“yang dikatakan Lisa dan Wiliam ada benarnya, nanti kita bahas hal ini bersama yang lain, sekarang ikut aku ke ruang sebelah”
Toru menarik ku dan berjalan menuju ke ruang sebelah, aku bingung memangnya ada siapa lagi di ruangan sebelah? Keluargaku dan temanku semua sudah ada diruangan yang tadi. Aku jalan sambil terheran-heran dan memutar otak siapa lagi yang ada disana?
Setibanya di depan sebuah pintu berwarna biru tua, tangan Toru pun meraih pegangan pintu yang seperti bola ping-pong dan memutarnya. Perlahan pun pintu terbuka toru pun melangkah masuk dan kuikuti dari belakang, mataku berputar mengelilingi seisi ruangan dan berusaha melihat orang-orang terhalangi oleh tubuh Toru.
Belum jelas apa aku mengenali beberapa orang yang aku lihat tiba-tiba ada yang memanggilku “Ka Lia???” aku menoleh ke samping kananku mencari sumber suara yang tidak asing itu
“Mark?? Kau ada disini? Kenapa bisa?” belum aku sempat bernafas dia kembali bertanya padaku dengan ekspresi kebingungan yang sama denganku “ lho, kakak sendiri kenapa bisa ada disini juga?” ku menenangkan diriku sesaat untuk berbicara padanya “ aku ditolong oleh teman-temanku ini” ku alihkan pandanganku ke wajah Toru dan kembali menatap Mark “apa ada yang terluka?”
Mark dengan santai menunjukan beberapa luka memar yang ada di sikut dan kakinya “ tidak begitu banyak…tapi kak, kenapa teman-teman gamer kita bisa ada disini semua ya?” tambah lagi aku bingung dengan kata-katanya “maksudmu?” toru menunjuk arah depanku “coba lihat kedepan sana ada siapa? Pasti ada yang ka Lia kenal”
Ku melangkah maju beberapa langkah kedepan Toru ku mulai mencari-cari sosok yang aku mungkin kenal. Disana ada Relana yang sedang berkumpul dengan orang-orang yang tampak tidak asing untuk ku “ lho.. kalian… kenapa semuanya disini?” aku tambah kaget lagi, semua teman game ku yang tidak bisa kusebutkan namanya satu persatu ada didepan mataku, padahal tempat tinggal kami itu semua berbeda pulau. “Lia?” teman I heran keberadaan ku di depannya, lalu ku disambut oleh Relena “kau sudah dating Lia..” seperti biasa dia menyambutku dengan senyumannya.
Teman II langsung angkat bicara saat mengetahui aku ada disini “jadi ini hanya kebetulan? rasanya terlalu kebetulan kalau semuanya disni” aku mulai mengerti yang diucapkan olehnya, semua teman game ku berkumpul, mereka pasti merasa aneh, belum selesai ku berfikir ada yang mendekatiku “ adek?” ya tuhan… itu ka Ken kekasih di duniaku… lalu ka ken membelaiku dengan rasa khawatir “Aku tidak apa-apa kak” ucapanku dingin sekali kepadanya
“eheeem” tiba-tiba toru terbatuk dibelakangku, aku tau dia sengaja, situasi ini sangat tidak baik… toru pasti akan cemburu, aku harus fokus dan berbicara kembali “Maaf kak Ken, maaf semuanya… karena akulah kalian jadi ikut terlibat dalam musibah ini” aku menundukan wajahku karena aku merasa bersalah sekali “karena aku, kalian jadi ikut menanggung semuanya”
“kamu bicara apa si dek?” ka Ken heran “kita tidak menyalahkanmu ko, Relena sudah menceritakan cukup banyak pada kami disini” Relena yang mendengarkan hanya mengedipkan sebelah matanya padaku
“Berkat kejadian ni juga kita bisa bertemu kan? Nikmati saja hikmahnya” teman 3 dengan senyumnya dia melirik ke arahku, temanku ini memang wanita yang sangat perhatian dan baik hati. banyak yang berkomentar baik dan menganggap ini sebagai anugrah tersendiri karena bisa berkumpul seperti ini dalam kondisi normal sangatlah sulit, bisa bercanda dengan mereka seperti ini sangat membuatku senang, namun saat semua sedang bahagia, aku mendapati beberapa sosok orang yang tidak kusukai, tiga orang pria dengan perawakan yang berbeda satu sama lain
“kenapa mereka bisa ikut kesini Relena?” relena langsung menatapku dengan bingung “siapa yang kau maksud?” dengan geram aku berkata dengan sedikit berteriak agar semua yang ada diruangan itu mendengarkan yang akan kuucapkan “ beberapa orang yang tidak layak kalian selamatkan!!!” mataku terus menatap ketiga orang itu “mereka itu pantasnya mati ditangan orang-otang itu!!!”
