Humor Seputar Hukum / Pengacara / Jaksa / Hakim

Hakim dan 3 orang pencuri
Ada 3 orang pencuri diadili di Pengadilan. Ketiganya disidang bersama-sama di hadapan Hakim.

Hakim : "Apa Kesaksianmu???"(bertanya pada pencuri 1)

Pencuri 2 : "Tidak Bersalah Pak!!!"

Hakim : "DIAM!!!, Aku tidak berbicara padamu...!!!"

Pencuri 3 : "Tapi Pak, saya kan tidak bicara apa-apa..."

Hakim : "!!!!?????#$!!!"

sumber: ketawa.com
 
Balas dendam seorang Hakim
Gara gara melanggar lalu lintas, pak guru Joko datang ke pengadilan untuk mengurus kasusnya.

Hakim : "Ya selanjutnya.... pekerjaan anda pak?"

Joko : "Pekerjaan saya guru SD"

Hakim : "OOO... bapak tidak ingat saya ya?"

Joko : "Tidak pak..."

Hakim : "Ya udah... mungkin ini bisa buat bapak ingat, sekarang bapak duduk di pojok ruangan dan tulis 500 kalimat di buku tulis : Saya tidak akan melanggar lampu lalu lintas lagi..!!!"

sumber: ketawa.com
 
Menjadi saksi dalam Pengadilan
Seorang pria bertubuh kecil yang menjadi saksi suatu kejahatan terlihat ragu-ragu dan gugup pada saat ia dimintai keterangan oleh seorang pengacara.

Dengan suara yang keras pengacara itu bertanya, "Anda sudah pernah menikah?"

"Sudah, Pak." kata saksi tersebut dengan suara yang kecil. "Satu kali."

"Siapa yang Anda nikahi?"

"Seorang perempuan, Pak!"

Pengacara tersebut dengan marah berkata, "Ya tentu saja yang Anda nikahi itu perempuan. Memangnya Anda pernah dengar ada yang menikah dengan laki-laki?"

Tanpa menunjukkan perlawanan saksi tersebut berkata, "Ada Pak, adik perempuanku."

sumber: ketawa.com
 
Sempat ganti polisi
Seorang suami menggugat cerai istrinya ke pengadilan. Di pengadilan, dia dihadapkan beberapa pertanyaan.

Hakim: "Apakah anda serius untuk menceraikan isteri Anda?"

Suami: "Serius Tuan Hakim"

Hakim: "Mengapa?"

Suami: "Karena ia diperkosa, Tuan Hakim"

Hakim: "Hah? Bukankah Anda harus membelanya. Bukan menceraikannya? "

Suami: "Seharusnya Pak Hakim. Tapi, saya lihat dia sempat ganti posisi..."

sumber: ketawa.com
 
Hukuman bagi penabrak ibu hamil
Pada suatu hari, ada seorang ibu muda yang sedang hamil 3 bulan. Ketika dia berjalan, tiba-tiba ada sebuah kendaraan menabrak ibu muda tersebut sehingga menyebabkan keguguran.

Suami dari ibu muda tersebut tidak terima dan menuntut si penabrak ke pengadilan. Setelah mendengarkan semua keterangan, Pak Hakim pun segera memutuskan vonisnya.

Si penabrak dihukum harus memelihara ibu muda itu, memberi makan, pakaian, sampai hamil 3 bulan, baru setelah itu dikembalikan kepada suaminya.

sumber: ketawa.com
 
Disuruh mengambil yang paling berharga
Seorang pemuda diajukan ke depan pengadilan atas tuduhan mencuri
sepeda milik seorang gadis remaja.
" Saya sama sekali tidak mencurinya, Pak Hakim "
Kata si pemuda membela diri.
" Dia yang memberikan sepeda itu kepada saya. Ketika itu pulang sekolah,
dia meminta saya agar memboncengkannya dengan sepedanya. Saya
dudukkan dia di stang. Lalu dalam perjalanan, di suatu semak belukar, dia
menyuruh saya berhenti. Di bukanya baju dan celananya. Lalu katanya,
saya boleh mengambil miliknya yang paling berharga. Pak Hakim, lalu saya
berpikir, bajunya memang berharga, tapi itu baju wanita dan tak ada
gunanya bagi saya. Jeans-nya juga terlalu kecil bagi saya. Karena itu, yah,
apa boleh buat terpaksa saya mengambil sepedanya. "

sumber: ketawa.com
 
Menembak istri di rumah
"Jadi biar saya luruskan," kata jaksa kepada terdakwa, "Anda pulang kerja lebih awal dan menemukan istri Anda di tempat tidur dengan pria lain."

