5 Perubahan Fesyen Wanita di Perang Dunia I

Kalina

Moderator
Kondisi suatu zaman punya pengaruh atas bagaimana orang-orang di zaman itu berpakaian. Termasuk dengan Perang Dunia I (PD I) yang berpengaruh pada bagaimana cara para wanita berdandan. PD I terjadi pada tahun 1914 – 1918.

8d97738d3ada58146b6e1665569857c0

Perang yang memakan korban meninggal dunia sebanyak 9 juta kombatan dan 7 juta warga sipil ini melibatkan 2 pihak, yaitu Allied Powers di mana Prancis, Inggris, Rusia, Amerika, dan jepang bergavung, dan Central Powers yang salah satu anggotanya adalah Jerman.

Sebuah buku berjudul `Dressed for War: Uniform, Civilian Clothing & Trappings` yang ditulis oleh Nina Edwards menjelaskan bagaimana dunia fashion wanita dalam pengaruh PD I.

Ada hal-hal menarik mengenai hal itu, misalnya tentang bagaimana celana pada akhirnya menjadi bagian dari pakaian wanita, bagaimana make up wanita sehubungan dengan berdirinya label kosmetik Maybelline di tahun 1915, dan lain sebagainya.

Seperti dilansir dari theguardian.com, Rabu (12/11/2014), Berikut ini adalah 5 dampak PD I pada gaya wanita sebagaimana yang dijelaskan oleh buku karya Nina Edwards itu.

Wanita-wanita Pioner Pengguna Celana

Sebelum PD I, para wanita pekerja di tambang memang sudah menggunakan celana. Akan tetapi mereka akan menutupinya dengan rok di kala sedang rehat. Adalah para wanita di Women’s Land Army (WLA) yang merupakan pioner pemakai celana di dunia wanita.

WLA adalah sebuah organisasi di Inggris yang saat itu dibuat untuk bekerja di pertanian menggantikan para suami yang ditarik ke militer. Tak ada aturan bagi anggota WLA untuk mengenakan celana yang kemungkinan dipinjam dari suami mereka.

Celana itu dipakai semata-mata demi kenyamanan kerja. Hal ini terjadi beberapa dekade sebelum akhirnya celana benar-benar dapat diterima di dunia fashion wanita.

Penggunaan Makeup Jadi lebih Kuat

Perang Dunia I memang mengakibatkan banyak wanita kelas pekerja diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pelayan rumah tangga lantaran banyak keluarga kelas menengah lebih berhemat.

Namun bahwa para pria ditarik bekerja untuk perang, misalnya di pabrik amunisi, membuat bidang pekerjaan lain yang tadinya tak terbuka untuk wanita menjadi bisa diisi oleh para pekerja wanita. Ini merupakan liberating moment pada banyak wanita karena dengan itu mereka bisa bekerja di berbagai bidang dan mendapat upah yang sebelumnya hanya dinikmati oleh pria.

Perusahaan kosmetik asal New York, Maybelline, yang pada tahun 1996 dibeli oleh L’Oreal, didirikan oleh Tom Lyle Williams pada tahun 1915.Wanita kelas pekerja yang saat itu sudah mampu membeli produk tersebut menciptakan fenomena penggunaan kosmetik yang lebih luas.

Kohl eyeliner dan maskara menjadi produk kecantikan populer saat itu. Golongan wanita yang lebih kaya dan bekerja sukarela sebagai perawat punya permintaan tinggi untuk krim wajah.

Pencukuran rambut kaki

Seragam kerja wanita pada masa PD I memiliki ukuran yang lebih pendek, sekitar 6-10 inci di atas tanah. Model busana ini membuat kaki mereka terlihat. Sebelum PD I, wanita-wanita di Amerika tak mencukur rambut kaki mereka.

Pada tahun 1915, perusahaan pisau cukur Gillette meluncurkan pisau cukur untuk wanita bernama Milady Decollette. Ini menjadi pemicu dari bombardir iklan perusahaan-perusahaan lain yang mengandung pesan bahwa rambut-rambut tubuh wanita (selain rambut kepala) itu tidak indah.

Dari hal ini, fenomena mencukur rambut kaki dan rambut-rambut tubuh lain selain kepala menjadi lazim di dunia wanita.

Perhiasan-perhiasan Menarik

Sebelum perang, perhiasan dianggap hanya sebagai benda kesenangan. Di masa perang, perhiasan mendapat pemaknaan yang lebih serius, sebagai sebuah `penghubung` antara prajurit dan orang yang dicintainya (sweetheart jewellery). Karena itulah dunia perhiasaan di Perang Dunia I menjadi lebih menarik.

Kehadiran Coco Chanel

Butik pertama desainer Coco Chanel dibuka di Deauville, Prancis, pada tahun 1913 dan menjadi favorit bagi para wanita kelas atas. Wanita-wanita itu suka dengan olahan gaya sportswear rancangan Chanel.

Coco Chanel inilah yang mempopulerkan penggunaan celana dalam fesyen wanita (sebagai gaya, bukan untuk kerja seperti yang dilakukan anggota Women’s Land Army) "I gave women a sense of freedom," ucap Chanel terkait celana seperti dikutip dari artikel Glamour.com tertanggal 30 September 2009 yang berjudul `5 Things You Can Thank Coco Chanel For`.

Setelah Chanel mempopulerkan celana di dunia fesyen wanita, muncullah ide-ide revolusioner lain, misalnya Le Smoking Pantsuit dari desainer Yves Saint laurent yang hidup pada tahun 1936 – 2008.

c53cc740-58e4-11e4-baa8-69944a3fe2c7_Logo-Liputan-6-512x512-copy.PNG
 
Back
Top