kutub Utara tengah dalam kondisi �sangat tipis�.
Kendati demikian, pakar es NASA Jay Zwally dalam jumpa pers kemarin mengatakan, kemungkinan melelehnya lautan es di Kutub Utara lebih kecil dari 50:50. �Saya kira kita masih dapat melihat es di Kutub Utara meski sangat tipis. Tapi, ini bukan berarti es di Kutub Utara masih terjaga,� ujarnya.
Last edited: