~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER SPIN OFF CHALLENGE~ by:Shirotabi

Aku tahu kyuu lagi ngirim sesuatu hihihi, aku menidurkan bayi dulu yah,
Aku ingin membaca dengan bersungguh2 =w=d
Sabar yah kyuu, ^^
 
PALADIN & WINFRED BERTEMU?
BY : Shirotabi





Ari dan Ryo mendapat tugas untuk mengevakuasi penduduk di sebuah desa terpencil.
apa mungkin masih ada harapan mengevakuasi penduduk yang ada disana, mengingat desa kecil itu tidak ada pelindung yang terpasang, mereka pasti sudah terinveksi.hanya itu yang terus dipikirkan Ari

"Hei ar, melamun saja kerjamu, menyetir yang benar... aku tidak mau mati konyol karena ulahmu"

"kau tidak akan mati bodoh, nyawamu melebihi nyawa seekor kucing"

Ryo tertawa sangat kencang sampai membuat telinga Ari sakit "seenaknya saja kau menyamaiku dengan kucing, semanis itukah wajahku ini Ar?" mata Ari menyipit dengan tetap lurus kedepan, dan menghentikan laju mobilnya secara mendadak hingga membuat Ryo Tersungkur karena tidak menggunakan Sabuk pengaman

"heii... hentikan kebiasaanmu berhenti mendadak seperti itu Ar..!!" Ryo melihat tatapan Ari serius menghadap kedepan mereka, saat Ryo menoleh kearah yang dilihat Ari, pemandangan didepan mereka sangat mengagumkan

"wah-wah... kita disambut ya"

didepan mereka sudah ada gerombolan Zombie yang siap untuk menyerang, mereka berdua langsung siaga dengan senjata mereka dan melompat kedepan mobil untuk menghadapi para Zombie itu, zombie itu sangat banyak tak terhitung dan terlihat sangat bernapsu untuk memangsa mereka

"Darimana datangnya Zombie-Zombie ini? banyak sekali! cih, kau yakin masih ada penduduk yang bertahan di desa itu dengan segini banyaknya zombie berkeliaran Ar?"
"kalau tidak dilihat mana kita tau..."

dihunuskanlah pedang Ari kearah zombie-zombie menjijikan itu, satu persatu tumbang dengan kepala yang terbelah dua, leher tertebas hingga memisahkan antar badan dan kepalanya, darah hitam berceceran mengenai tubuh mereka

"Cih, bajuku kotor lagi!" Ryo menumpahi zombie-zombie itu sedemikian rupa "singkirkan mereka dengan segera, supaya kita bisa melanjutkan perjalanan menuju desa! seharusnya desa itu tidak jauh dari sini..." jelas Ari dengan tegas pada Ryo

"Bicara mudah saja, kau tidak lihat tuh? mereka tidak ada habisnya!"

Ryo dan Ari saling menempelkan punggung mereka dan menghadap berlawanan untuk menjaga posisi belakang mereka agar tidak dapat diserang dari arah yang tidak terjangkau oleh mata. Ari mengambil sebuah geranat yang tergantung di ikat pinggangnya dan melemparkannya ke zombie-zombie didepan mereka.

"BOOOM..!!!"
sebagian dari zombie itu hancur berkeping-keping namun zombie lain terus berdatangan tidak ada habisnya

"percuma Ar..!! kau hanya akan menghabis kan persedian bahan peledak kita!"

"Lalu kau punya ide cemerlang lain untuk mengenyahkan mereka, orang bijak?"

"kenapa tidak kita tabrak saja mereka sih?" keluh Ryo sejadinya pada Ari "kau tidak lihat didepan jalan itu? mobil pun kalau kita paksakan jalan percuma, mereka akan menghadang kita dan mobil kita tidak akan bisa bergerak maju karena jumlah yang terlalu padat!"

lagi-lagi Ryo menyumpah serapahkan keadaan yang mereka alami, karena mereka tidak tau akan ada banyak Zombie yang berkeliaran di sekitar wilayah itu sehingga mereka tidak terlalu siap menghadapi keadaan itu. sedangkan mereka berposisi di daerah terbuka tanpa ada pohon untuk memanjat menghindar ataupun rumah penduduk untuk berlindung memikirkan strategi. satu geranat lagi dilemparkan oleh Ari kearah depan mereka dan dengan sigap Ari melompat kedalam mobil di dan mengisyaratkan Ryo uktuk masuk.

di injaknya Gas sedalam-dalamnya hingga bunyi berderit dari ban mobil yang bergesekan dengan Aspal dibawahnya, segeralah mobil mereka melaju dengan cepat menabrak para zombie yang ada didepannya, namun seperti yang Ari perkirakan mobil mereka hanya mampu bergerak hanya 10 meter dari tempat sebelumnya, Zombie-zombie itu terlalu padat dan menahan mereka.

"sudah kuduga ini akan terjadi kan?" jelas Ari santai

"Lalu kau punya ide lain?" Ryo mencibir pada Ari

belum sempat Ryo menutup mulutnya yang menganga, terlihat di depan mereka Undead berbadan besar setinggi dua meter, giginya yang tajam seperti serigala menyeringai dengan mengeluarkan lendir, undead itu membawa sebuah Kapak besar siap menyerang mereka

"Kau akan melakukan apa dengan makhluk menjijikan itu Ar?" Ryo tidak berkedip menyaksikan monster didepannya itu

"Kalaukau mau, aku akan memasaknya untuk makan malam mu nanti" Ari mengambil Granat lagi yanga da di ikat pinggangnya, Ryo menahan Ari sebelum Ari berhasil menarik pelatuknya

"Kau gila mau melemparkan granat ke Undead itu?? kita juga bisa kena Ledakannya bodoh!"

"memangnya kau ada cara lain?" Ari melirik Ryo dengan tetap mengarahkan Granat kedepan Undead itu, tapi sepertinya sang Undead tidak bisa berdiam diri lebih lama di ayunkanlah Kapak besar itu ke arah mereka dan mengenai Kaca depan mobil hingga Pecah berkeping-keping

para zombie pun mulai menyerang mereka lagi, Ari dan Ryo mulai kewalahan menghadapi mereka "ini menjengkelkan cih" semua zombie yang ada di dekat mereka ditebas sedemikian rupa, Ari sedikit kewalahan karena menghadapi si Undead besar juga, Ari melihat ada zombie yang siap menerkam Ryo dari arah belakangnya namun Ari tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya pun sedang dihadang oleh si besar "Ryo!! belakangmu!!"

tubuh Zombie yang akan menyerang Ryo hancur berkeping-keping tepat saat Ryo membalikan wajahnya "Huaaaaa!!! hoeeek!!!" Ryo terbatuk-batuk karena darah zombie itu mengenai semua wajahnya "Wahahahahaha kau cocok jadi Zombie Ryo!"

"fiuh.. nyaris saja ya"
Ryo dan Ari memutar kepala mereka kearah belakang mobil yang tidak di kerubuti oleh para Zombie, telah berdiri 4 orang asing yang tidak mereka kenal 3 Pria dan 1 wanita. namun sepertinya para zombie sudah tertarik dengan keberadaan mereka sehingga sebagian menghampiri mereka.

"Hei kalian jangan lengah!" Teriak Ryo pada mereka berempat

"Lia! Minta air lagi!" Teriak si rambut coklat pada gadis itu "makanya sudah kubilang bawa airmu sendiri.. kau jadi merepotkanku saja sih Duo!" dilemparkanlah sebuah Tabung oleh wanita itu

Ryo dan Ari terus menghajar para Zombie dengan cepat, dan Tiba-tiba si Rambut hitam melesat kesamping Ari mengeluarkan Pedangnya, melompat setinggi-tingginya menusukkan pedang itu kearah Undead bertubuh besar ketika pedangnya menembus otak sang Undead, sekilas wajah orang itu seperti menghentakkan pedangnya dan seketika kepala Undeadh itu hancur berkeping-keping. entah bagaimana caranya.

Ari langsung menghajar kembali para zombie itu, dan tanpa diduga keempat orang tadi pun ikut membantu, tapi Ari sangat terkejut dengan senjata yang dipakai si rambut Coklat yang dipanggil Duo oleh gadis yang dipanggil Lia itu, dia menggunakan air untuk mengalahkan para Zombie, gerakannya sangat ringan seperti Mikia, entah apa yang dilakukannya hingga bisa menghajar para zombie itu hanya dengan Air saja, Ari tetapp fokus dengan para zombie karena dia tau itu bukan hal penting untuk diperhatikan saat ini, yang terpenting adalah memberikan jalan agar mereka bisa melanjutkan perjalanan.

"Wohoooo..!! kau hebat Ladies..!!" Ryo terkesan dengan gerakan Lia menghabisi para zombie dengan kedua pedangnya.sang gadis hanya tersenyum samar

Ari langsung lompat menaiki Mobil kembali dan berteriak "Ini sudah cukup, kita pasti bisa melewatinya! semuanya Naik!" tanpa menunggu lama Ryo dan keempat orang itu naik ke atas mobil, kembali di injak gasnya sedalam mungkin hingga mobilun melaju dengan cepat sehingga menabrak semua Zombie yang ada didepannya, ada satu ekor zombie yang berhasil merayap naik dengan sigap si Pria Pirang agak mendekat ke depan dan menghentakan tangannya kearah zombie tersebut, padahal jarak tangannya masih satu meter dari zombie itu, tapi tadi makhluk itu terpental begitu saja.

"Lia, pasang Pelindung didepan Mobil!" teriak si Pirang pada wanita itu "Baik!" wanita itu melakukan sesuatu yang tidak dimengerti Ryo dan Ari, wanita itu hanya meletakkan tangannya kearah depan dan terus berkonsentrasi, namun perlahan-lahan zombie itu seperti tersingkirkan dari depan mobil dengan paksa

"Sekarang injak gasnya yang kuat, kita bisa melewatinya" jelas si Rambut Hitam

tanpa pikir panjang melesatlah mobil itu meninggalkan kerumunan para zombie dan menuju Desa tujuan semula.

"siapa kalian?" Tanya Ari pada keempat orang itu

"Ya ampun.. bukannya berterima kasih dulu karena sudah membantu malah ditanya seperti kami ini seorang perampok.." celetuk si Rambut Cokelat pad Ari

"Biar aku yang wakilkan temanku berterimakasih pada kalian dengan mentraktir kalian minum.. bagaimana Ladies?" Ryo melirik menggoda sang gadis berambut hitam itu "boleh saja kakak..." si wanita tersenyum lebar terlihat 2 buah gigi bawahnya yang mencuat seperti taring

"wah kau itu keturunan Undead ya???" Ryo menggoda

"ha? apa itu Undead?" Wanita itu bingung

"loh.... itu yang barusan kita lawan... kalian itu kenapa???"

"ha... mencurigakan bukan Ryo?..." Ari hanya melirik pada mereka "Siapa kalian ini, senjata yang kalian gunakan bukanlah dari pasukan Kami, dan seragam kalianpun sangat asing"

Ryo dan Ari memperhatikan seksama keempat orang itu, mereka menggunakan baju seragam berwarna merah tua dengan hiasan di pundak kanan kiri seperti sebuah baja tipis namun kuat, celana yang ketat hitam dengan pelindung yang sama di bagian ututnya, dan menggunakan Topi bahan merah dengan berlambangkan sayap berwarna biru

masih BERSAMBUNG

segini dlu >.< yang di postnya, nanti aku lanjutkan huaaaah.... pasti aneh ceritanya pasti aneeeh >.<

maap daina, aku akan pakai nama ka ari dan ryo ga pake nama asli.. terlalu susah *ngakak
 
Last edited:
Sambungan =w="


"tenang saja kak.. kami tidak berniat buruk kok.. namaku Lia, yang rambut Coklat itu Duo, yang berambut Hitam itu Hero, dan yang pirang ini Toru.. kami tadi hanya kebetulan lewat dan melihat kalian bersama monster-monster menjijikan itu... makhluk apa sih itu sebenarnya?"

"Namaku Ryo, dan ini adalah Kaptenku Ari. maafkan dia yang kasar itu, memang sudah bawaan dari lahir dingin seperti monster" Ryo memukul pundak Sahabatnya itu dengan bangga

"hihihih.... dia mirip seseorang yang ada disini" Lia menahan tawanya di belakang Tubuh Toru si pirang sekilas Ari melirik kebelakang melihat wanita itu

"ada keperluan apa kalian disini? apa kalian tidak tau disini sangat berbahaya?" pandangan Ari terus kedepan sambil berkata dingin

"kami juga tidak tau disini banyak monster seperti itu, dan sepertinya keadaan di sini tidak begitu baik dilihat" jelas Toru

Ryo sedikit heran dengan perkataan Toru barusan, mereka tidak tau kalau disana bantak Undead berkeliaran?

