Bikin Boros Listrik, China Bakal Tutup Tambang Bitcoin

spirit

Mod
4f001b60-0cad-48be-82b4-2bcc94edc916_169.jpg

China berencana menutup tambang penghasil bitcoin dengan karena membuat konsumsi listrik menjadi lebih boros dan termasuk investasi yang beresiko. Hal ini sejalan dengan penilaian pihak berwenang bahwa mata uang digital (cryptocurrency) bukanlah industri strategis.

Sejumlah institusi meminta pemerintah di tingkat provinsi untuk "secara aktif memandu" perusahaan di masing-masing daerah keluar dari industri penambangan mata uang bitcoin.

Langkah tersebut dilakukan untuk mendorong penambang mata uang digital agar mengikut penutupan bursa dan pelarangan penawaran awal koin (ICO).

"Tambang bitcoin mengonsumsi banyak listrik dan juga mendorong spekulasi mata uang virtual," demikian pernyataan dalam dokumen pelarangan tersebut yang dikutip dari CNBC, Kamis (11/1/2018).

"Operasi penambangan berlawanan dengan upaya pencegahan resiko finansial dan mendorong aktivitas menyimpang dari kenyataan kebutuhan ekonomi," ungkap pernyataan lainnya.

Sebagaimana diketahui, penambang membuat bitcoin baru dengan memecahkan kode kompleks agar mendapatkan validasi transaksi bitcoin baru. Meski tak benar-benar memakai proses komputasi rumit, penambangan mata uang digital mengandalkan daya komputasi yang besar sehingga lebih mirip industri pabrik dibandingkan bisnis tradisional berteknologi tinggi.

Sejumlah penambang bitcoin beroperasi di area terpencil tanpa mendaftarkan usahanya. Beberapa penambang juga mengabaikan peraturan setempat yang melarang konsumen membeli listrik langsung dari produsen dibandingkan dengan operator grid.

Menurut salah satu penambang yang berbasis di Shenzen, Liao Xiang, tambang mata uang digital di China menyumbang tiga per empat dari distribusi bitcoin di seluruh dunia.

Selama ini para penambang telah mendapatkan manfaat dari murahnya harga listrik di daerah yang kaya akan batubara atau pembangkit listrik tenaga air, termasuk di Xinjiang, Mongolia, Sichuan dan Yunnan.

Industri penambangan mata uang digital secara global telah menelan 0,17% konsumsi listrik dari lebih 161 negara berdasarkan data Digiconomist, situs yang melacak industri mata uang digital.

Pelarangan terhadap tambang mata uang digital ini berlawanan dengan strategi China di ranah teknologi. Sebagaimana diketahui China mengungkapkan hasratnya untuk menjadi negara pemimpin dalam teknologi kecerdasan buatan dan robotik.

Satuan tugas keuangan internet, termasuk People's Bank of China, sebelumnya telah memimpin upaya pengetatan peraturan pinjaman peer-to-peer dan pinjaman konsumen online.

Meski demikian permintaan tersebut tak menyebutkan pemimpin daerah untuk menutup operasional secara langsung, namun lebih kepada mempersempit ruang gerak melalui kebijakan ketat soal konsumsi daya listrik, penggunaan tanah, pemungutan pajak dan aturan dampak lingkungan.

Dengan adanya aturan yang ketat, pengusaha tambang mata uang digital di China tengah mencari cara untuk memindahkan operasinya keluar negeri, memindahkan pabriknya, atau menjualnya.

Mengingat harga listrik dan iklim dingin agar mencegah komputer panas berlebih, negara seperti Kanada, Islandia, Timur Eropa dan Rusia bisa menjadi destinasi selanjutnya.

Meski demikian diakui oleh pelaku bisnis tambang bitcoin, pemindahan "pabrik" ke negara lain bukanlah sesuatu yang mudah.

"Kesulitannya bahwa peraturan di negara lain membutuhkan waktu dan modal untuk membangun pusat data yang besar-besaran," ungkap Liao Xiang. "Ini perlu banyak pasokan listrik dan kawasan industri yang tak banyak aturan," imbuhnya.

China sendiri bukanlah tempat yang cocok untuk mendirikan tambang mata uang digital.

Banyaknya tambang mata uang digital di Negeri Tirai Bambu tersebut disebabkan oleh rantai pasokan komponen komputer yang berkembang baik yang digunakan untuk penambangan.


sumber
 
bisa ya ditutup paksa begitu, soalnya pemilik tambangnya bayar kan listriknya, jadi sebagai konsumen

pemilik tambang juga bisa pakai sumber listrik alternatif, seperti tenaga matahari atau angin
 
bisa ya ditutup paksa begitu, soalnya pemilik tambangnya bayar kan listriknya, jadi sebagai konsumen

pemilik tambang juga bisa pakai sumber listrik alternatif, seperti tenaga matahari atau angin

Harusnya seperti itu. Pakai tenaga surya atau tenaga angin. Jika menggunakan tenaga diesel pribadi akan merugi di cost
 
Back
Top