Jelas Bangga Jadi Katolik
Kalau Yesus bukan cuma milik orang Katolik, tetapi seluruh umat manusia, seperti Dia bilang sendiri di Kitab Suci. Dia kan nggak jelas agamanya apa. OrangtuaNya emang Yahudi, tapi Dia sendiri membongkar aturan-aturan dalam tradisi Yahudi yang dianggap "munafik". Ulah Yesus yang bikin marah mereka, apalagi ngaku-ngaku Anak Allah.
Nah kalo kebanggaan jadi Katolik lebih pada kekayaan "rohani"nya sebagai institusi, karena punya tradisi keagamaan dan spiritualitas yang sudah berlangsung 2000 tahun. Agama Katolik tumbuh berkembang bukan hanya sebagai sebuah organisasi yang beroperasi global (jauh lebih hebat dari PBB), dengan umatnya yang berjumlah miliaran, tetapi lebih dari itu mengaku sebagai Gereja yang berziarah. Gereja yang menghimpun umat Katolik dan siapapun yang berkehendak "BAIK" untuk bergerak bersama menuju rumah abadi yang melampaui hidup di dunia ini. Manusia dipahami sebagai peziarah menuju sumber KEBENARAN DAN KASIH (homo viator). Mungkin agama dan kepercayaan lain juga memiliki perziarahan yang sama tetapi dengan sistem nilai, moral dan tradisi yang berbeda. Dan aku percaya bahwa Gereja Katolik bergerak dengan dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga senantiasa memancarkan "terang" di tengah dunia. Bunda Teresa, Paus Yohanes Paulus II, Uskup Agung Dom Helder Camara, Pader Pio, Romo Mangunwijaya, atau bahkan simbok-simbok, dan anak-anak, ataupun siapapun yang melayani sesamanya sekecil apapun pastilah di gerakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus sendiri juga berkarya melampaui institusi agama Katolik. Hanya tradisi, spiritualitas dan ajaran iman yang aku rasakan sesuai dengan diriku itulah yang aku anggap baik bagiku.
Kekayaan "pengalaman" jatuh bangun yang amat manusiawi yang dialami Gereja Katolik selama 2000 tahun itulah yang membanggakanku. Kerendahan hati pernah salah dalam menghukum Galileo Galilei, pengakuan bahwa elit Gereja pernah bersikap feodal dan memihak kalangan bangsawan dan tuan tanah adalah lambang kerendahan hati-mungkin hari gini di beberapa tempat masih ada tapi lebih oknum elit "gereja" bukan "Gereja". Apa yang hidup di dunia belumlah sempurna, termasuk Gereja Katolik.
Maka aku mau dan bersedia mengikuti perziarahan Gereja Katolik dalam kerendahan hatinya menuju Kerajaan Allah, dimana kebaikan meraja dalam diri umat manusia. Betapa agung kematian "Sri Paus", yang dihadiri para tokoh dan pemimpin dunia, bahakan di anatara mereka ada yang bermusuhan, tetapi berkumpul mengantar kepergian Paus. Aku percaya hingga hari ini benih Kerajaan Allah telah tersebar di hati banyak orang di seluruh penjuru dunia. Pun dalam keluarga-keluarga Katolik. Lebih dari itu semua aku bangga karena "dipanggil mengikuti" jejak Kristus menjadi umat Katolik.