"aneh sekali, memang negara bagian mana yang tidak ada Undeadnya sampai-sampai kalian tidak tau kalau diluar sini banyak monster-monster seperti itu??" Ryo terus menggaruk-garuk kepalanya tidak mengerti

"darimana kami berasal itu tidak terlalu penting bukan? yang terpenting adalah misi kalian berdua" Potong Hero pada Ryo yang sedang berbicara

"he? kenapa kau bisa tau kami dalam sebuah misi kesini?" Ryo tercengang mendengar pernyataan Hero dan saling menatap dengan Ari

"kau itu memang bodoh atau pura-pura bodoh sih Ryo, Tadi kan Ari bilang kalau Pakaian kami tidak sama dengan pakaian Pasukan kalian, itu tandanya kalian dari sebuah organisasi, ditambah kalian ada ditempat seperti ini berdua saja, pasti kalian sedang dalam misi" Duo dengan santai melipat kedua tangan dibelakang kepalanya sambil menatap langit menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya

"kami akan membantu kalian kok..!" Lia dengan ceplas-ceplos dan wajah polosnya memutuskan begitu saja akan bergabung "hei-hei, walaupun tadi kalian sudah membantu kami, bukan berarti kalian aku izinkan ikut bergabung dengan kami, kalian tidak ada hubungannya dengan misi ini, jadi lebih baik kalian pulanglah ketempat dimana kalian tidak pernah melihat monster-monster itu." ketus Ari tanpa memalingkan wajahnya dari jalan

"waah.. kawanku baik sekali yaa... memikirkan bahayanya orang asing ikut dalam misi ini.. kau khawatir pada mereka kan Ar...??" Ryo terus memukul-mukul pundah Ari dengan gaya meledeknya "diam kau, aku jadi tidak konsen menyetir"

"sudahlah... lebih banyak yang membantu jadi lebih mudah kan? izinkan saja mereka ikut.. kalau merepotkan tinggal jadikan umpan untuk para Undead itu khukhukhu"

***

setelah berjalan sekitar 20 menit, mereka tiba di perbatasan desa tersebut, disana sudah nampak sangat sepi tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, begitu juga Undead.

"periksa semua tempat, kumpulkan yang bisa diselamatkan" perintah Ari pada Ryo "Baiik..." Ryo mengiya kan dengan malas-malasan

semua berpencar dengan berpasangan karena menghindari kontak fisik langsung hanya sendirian dengan Undead

"mencari warga desa yang selamat ya? dari makhluk mengerikan macam tadi?? hiii... apa masih bisa selamat?" Lia berjalan mencari sambil bergumam sendiri

"ini perbuatan mulia kan?, padahal kemungkinan mereka selamat kecil, tapi kedua orang itu tetap menjalankan misi ini tanpa hilang harapan" Toru menoleh kebelakang tempat Ari berada

Lia dan Toru berjaalan menjauh mencari di tiap rumah yang dilewatinya karena mungkin ada yang bisa di selamatkan "apa yang terjadi pada warga sini ya? apa mereka dimakan monster itu?" Lia tampak watir

"sepertinya begitu, kalau melihat reaksi para monster dan zombie tadi sepertinya menyerang manusia untuk dimakan, tapi ada yang aneh...." Toru mengurut dagu "ha? apa?"

"kau tidak menyadarinya? zombie-zombie tadi kan berwujud manusia... kecuali yang besar itu"

"ssst.. diam!" Lia tiba-tiba berhenti melangkah dan meletakan kedua tangannya di telinga, seolah sedang mendengarkan sesuatu, tidak lama raut wajah lia tampak menemukan sesuatu "sebelah sini Toru!" Lia berlari menuju tikungan sebelah kanan yang ada di depan, Toru pun mengikutinya dari belakang, tidak jauh dari sana mereka berhenti di sebuah rumah yang hampir roboh seluruhnya.

"dibawah sini?" Toru berjongkok dan mulai menyingkirkan puing-puing rumah yang berserakan di tanah, Lia ikut membantu pada akhirnya dan dari celah yang terbuka terlihat dibawah sana seorang ibu dengan dua orang anaknya laki-laki dan perempuan seumuran 12 tahun "Kalian baik-baik saja!!!???" teriak Lia pada mereka

sepertinya mereka masuk kedalam lubang, mungkin itu adalah sumur tua yang sudah mengering, mereka sangat beruntung bisa bersembunyi didalam sana karena tertutup oleh puing-puing rumah mereka, Toru menarik mereka keluar satu persatu

"aku akan memberitahu yang lain kalau kita menemukan beberapa orang" Lia memberitahukan Hero dan Duo yang berada di arah sebaliknya dari mereka, orang-orang ini melakukan komunikasi dengan temannya dengan Telepati.

"aku juga menemukan beberapa orang, dan sudah ada di tempat Ari sekarang" kata Duo yang berada di tempat Ari tidak jauh duduk dari mobil Ari dan disana sudah ada beberapa orang pria dan 2 wanita dewasa "bicara pada siapa kau?" tanya Ryo penasaran dengan Duo yang berbicara sendiri

"ooh.. itu Lia dan Toru, mereka menemukan beberapa orang lagi katanya." dengan cengengesan Duo menjelaskannya pada Ryo "ha? bagaimana bisa? kalian tidak menggunakan alat komunikasi..."

"kami tidak perlu itu... kami menggunakan otak kami untuk berkomunikasi hohoho..." dengan bangganya Duo memamerkan kelebihannya itu, Ari hanya diam mendengarkan dari jauh, Ari mendekati orang-orang desa itu dan memeriksa seluruh tubuh mereka

"sedang apa dia?" tanya Hero heran "memeriksa kesehatan mereka, memastikan apakah terinveksi atau tidak"

Lia dan Toru pun datang bersama tiga orang itu, lalu segera di periksa oleh Ari, sang ibu segera dibuka sedikit bagian baju kerah belakangnya karena ada sobekan berdarah disana "hei, apa yang ka Ari lakukan itu? menggrayangi wanita seperti itu!" Lia siap-siap mau mendekatinya dan ditahan oleh Hero "dia sedang memeriksa mereka.."

"memeriksa...? dari apa?"

sebelum pertanyaan Lia terjawab Ari sudah angkat bicara "Semua bersih, tidak ada tang terinveksi, tadi Ryo sudah menghubungi markas agar mengirimkan Helikopter menjemput kita, dan untuk kalian berempat" ka Ari melihat kearah Lia, Toru, Duo dan Hero dengan tatapan tajam "jangan pernah biarkan Para Undead itu melukai tubuh kalian sedikitpun, kalau tidak, kalian akan bergabung bersama mereka"

"sepertinya ini wabah yang menular ya?" tanya Hero singkat "iya.... sedikit saja mereka membuat goresan pada tubuh kita, racun mereka akan menyebar kedalam darah kita dan hanya dalam hitungan hari kalian akan menjadi seperti mereka, karena itu kalian harus berhati-hati"

Ari mengangkat pedang dan mengayun-ayunkannya "sebenarnya aku tidak mengerti, kenapa kalian tidak tau soal Undead...? sedangkan diseluruh dunia di plosok negeri manusia terancam keberadaannya"

Lia dan Toru mendengarkannya langsung bergidik merasakan kengerian "ja, jadi benar zombie-zombie yang tadi itu awalnya manusia?" tanya Lia gugup

"Putri Sial... kenapa dia malah membawa kita ketempat menyeramkan seperti ini!" tangannya mengepal dengan kuat "untuk apa takut, kita disini pasti bisa bertahan, bukankah ini juga sebagai latihan untuk kita? karena lawan kita nanti juga pasti akan menyusahkan sama seperti ini" jelas Hero dengan gayanya yg Cool tidak kalah dengan Ari

"tapi Hero... kau dengar kata Ka ari kan? segores saja pada tubuh kita, pasti kita akan jadi seperti mereka!"