"Benar," kata terdakwa.

"Kemudian," lanjut jaksa, "Anda mengeluarkan pistol dan menembak istri Anda, membunuhnya."

"Benar," kata terdakwa.

"Lalu pertanyaan saya kepada Anda adalah, mengapa Anda menembak istri Anda dan bukan kekasihnya?" tanya jaksa.

"Saya berpikir bahwa hal itu lebih mudah," jawab terdakwa, "daripada menembak pria yang berbeda setiap hari!"

sumber: ketawa.com
 
Menghadirkan 5 orang saksi Perampokan bank
"Jaksa penuntut mengatakan dia bisa menghadirkan lima orang saksi yang melihat anda lari dari bank dengan tas uang," seorang pengacara bercerita kepada tersangka.

"Itu tidak seberapa," kata tersangka, "Saya dapat menghadirkan lima ratus saksi yang tidak melihat saya lari dari bank."

sumber: ketawa.com
 
Melaporkan gubernur yang korupsi
Saat itu Nasrudin dan puluhan warga mendatangi Sultan Abdul Kadir untuk melaporkan prilaku gubernur mereka yang kejam dan korupsi.

"Kalian jangan bohong ya. Setahu saya gubernur kalian adil dan bijaksana," Ucap Sultan yang tidak tahu kondisi yang sebenarnya.

Melihat hal tersebut Nasrudin segera maju ke depan,

"Wahai baginda rajaku. Apalah arti adil dan bijaksananya gubernur kami jika tidak di nikmati oleh warga provinsi lain. Oleh karena itu sudilah kiranya Sri Baginda memindahkan gubernur kami ke tempat lain, agar keadilan dan kebijaksanaannya bisa dinikmati seluruh rakyat."

Mendengar itu Sultan tertawa sambil meninggalkan mereka.

sumber: ketawa.com
 
Mencangkul dalam penjara
Karena dianggap hampir membunuh Baginda maka Abu Nawas mendapat celaka. Dengan kekuasaan yang absolut Baginda memerintahkan prajurit-prajuritnya langsung menangkap dan menyeret Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara. Waktu itu Abu Nawas sedang bekerja di ladang karena musim tanam kentang akan tiba. Ketika para prajurit kerajaan tiba, ia sedang mencangkul.

Dan tanpa alasan yang jelas mereka langsung menyeret Abu Nawas sesuai dengan titah Baginda. Abu Nawas tidak berkutik. Kini ia mendekam di dalam penjara. Beberapa hari lagi kentang-kentang itu harus ditanam. Sedangkan istrinya tidak cukup kuat untuk melakukan pencangkulan. Abu Nawas tahu bahwa tetangga-tetangganya tidak akan bersedia membantu istrinya sebab mereka juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Tidak ada yang bisa dilakukan di dalam penjara kecuali mencari jalan keluar. Seperti biasa Abu Nawas tidak bisa tidur dan tidak enak makan. Ia hanya makan sedikit. Sudah dua hari ia meringkuk di dalam penjara. Wajahnya murung. Hari ketiga Abu Nawas memanggil seorang pengawal. "Bisakah aku minta tolong kepadamu?" kata Abu Nawas membuka pembicaraan.

"Apa itu?" kata pengawal itu tanpa gairah.
"Aku ingin pinjam pensil dan selembar kertas. Aku ingin menulis surat untuk istriku. Aku harus menyampaikan sebuah rahasia penting yang hanya boleh diketahui oleh istriku saja."

Pengawal itu berpikir sejenak lalu pergi meninggalkan Abu Nawas. Ternyata pengawal itu menghadap Baginda Raja untuk melapor. Mendengar laporan dari pengawal, Baginda segera menyediakan apa yang diminta Abu Nawas. Dalam hati, Baginda bergumam mungkin kali ini ia bisa mengalahkan Abu Nawas. Abu Nawas menulis surat yang berbunyi:

"Wahai istriku, janganlah engkau sekali-kali menggali ladang kita karena aku menyembunyikan harta karun dan senjata di situ. Dan tolong jangan bercerita kepada siapa pun."

Tentu saja surat itu dibaca oleh Baginda karena beliau ingin tahu apa sebenamya rahasia Abu Nawas. Setelah membaca surat itu Baginda merasa puas dan langsung memerintahkan beberapa pekerja istana untuk menggali ladang Abu Nawas. Dengan peralatan yang dibutuhkan mereka berangkat dan langsung menggali ladang Abu Nawas. Istri Abu Nawas merasa heran. Mungkinkah suaminya minta tolong pada mereka? Pertanyaan itu tidak terjawab karena mereka kembali ke istana tanpa pamit. Mereka hanya menyerahkan surat Abu Nawas kepadanya.

