Kalina
Moderator
LONDON - Sedikitnya 3.000 paspor dan stiker visa kosong milik Departemen Luar Negeri Inggris dirampok kemarin (29/7). Nilai dokumen berharga itu ditaksir mencapai GBP 1.700 (sekitar Rp 30,7 juta) per lembar di pasar gelap. Karena itu, pemerintah menganggap peristiwa tersebut sebagai salah satu bentuk pelanggaran keamanan serius.
"Dokumen-dokumen asal Manchester itu dicuri dari sebuah van yang bertugas mengirimnya ke markas Royal Air Force di dekat London," terang Departemen Luar Negeri Inggris dalam pernyataan resminya. Rencananya, paspor dan visa kosong tersebut diterbangkan ke mancanegara untuk kemudian didistribusikan ke kantor-kantor kedutaan Inggris di berbagai negara.
Identity and Passport Service menyatakan, chip yang dipasangkan pada setiap paspor masih belum diaktifkan. Demikian juga data biometriknya. Karena itu, pemerintah masih bisa mencegah penggunaan paspor dan visa tersebut dengan tidak mengaktifkan chip yang menjadi bagian penting dokumen itu.
"Tapi, tidak berarti dokumen-dokumen tersebut tidak bisa digunakan. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bisa saja membajaknya untuk kemudian menggunakannya," urai badan itu sebagaimana dikutip The Daily Telegraph. Apalagi, dokumen-dokumen tersebut bisa dengan mudah dikloning dan diperjualbelikan di pasar gelap.
Perampokan itu terjadi saat pengemudi van memarkir kendaraannya untuk membeli surat kabar dan sebatang cokelat. Kala itu, kurir pengantar dalam van. Seorang perampok tiba-tiba masuk van dengan paksa dan membenturkan kepala si kurir ke dasbor. Setelah kurir itu tidak sadar, perampok yang diduga lebih dari seorang tersebut bisa leluasa mengambil dokumen-dokumen berharga itu. (AP/hep/ami)
Sumber: Jawa Pos