anafitri
New member
Dari tulis menulis kuingin bercerita dalam sebuah keluarga yang dimulai dari kesendirian pria itu bernama Barry, dengan segala kemampuan yang dia miliki, Barry menjalani kehidupan sendiri tanpa orang tua dan belum mempunyai seorang istri, keinginannya dia ingin menikah sangat kuat tetapi dia tidak mempunyai kemampuan yang lebih untuk menarik hati seorang wanita.
“Aku….harus maju, tidak ingin seperti terus, harus menikah dan mencari seorang istri tetapi sebelum itu aku mencari sebuah pekerjaan dulu” begitu penyesalan dalam hatinya, disertai keinginan maju. Hingga keesokan harinya ada tukang koran yang seperti biasanya, tetapi kali ini Barry tidak mengabaikan seperti biasanya, karena tekat yang kuat dia harus berjuang untuk hidupnya.
Diputar-putarnya korannya, cari pada kolom lowongan kerja. Ada sebagian yang sesuai dengan skill yang Barry punya, tetapi belum tentu keinginan dia. Ada pekerjaan lowongan pekerjaan mulai dari hmmm…..
“Hmmm….Assisten dokter, wah…besar banget ya?gajinya, tetapi aku belum punya kemampuan untuk assistennya, kuliah aja sebatas D3, mana bias aku jadi Assisten dokter” dengan memutar-mutar otak, memutar kertas “apalagi sich….kok gak ketemu-ketemu ya?, akhirnya Barry menemukan sebuah pekerjaan “nah…ini yang aku suka, pekerjaan pelatih sepak bola, kebetulan sekali aku suka sama dunia olahraga sepak bola. Siiipp….besok aku lamar di sekolahan ini. Sekarang aku mau menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk melamar besok. Sambil berkata “semangat Barry, setelah bisa bekerja pasti wanita tidak akan menolak kehadiranmu lagi!!!!”
Dengan persiapan yang gak banyak, tetapi ada satu yang perlu dia siapkan yaitu kekuatan badan agar bisa kuat menjalankan sebagai seorang pelatih. Ehmmm….ngapain repot-repot, aku kan belum mengirim lamaran, proses wawancara aja belum, udah ada acara menguatkan otot, jasmani jiwa dan raga. Kita lihat aja besok, sekarang waktunya tidur…..ngantuk.
Ya,…seperti itulah sifat Barry meskipun dia mempunyai keinginan yang kuat tetapi dia tidak pernah lepas dari sifat malasnya, untuk memenuhi keinginannya dia tidur, maen game, makan, mandi. Tetapi untung saja Barry masih menyimpan uang warisan dari almarhum orang tuanya, yang dari warisan itu dia tinggal di rumah titipan almarhum orang tuanya, uang dan perhiasan yang besar membuat dia malas. Tanpa disadari bahwa kekayaan tidak membawanya
“Aku….harus maju, tidak ingin seperti terus, harus menikah dan mencari seorang istri tetapi sebelum itu aku mencari sebuah pekerjaan dulu” begitu penyesalan dalam hatinya, disertai keinginan maju. Hingga keesokan harinya ada tukang koran yang seperti biasanya, tetapi kali ini Barry tidak mengabaikan seperti biasanya, karena tekat yang kuat dia harus berjuang untuk hidupnya.
Diputar-putarnya korannya, cari pada kolom lowongan kerja. Ada sebagian yang sesuai dengan skill yang Barry punya, tetapi belum tentu keinginan dia. Ada pekerjaan lowongan pekerjaan mulai dari hmmm…..
“Hmmm….Assisten dokter, wah…besar banget ya?gajinya, tetapi aku belum punya kemampuan untuk assistennya, kuliah aja sebatas D3, mana bias aku jadi Assisten dokter” dengan memutar-mutar otak, memutar kertas “apalagi sich….kok gak ketemu-ketemu ya?, akhirnya Barry menemukan sebuah pekerjaan “nah…ini yang aku suka, pekerjaan pelatih sepak bola, kebetulan sekali aku suka sama dunia olahraga sepak bola. Siiipp….besok aku lamar di sekolahan ini. Sekarang aku mau menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk melamar besok. Sambil berkata “semangat Barry, setelah bisa bekerja pasti wanita tidak akan menolak kehadiranmu lagi!!!!”
Dengan persiapan yang gak banyak, tetapi ada satu yang perlu dia siapkan yaitu kekuatan badan agar bisa kuat menjalankan sebagai seorang pelatih. Ehmmm….ngapain repot-repot, aku kan belum mengirim lamaran, proses wawancara aja belum, udah ada acara menguatkan otot, jasmani jiwa dan raga. Kita lihat aja besok, sekarang waktunya tidur…..ngantuk.
Ya,…seperti itulah sifat Barry meskipun dia mempunyai keinginan yang kuat tetapi dia tidak pernah lepas dari sifat malasnya, untuk memenuhi keinginannya dia tidur, maen game, makan, mandi. Tetapi untung saja Barry masih menyimpan uang warisan dari almarhum orang tuanya, yang dari warisan itu dia tinggal di rumah titipan almarhum orang tuanya, uang dan perhiasan yang besar membuat dia malas. Tanpa disadari bahwa kekayaan tidak membawanya