Lima hari kemudian Abu Nawas menerima surat dari istrinya. Surat itu berbunyi: "Mungkin suratmu dibaca sebelum diserahkan kepadaku. Karena beberapa pekerja istana datang ke sini dua hari yang lalu, mereka menggali seluruh ladang kita. Lalu apa yang harus kukerjakan sekarang?"

Rupanya istrinya Abu Nawas belum mengerti muslihat suaminya. Tetapi dengan bijaksana Abu Nawas membalas: "Sekarang engkau bisa menanam kentang di ladang tanpa harus menggali, wahai istriku." Kali ini Baginda tidak bersedia membaca surat Abu Nawas lagi. Baginda makin mengakui keluarbiasaan akal Abu Nawas. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih bisa melakukan pencangkulan.

sumber: ketawa.com
 
Dipukul karena salah tanya
Seorang jaksa sedang bertanya kepada terdakwa, seorang istri yang melakukan pemukulan pada suami.

Jaksa: "Apakah yang dikatakan suami kepada Anda pagi itu?"
Terdakwa: "Dia mengatakan, 'Sekarang sudah jam berapa, Diana?'"
Jaksa: "Lalu mengapa Anda menjadi marah dan memukul suami Anda hanya karena pertanyaan seperti itu?"
Terdakwa: "Karena nama saya adalah Susan."

sumber: ketawa.com
 
PermohoNan ampunan
Ada 3 orang anggota DPR yang terkena berbagai macam kasus, sebut saja Agung, Bagio, dan Tanto. Mereka berada di tiga tempat berbeda, di malam hari mereka pun masing-masing khusyuk berdoa, demi keselamatan bangsa dan kesejahteraan SDM di jajarannya.

Agung pun berdoa, "Ya Allah mohon ampun, hambaMu sujud minta wejangan apa yang harus hamba lakukan untuk kelancaran pekerjaan kami menyerap aspirasi rakyat Indonesia?" Sejenak ruangan sunyi, namun tiba-tiba muncul senoktah cahaya yang menerobos dekat jendela.

Dan terdengarlah suara bernada datar, mengalir perlahan dengan syahdunya, "Wahai umatku yang kusayangi, Agung yang bijaksana. Sungguh mulia kalian diberi kepercayaan menjadi wakil rakyat. Namun sungguh durhaka, kepercayaan itu, kalian jadikan peluang untuk meraup untung. Agung!!...Jangan mengaku wakil rakyat, bila ruang sidang tidak bersih dari pikiran maksiat, dan ambisi material." Agung pun menangis dan sujud mohon ampun.

Sementara di tempat lain, di sebuah ruangan yang temaram, tampak sesosok umat sedang menyembah dan bersujud berharap mujikzat.
Bagio pun berserah, "Ya Allah tunjukkan jalanMu. Dan berilah hambaMu ini jalan keluar, agar jajaranku ini tidak terperosok di lembah hitam kemarukan, dan keserakahan menimbun harta dan uang..."

Tiba-tiba senoktah cahaya, seperti garis putih dari langit menerobos pilar teras, sampai ke ruangan doa.

Dan suara itu pun bergema, "Wahai umatku yang kukasihi, wahai Bagio...Siramlah anak buahmu dengan cahaya iman tiap hari. Mengapa tiap hari? Karena yakinlah dosa sogok di jajaran kamu, sudah mengakar seperti pohon beringin tua diseberang jalan itu."

Tertegunlah Bagio. Dia loyo dan ia pun menangis tersedu-sedu memohon ampunan.

Di malam itu juga, ketika cakrawala hitam kelam. Di atas sana, cahaya rembulan menembus dingin cemara di halaman rumah itu. Tanto itu pun berserah, mengulurkan tangan memohon ridho Allah.

Tanto pun berbincang segenap hati, "Ya Allah, tolong umatMu yang berdosa ini yang sudah meraup banyak uang yang bukan dari hakku, berilah jalan terang untuk keharmonisan di jajaranku. Berikan jalan kepada hambaMu ini..."Belum selesai kata terakhir terucap, ruangan itu pun terang benderang dan menyilaukan sekali.

Lalu terdengarlah suara yang keras... "TANTO MENYERAHLAH..!!!" Tantopun terperangah, dan terkejut bahwa tanpa disadarinya serombongan polisi telah mengepungnya.

sumber: ketawa.com
 
Back
Top