"kalian memiliki penawarnya bukan?" mata Hero menatap Tajam pada Ari

"tidak ada" Ari sangat tenang sekali mengatakannya seakan-akan hal itu sudah biasa adanya

"apaa..!!?" bagaimana nasib mereka yag sudah terinveksi? masa tidak bisa berbuat apa-apa?" Lia menggebu-gebu karena tidak percaya atas kenyataan bahwa virus itu tidak ada obatnya

"kalau sudah ada, Ari pasti sudah bisa membawa kembali Tasuku Adiknya" Ryo menyela pembicaraan mereka

"kalau begitu, kemana kau akan membawa orang-orang ini?" tanya Duo "kita akan membawa mereka ke kota terdekat yang aman dan sudah terlindung, dimana para Undead itu tidak bisa masuk"

Tiba-tiba Lia memutar kepalanya kekiri dan kekanan, seperti sedang mengintai sekiatar "All.. kita kedatangan tamu yang tidak jauh dari sini, jumlahnya sangat banyak" Lia memberi peringatan itu dengan keringat dingin yang bercucuran

"Undead?" tanya Ryo yang entah kenapa bisa percaya begitu saja dengan perkataan Lia, dalam hati Ari sangat kagum dengan Lia, karena dirinya saja belum merasakan adanya para Undead disekitar sini "berapa jauh jarak mereka!" teriak Ari

"sekitar 50 meter dari desa ini!, mereka sepertinya tau kita disini, atau memang karena mereka pernah kesini?" tanya Lia gugup

"mereka mencium baru Darah dari tubuh kita itu sudah cukup" Kata Ari bersiap dengan pedangnya

"kalau gitu kita juga harus bersiap, aku juga mendegar Kepakan sayap!" kata Lia tenang, Ari terkejut mendengarnya "Chimera!?" matanya menatap Lia ragu

"aku tidak tau apa itu, yang jelas kepakan sayapnya ada sekitar tiga ekor"

"sial.. sampai ada Chimera juga, harus serius nih Ar!" nada bicra Ryo seakan-akan meledek Ari "kita tidak bisa bertarung kalau harus melindungi orang! kita hanya harus bertahan sampai Helikopter datang." jelas Ari

"kalau begitu kami urus Chimeranya saja, kau dan Ryo melindungi orang-orang itu" hero lancang berbicara pada Ari seperti itu "kau mau mati hah? kau tidak tau makhluk apa yang akan kau hadapi anak kecil!" nada Ari kesal pada Hero

"misi mu adalah Mengevakuasi para warga bukan?" ari terdiam tak berkata "misi kami disini adalah melawan makhluk itu" mata Hero sangat tajam memandang Ari tanda keyakinan akan perkataannya "kalau begitu, jangan mati sia-sia, biarkan warga ini diselamatkan dlu" senyum Hero merekah dari bibirnya "kami tidak akan mudah mati Kapten"

"huhuuuy!!! seraaang...!!!" teriak Ryo semangat


Masih bersambung lagi wakakakakakkaka
 
Last edited:
ada kabar baiknya...!! aku dah dapetin konsep cerita kita bertigaaa tapii.... kenapa jadinya kesannya yang waras di cerita itu hanya Kyuu aja >w< ga adil dah
 
Keren Tia! Muahahahhahaa!


@Kyuu
Kita bertiga jadi zombie(?)

Oh NOOOOOOOOO~!!!!
Tapi kalau jadi Zombie cantik, Kyu mau.. #plakk

ada kabar baiknya...!! aku dah dapetin konsep cerita kita bertigaaa tapii.... kenapa jadinya kesannya yang waras di cerita itu hanya Kyuu aja >w< ga adil dah

Pitnah itu lebih kejam dari pitness nee..
Kyu tunggu ceritanya, punya kyu belum selesai.
*Inner: bener-bener menistai diri sendiri di cerita sendiri*
 
Bagian Akhiiir..!!!


" ini tidak adil tau!" Lia merajuk "apa yang tidak adil?" Toru heran dengan perkataan Lia "tidak adil bertarung seperti ini, Tidak boleh terkena goresan sedikitpun??!! yang benar saja...!! selama ini kita apa pernah bertarung tanpa luka goresan sama sekali? ya ampun.. ini tidak imbang tauu...!"

"karena itu kami membutuhkanmu digaris belakang" jelas Hero tenang sambil memegang Pedangnya "kau harus membuat tabir pelindung untuk kami selagi kami melawan mereka"

"aku dapat peran pendamping lagi kali ini? kenapa aku tidak diberi kesempatan untuk melawan sih oleh kalian? jangan bilang karena aku perempuan ya!?" Lia sebal

"Salah satunya mungkin Hero menganggap begitu, tapi menurutku ada benarnya juga kau di garis belakang, kau paling ahli dalam membuat pelindung bagi Kami Lia, ini tugas berat untukmu.. karena nasib kami ada di tanganmu" Duo nyengir lebar

"Strategi yang bagus" jawab Ari dari kejauhan yang ternyata mendengarkan perbincangan mereka "kalian harus waspada pada Chimera, mereka saat terbang sangat gesit gerakannya, berhati-hatilah pada ekornya"

"kalian harus tau titik lemah Chimera agar mudah menghabisinya" lanjut Ryo menyela Ari

"titik kelemahan Chimera adalah bagian-bagian tubuh yang terbuat dari tubuh manusia, karena bagian itu adalah bagian yang paling cepat membusuk dan rapuh, kalian fokuskan merobek perutnya atau membelahnya menjadi dua bagian.... atau menghancurkan kepala mereka seperti yang Hero lakukan sebelumnya"

"Lawan di udara sangat cocok dilawan di udara bukan?" Duo nyengir lebar

"kalian akan kesulitan bila mereka terbang, kalian harus berusaha menggapai mereka dan menaiki tubuhnya untuk menyerang dari belakang" jelas Ryo

"kami ahli dalam hal itu.. tenang saja" Duo memukul dadanya sendiri

"jangan meremehkan musuh Duo, seperti yang Lia bilang kan? ini tidak imbang, ingat jangan sampai terluka karena mereka, posisi Lia juga sulit, mana mungkin melindungi kita bertiga bersamaan?" Toru merasa Lia akan kesulitan untuk melindungi mereka bertiga

"aku akan coba Toru, semoga saja aku tidak teledor dan membuat kalian jadi mahluk menjijikan itu... kalau itu terjadi aku tidak akan mengajak kalian pulang" rengek Lia

"penghianat kau Lia" cemooh Duo

saat mereka sedang berdiskusi tiba-tiba dilangit datang para Chimera itu, ketiganya berputar-putar dilangit seperti sedang memantau keadaan "be,bentuknya aneh sekali!" celetuk Lia "Chimera itu perpaduan dari hewan dan manusia, karena itu terlihat mengerikan" jelas Ryo

"mereka datang lebih dulu dibanding dengan zombie, aku bisa bergabung dengan kalian menghadapinya" pinta Ari pada yang lain "Tidak" tolak Hero segera dengan lantang

