ajipangestu
New member
Waktu itu sore yang indah, sekitar jam 4 sore, burung-burung berkicau, angin berhembus nan sepoi.
Tiba-tiba perutku ini mengeluarkan alarm, tanda harus setor upeti di jamban tercinta.
Waktu lagi enak-enaknya boker, tiba-tiba pewangi ruangan yang tergantung bergoyang.
Ada apakah ini? Pikirku. Apakah asmaku kambuh?? Oh tidak. Asma tidak ada hubungannya dengan boker. Atau jangan" gara" semalam aku melewatkan sinetron "Putri yang Ditukar Dengan Guling" dan ini balasannya? itupun tidak masuk akal.
Tiba-tiba ada suara ayahku berteriak,"Dik, keluar dik! Gempa! Gempa!"
Oh, tidak, jangan. Bahkan cebokpun belum, bokerku harus di"abort" dengan kedatangan gempa yang tidak bersahaja ini.
Aku panik, otakku berpikir cepat, dan muncullah beberapa option di pikiranku:
1. Segera menuntaskan boker (tanpa cebok) dan pergi keluar kamar dengan handuk;
2. Meraung-raung meratapi nasib;
3. Menghitung amal dan dosa selama hidup;
4. Berdoa untuk terakhir kalinya;
5. Keluarkan dalam 1 dorongan, ambil air dari gayung, cebok, usap tangan dengan sabun, ambil handuk, dan segera menyelamatkan nyawa
Kupilih option 5, karena option 1 tidak masuk akal, adalah hal yang tabu bagi seseorang meninggalkan jamban sehabis boker tanpa cebok terlebih dahulu
Akupun segera berlari menuju pintu, dan oh, sialnya nasibku. tepat saat aku mencapai pintu, gempanya berhenti ANJING! pikirku.
Udah mah boker belom selesai di-abort, ceboknya tidak sesuai dengan standar FIFA pula, betapa sialnya nasibku
Tiba-tiba perutku ini mengeluarkan alarm, tanda harus setor upeti di jamban tercinta.
Waktu lagi enak-enaknya boker, tiba-tiba pewangi ruangan yang tergantung bergoyang.
Ada apakah ini? Pikirku. Apakah asmaku kambuh?? Oh tidak. Asma tidak ada hubungannya dengan boker. Atau jangan" gara" semalam aku melewatkan sinetron "Putri yang Ditukar Dengan Guling" dan ini balasannya? itupun tidak masuk akal.
Tiba-tiba ada suara ayahku berteriak,"Dik, keluar dik! Gempa! Gempa!"
Oh, tidak, jangan. Bahkan cebokpun belum, bokerku harus di"abort" dengan kedatangan gempa yang tidak bersahaja ini.
Aku panik, otakku berpikir cepat, dan muncullah beberapa option di pikiranku:
1. Segera menuntaskan boker (tanpa cebok) dan pergi keluar kamar dengan handuk;
2. Meraung-raung meratapi nasib;
3. Menghitung amal dan dosa selama hidup;
4. Berdoa untuk terakhir kalinya;
5. Keluarkan dalam 1 dorongan, ambil air dari gayung, cebok, usap tangan dengan sabun, ambil handuk, dan segera menyelamatkan nyawa
Kupilih option 5, karena option 1 tidak masuk akal, adalah hal yang tabu bagi seseorang meninggalkan jamban sehabis boker tanpa cebok terlebih dahulu
Akupun segera berlari menuju pintu, dan oh, sialnya nasibku. tepat saat aku mencapai pintu, gempanya berhenti ANJING! pikirku.
Udah mah boker belom selesai di-abort, ceboknya tidak sesuai dengan standar FIFA pula, betapa sialnya nasibku