Toru yang melihatku begitu marah langsug memegangi pundaku “tenaglah Lia” ku langsung menatap Toru dengan marah “aku tidak suka mereka ada disini bersama teman-temanku!!” Relana pun berdiri dan menatap mengelilingi ruangan mencari orang yang ku maksud “ siapa yang kau maksud lia?” aku langsung menunjuk ketiga pria yang berada di pojokan ruangan yang mungkin dirinya sudah sadar aku membicarakan diri mereka “ketiga orang itu tidak pantas hidup”
Amarahku sangat memuncak, entah karena termakan rasa dendam atau karena kerasukan setan “mereka itu Leo, Wisnu dan Mora” ku ambil nafas dalam-dalam dan melanjutkan kembali kata-kataku “kenapa mereka diselamatkan?” lalu temanku yang tahu nama ketiga orag itu langsung menyerang mereka dengan kata-kata kasar “ harusnya orang seperti mereka diberi pelajaran” kata salah satunya dengan tatapan mencemo’oh
“kita semua tidak sadar ternyata ada beberapa orang yang tidak punya hati disini” lanjut teman lainnya.“jahat sekali kalian kepada Tabi selama ini” mereka menyerang ketiga orang itu terus menerus, lalu Leo pun angkat bicara “itu sudah berlalu kenapa masih saja di ungkit-ungkit?” dengan santai Leo bicara seperti itu membuatku tambah marah, dia bilang masa lalu? Jadi dengan mudah bisa dilupakan? Apalagi dengan apa yang telah mereka lakukan terhadap karakterku didalam game permainanku? merampokku, membuangku, mempermainkanku.
Wisnu saat itu terlihat sangat pucat pasi, mungkin dia ketakutan takut dipukuli oleh teman-temanku disini “aku minta maaf padamu Lia, benar-benar minta maaf atas kejadian yang dulu, aku kan sudah katakan hal yang sebenarnya padamu” aku tidak akan pernah mau percaya lagi dengan kata-kata mereka, tidak satupun, hatiku sudah terlanjur sakit “aku sudah tidak mau mendengarkan apapun dari kalian..”
“ya sudah, daripada kita ribut seperti ini tidak ada akhirnya, bagaimana kalau kita hakimi saja mereka disini, biar Lia Puas..” salah satu temanku berkata lantang pada semuanya, aku berfikir setuju dengannya, agar mereka merasakan sakitnya hati yang kurasakan.
“Tunggu dulu….” Relena tiba-tiba menyela pembicaraan temanku dan berjalan ke tengah ruangan, dengan matanya yang tegas dia melanjutkan kata-katanya “Tidak ada yang boleh berbuat gaduh disini, masalah Lia dengan mereka cukup Lia saja yang selesaikan” semua menatap Relena dengan serius begitu pula denganku
“jika kalian juga turun tangan itu sama saja kalian pecundang seperti mereka” lanjut Relena. Aku yang masih keras kepala masih terus menentang Relena “Lalu kenapa mereka bisa disini?” relena hanya menatapku dan mulai mendekatiku perlahan “aku juga tidak tahu, mereka ini Putri yang selamatkan… jika kau mau tau jawabanya..” relena telah sampai di depanku hanya berjarak beberapa cm dan memandang mataku dalam-dalam “ kau bisa tanyakan sendiri hal ini kepadanya” dan relana pun kembali ketengah ruangan
“Putri ya” aku bertekad akan menanyakannya itu harus “tapi aku yakin di dalam dirimu sudah tau jawabannya Lia, kau hanya perlu menyadarinya” relena meyakinkanku, aku tak mengerti maksud dari kata-katanya itu, aku menyelamatkan mereka? Tidak akan pernah ku lakukan..
“ sudahlah de, itu kan sudah lama tidak perlu di ingat-ingat lagi, untuk menyelamatkan orang tidak harus lihat perbuatan mereka di masa lalu kan?” ka Ken menceramahiku, yah memang seperti itulah dia, selalu lurus kedepan tanpa negative thinking.