"itu buruan kami... kami yang akan melakukannya" Hero memegang Pedangnya kuat-kuat lalu menghentakkan kakinya ke tanah mendorong tubuhnya ke atas dan melesatlah dia disusul dengan Duo dan Toru ke udara menuju tempat para Chimera tersebut, Ari dan Ryo yang melihat hanya bengong dibuatnya

"Ar.. apa kau lihat apa yang kulihat? me mereka... melesat keatas..?" Ryo sangat kaget dengan apa yang dilihatnya sedangkan Ari masih sja menatap ke atas menyaksikan apa yang akan terjadi di atas sana karena para zombie pun blm sampai ketempat ini

"aduuh.. mereka terlalu bersemangat!! ka Ari, jika kami kesulitan aku mohon bantuannya ya" Lia agak menunduk pada Ari tidak lama Lia merentangkan tangannya samar-samar mulai muncul sebuah pedang kembar berwarna Biru dari lengan kanan dan kirinya "Yosh!" Lia lalu ikut melesat ke atas dengan hentakan kakinya "jika kalian kualahan, hindari serangan satu lawan satu!" Ari berteriak pada Lia yang melesat

"mereka itu berasal dari mana sih? membuatku heran saja" Ryo bertanya pada dirinya sendiri

"sekarang kita harus fokus pada para para warga, Ryo, bantu aku memasang Ranjau di sekitar sini, agar mengurangi jumlah mereka bila melintasi daerah ini"

Ryo dan Ari mengambil Ranjau-ranjau yang sudah ada di mobil dan mulai meletakkannya di tanah satu demi satu ditempat yang akan dilalui para zombie.

diposisi Lia dan yang lain, Duo, Hero dan Toru sudah berada di depan para Chimera tersebut "Lia, sudah siap melindungi kami?" teriak Hero padanya "baik, aku mulai sekarang!"

Lia menutup matanya sebentar dan menyilangkan Pedangnya kedepan ke arah mereka bertiga, dimata Lia terlihatlah tubuh ketiga temannya itu seperti dikelilingi aura Biru yang akan melindunginya

"Sudah siap! jangan sampai mati Guys!" pintanya cemas "jangan remehkan kami.. kau fokus saja pada Tameng yang kau buat ini" ucapan Duo membuat Lia semakin Fokus pada tugasnya

mereka kini melawan masing-masing satu Chimera yanga da disana, pertarungan dimulai dengan teriakkan marah sang Undead dan mulai menyerang mereka, tiap serangan di tangkis oleh mereka dengan senjatanya. Gerakan ekor Chimera itu sangatlah cepat mengibas menyerang mereka, Toru sempat Lengah tidak melihat gerakan ekornya dan dia terlempar kebawah terkena Sabetan Ekor chimera tersebut

Ari yang melihat refleks menangkap Toru yang melesat kebawah hingga sama-sama tersungkur "Toruuu..!!!" teriak Lia dai Atas sana

"Aku Tidak apa-apa!! tetap Fokus Lia!!" Toru mencoba berdiri dibantu Ari. Toru merintih kesakitan, tangannya berdarah "oh tidak!" toru tidak percaya "jangan khawatir, itu bukan karena Chimera itu, lukamu karena tergores saat jatuh bersamaku" Terlihat Wajah Toru yang lega, dan dia mulai melesat kembali ke atas dan melayang di udara, menyerang dengan indah kearah chimera seperti para Peri yang sedang menasi di udara.

"sepertinya mereka kesulitan Ar" Ryo berdiri di sampingnya

"mereka tidak akan menyerah... karena Chimera itu adalah Buruan mereka" katanya dengan terus menatap keatas

"pemburu mau diburu.. lucu sekali" Ryo tertawa melihat Ari

tidak lama muncul gerombolan Undead lain menuju kearah Ari dan Ryo, para zombie yang dikatakan oleh Lia sudah tiba ditempat itu juga ada dua ekor si badan besar seperti sebelumnya "Cih, akukira hanya onggokan mayat hidup saja yang datang, ternyata ada biangnya" cemooh Ryo sebal

saat para Zombie itu melangkah melewati Ranjau yang dipasang, ranjau-ranjau itu pun meledak menghancurkan sebagian zombie menajdi potongan-potongan daging busuk. sisanya terus maju Ari dan Ryo bersiap dan melesat maju menyerang mereka yang tersisa, namun pasti akan kelelahan jika dilihat dari banyak jumlahnya, Lia melihat kebawah dan merasa ingin membantu Ari dan Ryo tapi Tertahan karena Dia masih harus melindungi Teman-temannya

Saat itu juga dia melihat Ryo dan Ari dengan anggunnya bertarung melawan para monster saling membantu, melengkapi. gaya bertarung yang hebat seakan-akan para zombie itu hanyalah boneka untuk latihan perang. gerakan mereka berdua sangat gesit melebihi para Zombie-zombie itu membuat Lia sedikit Lega dan kembali Fokus pada teman-temannya

Lia melihat Toru sedikit terdesak karena cidera di tangannya membuat gerakannya lambat, sedangkan Hero dia sudah menciderai Chimera itu cukup parah dan sepertinya mereka bisa menghindari serangan Chimera itu tanpa cidera tanpa pikir panjang Lia melesat mengarahkan pedangnya kearah Perut Chimera yang dihadapi oleh Hero, dengan gerakan huruf X sekali tebas berceceranlah isi perut makhluk itu kebawah dan jaruh bersama tubuhnya menimpa zombie-zombie dibawahnya tidak jauh dari Ari

"1 tumbang kan? sekarang bantu yang lain!" teriak Lia semangat dan putus asa menuju kearah Toru "kau terpojok Toru?" Lia bergerak sangat cepat mengitari tubuh Chimera mengalihkan perhatiannya "Lia! berbahaya!"

"aku bukan anak kecil yang tidak tau cara bertarung bodoh!" Lia berteriak dan terlihat sebuah sayap Biru keemasan keluar perlahan-lahan dari Punggungnya, Lia merentangkan sayapnya tepat didepan Chimera itu yang siap menyerangnya "Rasakan ini!!!" melesatlah Pecahan-pecahan Kristal Biru yang keluar dari sayap Lia kearah Chimera dan melukai serta merobek sayap dari chimera, saat chimera itu kehilangan keseimbangan Toru menusukkan Pedang ke kepala Chimera dan dihancurkan berkeping-keping seperti cara yang Hero pernah lakukan sebelumnya.

sisa satu ekor yang dihadapi oleh Hero dan Duo dan pastinay sebentar lagi akan berakhir, Lia dan Toru melihat kebawah dan melesat Turun membantu Ari dan Ryo, disana sudah banyak sekali Bangkai para zombie dan menyebarkan bau yang sangat menyengat

Ari dan Ryo sangat terkejut melihat Wujud Lia dengan sayap yang tumbuh di punggungnya, Lia dan Toru mendekati mereka untuk membantu "WoW..." Ryo melotot melihat Lia sambil memenggal Kepala zombie dengan santainya

