Sloka 1 :
Anakku Janamejaya, segala ajaran tentang caturwarga (Dharma, Artha, Kama dan Moksa), baikpun sumber, maupun uraian arti dan tafsirnya, ada terdapat di sini; singkatnya, segala yang terdapat di sini akan terdapat dalam sastra lain; yang tidak terdapat di sini tidak akan terdapat dalam sastra lain dari sastra ini (tentang catur warga).
Sloka 2 :
Diantara segala mahluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah ke dalam perbuatan baik; segala perbuatan yang buruk itu; demikianlah guna (pahalanya) menjadi manusia.
Sloka 3 :
Oleh karena itu janganlah sekali-sekali bersedih hati; sekalipun hidupmu tidak makmur; dilahirkan menjadi manusia itu hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun.
Sloka 4 :
Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
Sloka 5 :
Adalah orang yang tidak mau melakukan perbuatan baik, (orang semacam itu) dianggap sebagai penyakit yang menjadi obat neraka-loka; apabila ia meninggal dunia, maka dia dianggap sebagai orang sakit yang pergi ke suatu tempat dimana tidak ada obat-obatan; kenyataannya ia selalu tidak dapat memperoleh kesenangan dalam segala perbuatannya.
Sloka 6 :
Kesimpulannya pergunakannlah sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia ini, kesempatan ynag sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga; segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi itulah hendaknya dilakukan.
Sloka 7 :
Sebab kelahiran menjadi manusia sekarang ini, adalah kesempatan melakukan kerja baik ataupun buruk, yang hasilnya akan dinikmati di akhirat; artinya, kerja baik ataupun buruk sekarang ini, di akhirat sesungguhnya dikecap akan buah hasilnya itu; setelah selesai menikmatinya; menitislah pengecap itu lagi; maka turutlah bekas-bekas hasil perbuatannya; wasana disebut sangskara, sisa-sisa yang tinggal sedikit dari bau sesuatu yang masih bekas-bekasnya saja, yang diikuti (peng) hukuman yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah neraka; adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan diakhirat, tidaklah itu berakibat sesuatu apapun, oleh karena yang sangat menentukan adalah perbuatan baik atau buruk yang dilakukan sekarang juga.
Sloka 8 :
Kelahiran menjadi manusia (orang) pendek dan cepat keadaannya itu, tak ubahnya dengan gerlapan kilat, dan amat sukar pula untuk diperoleh; oleh karenanya itu, gunakanlah sebaik-baiknya kesempatan menjadi manusia ini untuk melakukan penuaian dharma, yang menyebabkan musnahnya proses lahir dan mati, sehingga berhasil mencapai sorga.
Slola 9 :
Bila ada yang beroleh kesempatan menjadi manusia (orang), ingkar akan pelaksanaan dharma; sebaliknya amat suka ia mengejar harta dan kepuasan napsu serta berhati tamak; orang itu disebut kesasar, tersesat dari jalan yang benar.
Sloka 10 :
Yang dapat menjelma menjadi orang (manusia); meskipun ia telah dapat memperdalam pelaksanaan dharma; namun tidak terlepas dari proses lahir dan mati; orang semacam itu, masih sengsara namanya.
Sloka 11 :
Itulah sebabnya hamba, melambai-lambai; berseru-seru, memberi ingat; kata hamba; “dalam mencari artha dan kama itu hendaklah selalu dialasi dharma; jangan sekali-kali bertindak bertentangan dengan dharma” demikianlah kata hamba; namun demikian, tidak ada yang memperhatikannya; oleh karena katanya, adalah sukar berbuat atau bertindak bersandarkan dharma, apa gerangan sebabnya.
Sloka 12 :
Pada hakekatnya, jika artha dan kama yang dituntut, maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lebih dulu; tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti; tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
sloka 13 :
Bagi sang pandita (orang arif bijaksana) tak lain hanya orang yang bajik yang melaksanakan dharma, dipuji, dan disanjung olehnya, karena ia telah berhasil mencapai kebahagiaan; beliau tidak menyangjung orang kaya, dan orang yang selalu berahi cinta wanita; sebab orang itu tidak sungguh berbahagia, karena adanya pikiran angkara dan masih dapat digoda oleh kekayaan dan hawa nafsu itu.
sloka 14 :
Yang disebut dharma, adalah jalan untuk pergi ke sorga; sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi orang dagang untuk mengarungi lautan.
sloka 15 :
Usaha tekun pada kerja mencari kama, artha dan moksa, dapat terjadi adakalanya tidak berhasil; akan tetapi usaha tekun pada pelaksanaan dharma, tak tersangsikan lagi, pasti berhasil sekalipun baru hanya dalam angan-angan saja.