“Lia yang ku kenal memang tidak bisa dengan mudah melupakan perbuatan-perbuatan disekitarnya, baik itu baik ataupun buruk…” Toru saat itu menatap tajam mata ka Ken, ka Ken pun menatap kembali tatapan mata itu. “Oh tidak.. ini tidak baik” pikirku, Toru adalah kekasihku disini, dan ka Leo adalah kekasihku di duniaku.. Toru pasti cemburu saat ini, aku tidak mau mereka bertengkar.
“cukup, hanya akulah yang tau seperti apa diriku, baiklah….” Aku menarik nafasku dan melanjutkan kalimatku “aku akan anggap kalau aku tidak pernah mengenal mereka selama disini, kurasa itu lebih baik” kataku datar dengan wajah serius
“ya, itu lebih baik daripada kau hanya mengurusi hal-hal yang tidak begitu penting dan tidak ada untungnya untukmu..” Relana merasa tenang dan memandangku seolah dia berkata “kerja bagus” didalam hatinya, tibalah seorang pelayan memasuki ruangan untuk memberitahukan bahwa hidangan makan siang sudah siap dan kami di antarkan ke ruang makan.
Kami memasuki ruang yang sangat luas, bisa menampung sekitar 100 orang disini dengan beberapa meja oval yang tersusun berbaris dengan bangku yang tertata rapih. Makanan sudah tersedia di atasnya… berbagai jenis makanan ada disana, aku rasa semua jenis makanan di dunia pasti dibuatnya mulai dari ayam bakar sampai cumi bakar ada. Kami mengambil posisi kami masing-masing untuk memulai makan, lalu tiba-tiba ada yang masuk dan berteriak “Heiiii……..” itu Duo datang dengan melambaikan tangan, pria urakan dengan menggunakan pakaian yang seadanya walau terlihat rapih, dan rambutnya yang berwarna cokelat dating melambai menyeringai… itu khasnya sekali.
“kami telat ya?” dan itu Toma baru datang juga bersamaan dengan Duo “wah sudah siap semua…hai semua bagaimana kabar kalian?” dengan santai dia menyapa semua orang diruangan dengan gayanya yang ugal-ugalan, dan dipukul oleh ka Shin tepat dikepalanya “ aw…” rintih Duo “ kau ini, sopan sedikit kalau ada tamu” ka Shin pun mengacak-acak rambut Duo dengan nada meledek dan langsung duduk bergabung dengan yang lain.
“siang semua….” Nah itu meyling.. gadis yang sangat ceria dengan kepangan rambutnya yang membuat dia makin manis “ waaah.. makanan-makanan ini membuatku makin lapar saja..” tambahnya
“sebelum makan aku akan memberikan laporan dlu kepada smuanya” itu adalah Sora, gadis yang anggun sama dengan relena dan dia mendekati teman-teman DeepBlue “ wilayah utara, selatan, timur dan barat aman, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Tadi aku dan meyling bertemu yang lain dijalan jadi sekalian kesini bersama” jelasnya dan dia pun duduk disamping meyling.
“kenapa untuk melihat situasi saja harus kita yang turun tangan sendiri sih?” gerutu yasha pada semuanya, dia juga tipe pemberontak sama seperti Duo tapi tidak dengan penampilannya, dia cukup rapih “bukankah bisa memerintahkan para prajurit saja?” celotehnya kesal
Mendengar keluhan yasha seperti itu membuat d iriku dan yang lain tertawa pelan lalu ka shiho membalaskan perkataannya itu dengan santai “lalu kalau ada p asien yang sedang sakit keras dan harus di operasi, apakah harus para suster yang mengoperasinya?” ledek ka shiho
Yasha hanya bisa menggerutu karena ucapan ka Shiho itu, akhirnya semua sudah lengkap duduk di tempat mereka masing-masing dengan hidangan yang tersedia terlihat sangat nikmat untuk di habiskan. Lalu ka Wiliam membuka acara makan siang dengan beberapa kata sambutan, setelah beberapa lama menyantap makanan itu semuanya di persilahkan kembali ke kamar mereka untuk beristirahat kembali. Saat aku mengikuti keluargaku dari belakang Sakura memanggilku dan akupun berbalik mendekatinya
“ada apa?” tanyaku padanya “ikutlah dengan kami, ada banyak hal yang akan kita bicarakan Lia” jelas sakura padaku “baiklah ini tugas pertamaku di dunia ini kan? Harap maklum kalau nanti aku gugup hehe” ku menyeringai kepadanya
***
Bersambung~