"jangan melihatku seperti melihat wanita bughil donk" ejek Lia pada Ryo "wah kata-katamu berani juga hahahah"

Undead yang besar menyerang Ari, saat kapaknya terayun Ari sudah melesat kearah belakangnya memotong tangan undead itu serta memenggal kepalanya "Waaaaw.... kereeen...." teriak Lia terpesona pad Ari

"kau jangan nonton saja.. bantu mereka Lia" Toru mengingatkan Lia sambil ikut menyerang "maaf lupa" Lia mulai menyerangnya dengan pedang Birunya yang di tebaskan kearah mereka

Helikopter pun datang, ari yang melihatnya langsung memerintahkan untuk fokus mengevakuasi, tangga darurat telah diturunkan agar para penduduk bisa memanjatnya namun sepertinya Chimera yang bertarung dengan Hero dan Duo mengetahuinya sehingga Chimera itu menuju Helikopter "Bahaya lindungi Helikopter !!" teriak Hero

mereka ikut melesat mendekati Chimera tapi tiba-tiba "BooM!!" Chimera itu hancur dan terlihat sosok Mikia dari dalam Helikopter sambil memegang basokanya "nyaris saja ya" Mikia memberikan jempolnya pada Hero dan Duo "heeei.. itu mangsa kami...!" Duo kesal "siapa cepat dia dapat kawan!" Mikia sepertinya mulai menyadari keanehan pada kedua orang yang ada dekat dari helikopternya "huaaaa! ka kaliaan!"

"Mikia!! cepat bantu mereka naiik!" Ryo berteriak menyadarkan Mikia akan tugasnya, karena Mikia kaget melihat ada orang yang bisa melayang di udara seperti itu

satu persatu sudah masuk kedalam helikopter tinggalah Ryo, Ari juga Lia dkk "Ari..Ryoo...ayo giliran kalian!" Teriak Mikia sambil Mengarahkan Bumerangnya kearah Zombie yang mendekati Ari "Tugas selesai Ka Ari! sudah bisa kembali kemarkas sekarang" Lia senyum disamping Ari sambil menghajar Zombie didekatnya

"lebih baik kalian juga naik helikopter" Perintah Ari

"Kami tidak perlu" Hero menyela Pembicaraan lalu dengan hentakan, dia memutar tubuhnya dan berjongkok disaat yang sama terhempaslah para zombie itu beberapa meter jauhnya dari mereka "cepat naik Kapten Ari" seru Hero padanya

Ryo dan Ari akhirnya naik kedalam Helikopter dan mulai meninggalkan daratan yang penuh dengan mayat hidup itu, Lia, Toru, Duo dan Hero mengikuti hellikopter dengan Terbang di sampingnya

"Ari... mereka itu..." Mikia Gugup sendiri melihat Lia dkk "jangan tanya padaku" Bantahnya pelan Ari dan Ryo melihat kearah Lia dkk yang sedang asik terbang meliuk-liuk dengan wajah mereka yang seperti menikmati. mereka terpana melihat Sosok Lia yang melayang dengan sayap Birunya seperti Malaikat peperangan yang datang dari negri dongeng "Lia seperti bidadari ya hihihihi..." Ryo tertawa melihat Ari menatap Lia terus


sampailah mereka di dangkalan udara pasukan Paladin dan helikopter pun sudah mendarat dengan mulus, saat Ari turun dari helikopter Lia dan yang lainnya datang menghampiri "Ka Ari.. kami mau pamit" Ryo dan Mikia ikut menoleh pada mereka karena mendengar perkataan Lia "mau kemana? kalian baru saja sampai" tanya Ryo

"misi kami disini sudah selesai sama seperti kalian, jadi kami harus kembali juga ke markas" Lia menceritakannya sambil tersenyum lebar

"ia kami harus kembali, tugas kami sudah selesai disini" sambing Toru "dimana markas kalian? biar kami antar kembali kesana sebagai tanda terimakasih sudah membantukami hari ini" mata Ari terus menatap Lia

"kau tidak akan bisa mengantar kami.. lagipula banyak yang harus kau lakukan Kapten" ledek Duo sedangkan Hero hanya diam saja membatu sambil melihat jam yang ada di tangannya

"senang bertemu kalian disini, kalian tidak akan kami lupakan kak" Lia menjabat tangan Ka Ari dan disambut olehnya "jangan putus asa atas apa yang terjadi di dunia ini, yakinlah bahwa apapun dan seburuk apapun keadaannya pasti akan ada keajaiban ka, keajaiban akan selalu ada asal kita meyakininya" Ari terdiam mendengar kata-kata Lia itu

Lia menatap Ryo "Ka Ryo.. hehehehe" Lia nyengir mengeluarkan kedua Taring yang ada dibagian bawah giginya "aku ini bukan keturunan Undead walau dengan wujud seperti ini lho yaaa...." Ryo yang mendengar perkataannya itu ikut tertawa kecil "mana ada Undead yang sepertimu hahaha"

"sudah waktunya, Putri akan membukakan gerbangnya" jelas Hero dari belakang Lia" akhirnya mereka pamit pada semuanya "tetap percayalah pada keajaiban ka! dadaah semuaaa..!" Lia melangkah bersama teman-temannya sambil melambai dan mulai melesat keatas dan dari arah atas langit muncul sebuah bayangan seperti lubang hitam samar lalu mereka hilang ditelan bayangan itu.

"mereka... hilang..." Ryo tampak bodoh dilihat "Keajaiban ya...? mereka seperti itu saja sudah keajaiban" sambung mikia yang sok tau

"yah... yang penting kita sudah berhasil melakukan misi, benar kan Ar?" Ari hanya menatap langit berdiam diri entah apa yang dipikirkannya, lalu perlahan berbalik berjalan menuju kedalam markasnya

"aku lapar..." hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Ari

"aah... Mikia kita suruh saja masak..." sambut Ryo

"apaa?? seenaknya saja menyuruh orang!" Mikia sebal

The end


Akhirnya selesai jugaaa kwkwwkkw

siap2 cerita selanjutnya tentang aku, kyu dan dainaaaaa
 
Last edited:
Tamaaatt(?)

LOL mikia disuruh masak, mati gak yah yang makan(?)

Dan Lia dkk pulang keduanya, Ari kesepian(?) Muakakakkakakak~
Sebenarnya aku berani bertaruh dia mau mewek, tapi ditahannya, (Kakak kan' Tsun2 *plak)
 
Tamaaatt(?)

LOL mikia disuruh masak, mati gak yah yang makan(?)

