Megha
New member
Kata kekerasan rasanya memang sulit lepas dari rona-rona kehidupan bangsa ini. Tengok saja, mulai dari kasus demo anti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rusuh, disusul kekerasan polisi kepada mahasiswa dan sebaliknya, kasus penyerangan Front Pembela Islam (PPI) atas Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas hingga ribut-ribut bentrokan antar pendukung politisi di Pilkada Maluku Utara.
Deretan aksi kekerasan pun tak berhenti sampai di situ.
Yang terbaru, aksi kekerasan ternyata juga dilakukan oleh kalangan remaja-remaja putri berstatus ABG (anak baru gede) yang tergabung dalam Geng Nero. Yang membuat kita bergidik, aksi kekerasan sekelompok remaja putri asal kota kecil Pati, jawa Tengah, ini terekam dalam sebuah kamera video dan dapat ditonton khalayak melalui pemberitaan media.
Kita bisa melihat dari rekaman video itu bagaimana seorang calon anggota geng menjalani siksaan, berupa pukulan, penarikan rambut, tendangan, dan ludahan dari para anggota geng itu. Di sebuah jalan kecil berjuluk "Gang Cinta" di Kota Pati yang jarang dilalui orang itu, bangsa ini disuguhi suatu kekerasan yang mengingatkan kita pada aksi kekerasan geng motor atau bahkan kekerasan yang dilakukan sejumlah praja IPDN beberapa waktu lalu. Pemandangan memprihatinkan! Mereka sadis, sesadis nama gengnya, Nero.
Sedikit melongok sejarah, Nero atau dikenal dengan nama panjang Nero Claudius Caesar Drusus Germanicus se jatinya adalah nama seorang kaisar kelima era Romawi yang terkenal dengan kekejamannya. Di era populer kini, Nero adalah nama salah satu tokoh superjahat pada komik dari DC Comics yang diciptakan dua komikus Judd Winick dan Dary Banks. Nah, sungguh, "betapa pintar" remaja putri di Pati itu memilih nama untuk gengnya. Atau jangan-jangan mereka tak menyadari asal kata Nero ini?
Berikutnya, berbagai pertanyaan pun seakan bergelayut di benak kita. Benarkah ini sebuah realitas dari anak-anak muda sekarang? Mengapa sekelompok remaja putri bisa membentuk sebuah geng seperti itu? Di manakah peran guru dan orang tua untuk mengawasi mereka? Apakah moralitas dan kepekaan bangsa kita akan kedamaian sudah demikian pudarnya hingga remaja putri pun tak luput melakukan kekerasan?
Sejatinya akan masih banyak lagi pertanyaan reflektif di benak elemen bangsa yang masih sadar untuk menelaah fenomena kekerasan di Tanah Air Tentu pula menjadi tugas bersama bagi kita untuk menjawabnya sebagai jalan mencari solusi. Memang untuk benar-benar mengetahui penyebab kekerasan, kita setidaknya bisa melihatnya dari berbagai faktor, mulai faktor psikologi, sosiologi hingga faktor politik dan ekonomi. Namun kita tentu tidak ingin membedahnya terlalu ilmiah hingga pada akhirnya membuat bangsa ini tak mampu memahaminya secara sederhana.
Satu sisi sederhana yang perlu kita tekankan adalah bahwa kekerasan tidak harus menjadi alat, sikap, atau respons atas segala sesuatu yang menimpa kita. Sebagai contoh kita saat ini menghadapi situasi tekanan ekonomi yang sulit akibat harga BBM yang melambung, tapi itu tidak bisa menjustifikasi kita untuk melakukan kekerasan guna menentang kebijakan tersebut. (seputar Indonesia)
Deretan aksi kekerasan pun tak berhenti sampai di situ.
Yang terbaru, aksi kekerasan ternyata juga dilakukan oleh kalangan remaja-remaja putri berstatus ABG (anak baru gede) yang tergabung dalam Geng Nero. Yang membuat kita bergidik, aksi kekerasan sekelompok remaja putri asal kota kecil Pati, jawa Tengah, ini terekam dalam sebuah kamera video dan dapat ditonton khalayak melalui pemberitaan media.
Kita bisa melihat dari rekaman video itu bagaimana seorang calon anggota geng menjalani siksaan, berupa pukulan, penarikan rambut, tendangan, dan ludahan dari para anggota geng itu. Di sebuah jalan kecil berjuluk "Gang Cinta" di Kota Pati yang jarang dilalui orang itu, bangsa ini disuguhi suatu kekerasan yang mengingatkan kita pada aksi kekerasan geng motor atau bahkan kekerasan yang dilakukan sejumlah praja IPDN beberapa waktu lalu. Pemandangan memprihatinkan! Mereka sadis, sesadis nama gengnya, Nero.
Sedikit melongok sejarah, Nero atau dikenal dengan nama panjang Nero Claudius Caesar Drusus Germanicus se jatinya adalah nama seorang kaisar kelima era Romawi yang terkenal dengan kekejamannya. Di era populer kini, Nero adalah nama salah satu tokoh superjahat pada komik dari DC Comics yang diciptakan dua komikus Judd Winick dan Dary Banks. Nah, sungguh, "betapa pintar" remaja putri di Pati itu memilih nama untuk gengnya. Atau jangan-jangan mereka tak menyadari asal kata Nero ini?
Berikutnya, berbagai pertanyaan pun seakan bergelayut di benak kita. Benarkah ini sebuah realitas dari anak-anak muda sekarang? Mengapa sekelompok remaja putri bisa membentuk sebuah geng seperti itu? Di manakah peran guru dan orang tua untuk mengawasi mereka? Apakah moralitas dan kepekaan bangsa kita akan kedamaian sudah demikian pudarnya hingga remaja putri pun tak luput melakukan kekerasan?
Sejatinya akan masih banyak lagi pertanyaan reflektif di benak elemen bangsa yang masih sadar untuk menelaah fenomena kekerasan di Tanah Air Tentu pula menjadi tugas bersama bagi kita untuk menjawabnya sebagai jalan mencari solusi. Memang untuk benar-benar mengetahui penyebab kekerasan, kita setidaknya bisa melihatnya dari berbagai faktor, mulai faktor psikologi, sosiologi hingga faktor politik dan ekonomi. Namun kita tentu tidak ingin membedahnya terlalu ilmiah hingga pada akhirnya membuat bangsa ini tak mampu memahaminya secara sederhana.
Satu sisi sederhana yang perlu kita tekankan adalah bahwa kekerasan tidak harus menjadi alat, sikap, atau respons atas segala sesuatu yang menimpa kita. Sebagai contoh kita saat ini menghadapi situasi tekanan ekonomi yang sulit akibat harga BBM yang melambung, tapi itu tidak bisa menjustifikasi kita untuk melakukan kekerasan guna menentang kebijakan tersebut. (seputar Indonesia)