Dari yang terbuang yang diperebutkan

lala_lulu

New member
Sore itu seorang bayi asyik berbaring di atas tempat tidur Ruang Cempaka RSIJP Sanglah, Denpasar, Bali. Sesekali tiga perawat yang menjaganya berupaya menggoda bayi perempuan berusia empat bulan itu.

DI kalangan perawat, bayi yang mengenakan baju terusan warna putih ini biasa dipanggil ‘Cemplon’. Belakangan diketahui Cemplon memiliki kepanjangan, yaitu Cempaka Lauren. “Nama Cempaka merujuk pada tempat dia dirawat selama ini, Ruang Cempaka. Teman-teman di sini sepakat menamai dia itu,” ujar Putu, seorang perawat yang juga pengasuh Cemplon.

Pada 8 Maret 2010 sekitar pukul 11.00 Wita Cemplon lahir dari rahim seorang ibu yang mengaku bernama Inhabiyah di Ruang Bakung Barat RSUP Sanglah. Karena sesuatu hal dia lahir

melalui operasi caesar, “Yang saya dengar, posisi saat mau lahir sungsang, sehingga harus operasi,” imbuh perawat yang tidak bersedia menyebutkan nama lengkapnya. Tanpa diduga, tiga hari kemudian Inhabiyah kabur meninggalkan bayinya. Hingga sekarang tidak ada seorang pun yang tahu alasan ibu “raja tega” tersebut meninggalkan bayi tak berdosa. Kabarnya Inhabiyah kabur tanpa kabar dengan meninggalkan utang Rp 5 juta untuk biaya operasi.

Meski tanpa asuhan ibu kandung kini Cemplon tumbuh sehat. Tubuhnya terlihat montok dengan berat badan sekitar 6,5 kg. Pipinya juga tembem dan senyumnya berseri sehingga bisa dipastikan siapa saja yang melihat pasti terpancing untuk menggodanya. ”Mungkin sudah terbiasa melihat banyak orang, jadi dengan siapa saja dia mau tanpa pilih-pilih,” ungkap Putu.

Hebatnya lagi, lanjut Putu, Cemplon jarang rewel, apalagi menangis, sehingga tidak membuat para perawat kerepotan. Hanya sesekali dia menangis; seperti saat bangun tidur atau saat tidak dihiraukan. “Kalau saat bangun menangis itu tandanya dia minta susu. Minumnya kuat sekali, dua jam sekali pasti merengek. Begitu dot susu masuk mulutnya, dia langsung diam, kadang malah tertawa kecil,” tuturnya.

Keceriaan Cemplon tentu saja memikat banyak orang untuk berlomba-lomba memilikinya, tenmasuk mendapatkan hak asuh untuk mengadopsi. Hingga kini banyak pihak yang telah mendaftar ke Dinas Sosial Bali untuk menjadi pengadopsi. “Kami berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar pengadopsi memiliki latar belakang dan tanggungjawab yang jelas,”kata Kepala Bagian Humas RSUP Sanglah I Gusti Ngurah Putra Wibawa.

Menunut Wibawa, latar belakang dan tanggung jawab bagi calon pengadopsi itu penting agar Cemplon tidak jatuh ke orang tua asuh sembarangan.”Jadi dipertimbangkan motivasi, kesiapan materi, jaminan kesehatan, hingga pendidikan. Semuanya harus jelas. Dengan begitu Cemplon akan memiliki masa depan yang terjamin,” katanya.




Sumber : Warkot
 
Back
Top