Dan Lia dkk pulang keduanya, Ari kesepian(?) Muakakakkakakak~
Sebenarnya aku berani bertaruh dia mau mewek, tapi ditahannya, (Kakak kan' Tsun2 *plak)
wkwkwk aku rasa langsung minum obat Diare wakakakka

ka ari? aku ga tau apa yg dirasa saat lihat Lia itu :v
inget Daina? :v
 
mirip kebodohannya aja maybe -_- *KauNgakuDirimuBodohTia?

tapi Lia bisa bertarung *ngakak

Tau nggak, waktu kau bilang soal 'Bisa bertarung',
Kalau kupikir2 lagi aku jadi inget Lacus Clyne *Ngakak* Dia dan 'Daina' juga hampir mirip, nyahhahahaah,
Gak bisa bertarung tapi ambil bagian dalam keributan =w=;;
 
Tau nggak, waktu kau bilang soal 'Bisa bertarung',
Kalau kupikir2 lagi aku jadi inget Lacus Clyne *Ngakak* Dia dan 'Daina' juga hampir mirip, nyahhahahaah,
Gak bisa bertarung tapi ambil bagian dalam keributan =w=;;
iya, Lacus Clyne itu kan seperti simbol dari perdamaian :v
keberadaan dia seperti bidadari yang menentramkan seluruh jagad raya
makanya jadi di incer para musuh kan? wkwkkww
 
Ini punya Kyuu.. Tapi belum selesai. XD
*digebukin Tia nee & Dai*

“Kyupeettttt~!!!” Seorang cowok berteriak tepat ditelinga seorang gadis yang masih tertidur pulas.

“Whoaaaaa...” Dengan spontan gadis itu bangun dan mengorek-ngorek telinganya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. “Ck, Kak Alka apa-apaan sih? Namaku itu Kyuri, bukan Kyupet,” protes gadis bernama Kyu tadi. Ia selalu protes jika dipanggil kakaknya dengan sebutan Kyupet.

“Bodo amat. Ayo bangun. Badan udah segede kebo gitu, terus aja tidur. Mau kamu jadi gajah bengkak?”

“Gede apanya? Badan Kyu itu ideal, kayak gitar Spanyol,” elak Kyu. Kyu adalah gadis yang cantik mempunyai tinggi badan yang lebih tinggi dari gadis pada umumnya, hanya saja karena hobinya ngemil, kedua pipi dan beberapa bagian tubuhnya tertimbun lemak.

“Iya, gitar spanyol ketimbun lemak.” Kak Alka mengiyakan. “Buruan bangun. Daina udah nyamper tuh.”

“Hee?” Kyu cengo. Ia melirik jam dindingnya. “WHOAAAA!!” Kyu memekik untuk kedua kalinya. “Kak Alka kenapa nggak bangunin Kyu dari dari. Mati aku.” Dengan secepat kilat, Kyu menyambar handuknya dan segera mandi.

Alka hanya geleng-geleng melihat kelakuan adiknya.

Beberapa saat kemudian, Kyu selesai dengan ritualnya. Pergi ke dapur dan menyambar dua buah roti panggang yang masih hangat. Ia segera menghampiri Daina yang sudah menunggunya di ruang tamu.

“Huweee, Daina. Maaf,” kata Kyu sambil mewek yang dibuat-buat untuk menunjukkan rasa bersalahnya. Digigitnya roti tawar yang ada di tangannya.

“Iye, gue mah udah tau kebiasaan lo, Mun. Ayo buruan,” tukas Daina. Kyuri sendiri juga mempunyai panggilan khusus dari sahabatnya. Ia sering kali dipanggil Timun.

Tanpa basa-basi lagi, Daina langsung menarik tangan Kyu menuju mobil.

“Kak Alka, Kyu berangkat dulu,”teriak Kyu sambil mengimbangi langkah kaki Daina yang menyeretnya.

Kyu dan Daina langsung masuk ke mobil. Seperti biasa, Daina yang menyetir. Kalau dalam keadaan seperti sekarang ini, dijamin Tia–temen Kyu dan Daina pasti udah teriak-teriak keringet dingin minta diturunin. Untungnya, makhluk yang satu ini tidak ikut nyamper Kyu. Jadi dia bisa selamat dari setiran mobil kesetanan Dai. Kyu sendiri bodo amat dengan gaya nyetir Daina, selama ada yang bisa dicemil, dia tidak akan protes. Mobil yang dikendarai Daina pun sampai di kampus.

“Turun.” Daina melepas seatbeltnya.

“Heh?” Kyu celingukan. “Cepet banget sampainya, Dai?”

“Iyalah, di tengah jalan lo asik ngemil terus. Pantesan aja itu pipi semakin gede dari bakpao bokapnya Tia.”

Kyu cuma nyengir.

“Eh, ngomong-ngomong si Tia kemana Dai?” tanya Kyu yang baru sadar dengan ketidakhadiran Tia di mobil Dai.

“Dia lagi sakit,”jawab Dai.

“Hoh, pantesan aja gue nggak denger suara melengkingnya selama di jalan.”

“Kalopun Tia ada, lo juga nggak bakal denger suara cemprengnya si Tia, Mun. Kuping lo itu juga udah ikut-ikutan ketimbun lemak. Perlu disedot juga tuh, Mun. Ayo buruan.”

“Eh, berarti nanti kita jenguk si Tia, kan lumayan bisa dapat bakpao gratis dari bokapnya.” Kyu cekikikan.

“Ebuset, lo mau jenguk apa nyari makanan gratis, Mun.”

“Kan sambil nyelem minum susu, Dai.”

“Kembung iya.” Dai berjalan meninggalkan Kyuri.
oOo
Di rumah Tia.....

Sepertinya memang dewi fortuna selalu ada di pihak Kyu. Beberapa buah bakpao pun disuguhkan pada Kyu dan Dai saat menjenguk Tia. Mata Kyu langsung berbinar-binar melihat bakpao yang ada di depannya, bagai anak kecil yang mendapatkan lolipop sekarung.

“Udah mendingan lo, Ya?” tanya Dai.

“Udah, lagipula cuma flu doang kok. Ada tugas nggak?”

“Enggak kok,” jawab Dai. “Eh, Mun. Makan aja sih dari tadi. Liat ini pipi, lama-lama gue bikin bakpao juga lho.” Daina mencubit pipi tembem Kyu.

“Awww..” Kyuri mencoba melepaskan tangan Dai yang mencubit pipinya. “Habis bakpao buatan bokapnya Tia enak sih, gue juga belum sarapan tadi. Lo sih sembarang langsung narik gue ke mobil. Untung aja gue tadi bawa roti tawar.”

Daina dan Tia cuma geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang hobi makan itu.

“Mun, emang lo nggak pengen punya cowok?” tanya Tia sambil menatap Kyu yang lagi asik ngunyah bakpao.

“Cowok? Pengen sih, cuma nggak ada yang ngedeketin, ya sudah,” kata Kyu cuek.

“Gimana cowo mau ngedeketin lo? Lo aja cuek sama penampilan, makan juga nggak kira-kira gitu,” celetuk Dai.

