nurcahyo
New member
Menghitung hari kehadiran PLTN: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Saat krisis ekonomi Asia tahun 1997 datang menghantam Philipina dan Indonesia termasuk 2 negara yang kebangkitan ekonominya berjalan paling lamban dibanding dengan negara ASEAN lain, yaitu Thailand dan Malaysia. Salah satu faktor yang menghambat terjadinya pemulihan ekonomi di Philipina yaitu terjadinya krisis listrik berkepanjangan sejak 1998/1999. Ketidaktersedianya dana guna menjamin pengadaan pasokan listrik menjadikan situasi krisis ekonomi semakin menjadi-jadi, apalagi Philipina tidak beruntung seperti Indonesia yg memiliki sejumlah cadangan minyak dan gas bumi.
Sekarang ketika sedikit demi sedikit mulai memasuki tahapan kebangkitan kembali ekonomi Indonesia mesti menghadapi kenyataan pahit bahwa cadangan minyak dan gas bumi nasional semakin menipis disamping kenyataan bahwa harga minyak bumi yg selalu naik dan berfluktuasi berakibat buruk bagi situasi ekomomi. Indonesia akan segera menjadi berstatus negara "net oil importer country" pada tahun 2015, hingga apabila tidak tanggap bertindak mengantisipasi kondisi kritis ketersediaan sumber energi dan listrik akan tinggal menghitung hari akan munculnya krisis listrik dengan segala implikasinya.
Upaya melangsungkan pembangunan ekonomi nasional serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat secara berkesinambungan akan sangat berkepentingan akan ketersediaan infrastruktur. Dan pasokan tenaga listrik menjadi salah satu prasarana yang amat vital baik untuk kegiatan industri maupun kebutuhan domestik dalam rumah tangga.
Sebagai bandingan -guna tetap dapat menjaga momentum laju pertumbuhan ekonomi- Negeri China yang berlari kencang dengan pertumbuhan ekonomi yg berkelanjutan -rata-rata selalu diatas 5 persen per tahun- merencanakan pembangunan 20 reaktor PLTN dalam jangka satu dekade 10 - 15 y.a.d. Selama ini sumber tenaga listrik negeri China didominasi oleh pasokan pembangkit listrik tenaga batubara dan gas bumi.
Diluar negara industri maju terkemuka Asia yakni Jepang dan Korea Selatan, maka negara berkembang India dan Pakistan pun agaknya akan memasuki babak pendirian PLTN sebagai pilihan penyediaan sumber daya listrik.
Saat krisis ekonomi Asia tahun 1997 datang menghantam Philipina dan Indonesia termasuk 2 negara yang kebangkitan ekonominya berjalan paling lamban dibanding dengan negara ASEAN lain, yaitu Thailand dan Malaysia. Salah satu faktor yang menghambat terjadinya pemulihan ekonomi di Philipina yaitu terjadinya krisis listrik berkepanjangan sejak 1998/1999. Ketidaktersedianya dana guna menjamin pengadaan pasokan listrik menjadikan situasi krisis ekonomi semakin menjadi-jadi, apalagi Philipina tidak beruntung seperti Indonesia yg memiliki sejumlah cadangan minyak dan gas bumi.
Sekarang ketika sedikit demi sedikit mulai memasuki tahapan kebangkitan kembali ekonomi Indonesia mesti menghadapi kenyataan pahit bahwa cadangan minyak dan gas bumi nasional semakin menipis disamping kenyataan bahwa harga minyak bumi yg selalu naik dan berfluktuasi berakibat buruk bagi situasi ekomomi. Indonesia akan segera menjadi berstatus negara "net oil importer country" pada tahun 2015, hingga apabila tidak tanggap bertindak mengantisipasi kondisi kritis ketersediaan sumber energi dan listrik akan tinggal menghitung hari akan munculnya krisis listrik dengan segala implikasinya.
Upaya melangsungkan pembangunan ekonomi nasional serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat secara berkesinambungan akan sangat berkepentingan akan ketersediaan infrastruktur. Dan pasokan tenaga listrik menjadi salah satu prasarana yang amat vital baik untuk kegiatan industri maupun kebutuhan domestik dalam rumah tangga.
Sebagai bandingan -guna tetap dapat menjaga momentum laju pertumbuhan ekonomi- Negeri China yang berlari kencang dengan pertumbuhan ekonomi yg berkelanjutan -rata-rata selalu diatas 5 persen per tahun- merencanakan pembangunan 20 reaktor PLTN dalam jangka satu dekade 10 - 15 y.a.d. Selama ini sumber tenaga listrik negeri China didominasi oleh pasokan pembangkit listrik tenaga batubara dan gas bumi.
Diluar negara industri maju terkemuka Asia yakni Jepang dan Korea Selatan, maka negara berkembang India dan Pakistan pun agaknya akan memasuki babak pendirian PLTN sebagai pilihan penyediaan sumber daya listrik.