“Aduh, habis gimana lagi ya Dai, hidup tanpa ngemil itu susah.” Kyu masih asik mengunyah bakpao.
“Itu karena lo udah kebiasaan ngemil, Mun. Apalagi cemilan lo itu mengandung lemak dan karbohidrat semua. Pantes aja kalo badan lo itu kaya Timun. Lurusss aja.”

“Gimana kalo lo nyemil buah-buahan aja, Mun. Kan lebih sehat,”potong Tia.

“Nanti ajalah, gue juga belum nemu cowo yang bikin hati gue dag dig dug. Hihi..” Kyuri terkikik sendiri. Sementara Dai dan Tia menghela napas kekalahan ketika berdebat soal cemilan dengan Kyu.

oOo
“Sankyuu, Dai. Bener lo nggak mau mampir dulu?” tanya Kyu.

“Gue mesti nganterin nyokap ke rumah tante gue, Mun. Lain kali aja deh.” Dai langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Kyu.

“Hati-hati ya!” Kyu melambaikan tangan pada Dai, lebih tepatnya mobil Dai.

“Kyu pu... Heeeeh?!!” Bola mata Kyu membulat melihat seorang cowok yang belum dikenalnya sedang ngobrol bersama kakaknya. Lebih tepatnya membulat karena tersepona-eh- terpesona dengan cowok itu.

“Eh, Kyu. Mampir kemana hari ini?” Alka berjalan menghampiri Kyu.

Pandangan Kyu masih tertuju dengan cowok tadi.

Omaigot, baru kali ini gue ngeliat cowok sekeren Yuki Furukawa. Aduh, bang Yuki, maafkan Kyu. Aku telah mengawesomekan mataku dengan cowok lain. Alamak, gue terbang lagi.

“Kyupeettt.” Lagi-lagi Alka mengagetkan Kyu.

“Eh, iya bang Yuki?” Kyu tergagap.

“Bang Yuki, Bang Yuki. Bang Juki lagi buletin baso buat dijual.”

“Ih, kakak mah. Kyu ke kamar dulu.” Kyu segera masuk. Namun, bukannya naik tangga, di belok menuju dapur. Mencoba mengobrak-abrik isi kulkas di rumahnya.

“Itu adik lo, Al?” tanya cowok tadi.

“Iya Ren, siapa lagi kalo bukan Kyu. Oiya gue ke kamar kyu dulu.

Tanpa sepengetahuan Alka dan Ren, ternyata Kyu menguping setengah pembicaraan mereka.
“Oh, jadi namanya Ren.” Kyu mengangguk.

Seseorang mengetuk pintu kamar Kyu.

“Lama amat ngebukanya sih, Pet?” protes Alka, kakak Kyu saat adiknya membuka pintu kamarnya.

Please deh, kak. Namaku itu Kyuri.” Kyu memanyunkan bibirnya. “Eh, tunggu dulu? Tumben rapi banget? Kakak mau kemana?” Kyu mengamati kakaknya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Oiya, kakak lupa. Tadi mama telpon kalo kakak musti nyusul ke Jakarta. Mereka perlu bantuan kakak. Cepet ganti baju kalo mau ikut nganterin ke bandara.”

“Heh? Trus Kyu sama siapa? Masa sendiri di rumah? Nanti yang ngebangunin Kyu kalo telat gimana? Kenapa mama nggak pulang aja? Huweeeee.. Hmpp.” Mulut Kyu langsung dibekap kakaknya.

“Diem dulu, bawel.”

“Ren bakal nemenin kamu sampai kakak balik lagi ke Bandung.”

“WUAPAAAAAHHH? Yang bener aja kak? Masa kakak tega sih ninggalin adiknya yang imut ini sama seorang cowok di rumah. Kakak nggak takut kalo Kyu bakal digrepe-grepe sama dia?”

“Husss, Ren pasti ngejagain lo, Kyu.” Alka melirik arlojinya. “Buruan ganti baju.”
oOo
“Ren, gue nitip adik gue. Kalo dia susah dibangunin, guyur aja pake air. Gue ikhlas.”

“Kakak.” Kyu mencubit lengan kakaknya. Ren hanya meringis.

“Tenang, gue bakalan jagain. Nggak bakal ada yang kurang dari adik lo saat lo pulang nanti,”kata Ren sepenuh hati.

Thanks,bro.

“Hati-hati, Al. Semoga selamat sampai tujuan.”

Alka mengangguk. “Heh, Kyupet. Kurangi ngemilmu, jangan bangun telat mulu.” Pandangan Alka kini beralih pada adik semata wayangnya dan memeluknya. “Jangan bandel.” Alka melepaskan pelukannya.

Kyu hanya diam.

“Udah, jangan manyun.” Alka mengacak-acak rambut Kyu lalu berjalan sambil menarik kopernya.
oOo
Demi cemilan sekulkas dan bakpao bokapnya Tia, gue mending ditemenin sama mereka daripada sama temen kakak gue ini. Beneran bikin gue keringet dingin.Bang Yuki, Bang Jouji, maafkan aku. Kyu melirik ke arah Ren yang sedang fokus menyetir.

“Kenapa lirik-lirik? Naksir ya?” ceplos Ren dengan pedenya.

“HEH?!” Kyu melongo. “Nggak usah ge-er deh lo.”

“Baru kali ini gue dilirik sama....”

Kyu memicingkan matanya.

“...gapura RW.” Ren mendengus menahan tawa.

“Apa lo bilang?”

“Gapura RW. Kenapa ada yang salah? Lo nggak jelek-jelek amat sih, tapi sayangnya lo itu kayak gapura RW. Gue saranin mending lo diet deh,” kata Ren dengan tampang innocent.

What the hell? Cowok ini ternyata nggak sebaik yang gue pikirin. Tampangnya emang ganteng, tapi mulutnya bener-bener nggak bisa dijaga. Baru juga sekali lihat udah berani kritik orang sembarangan.

“Heh, denger ya. Mau badan gue kayak gapura RW, kebanyakan ngemil atau apalah, itu bukan urusan lo. Tugas lo itu juga nemenin gue selama kakak gue di Jakarta. Jadi mending lo diem aja deh,” omel Kyu.
oOo
“Eh, Mun. Tumben lo pagi-pagi udah standby di depan gerbang rumah?” tanya Dai heran.

“Biasanya gue musti masuk dulu, nungguin lo bangung, mandi kalo pas mau berangkat ngampus.”

“Itu lagi kenapa wajah lo kusut banget sih Kyu?” tambah Tia.

“Gue lagi sebel sama kakak gue, dan temen kakak gue?”

Dai dan Tia memandang Kyu penuh tanya.

“Iya, kakak gue pergi ke Jakarta, dan temen kakak gue yang super duber nyebelinnya amit amit jabang babu itu nemenin gue selama kakak gue di Jakarta. Lo berdua tau ga baru beberapa menit ninggalin bandara pas nganterin kak Alka, udah berani-beraninya dia ngatain gue. Cakep sih cakep, cuma kalo bicaranya aja kayak gitu, nggak bakal ada yang demen dah sama dia.”

“Ngatain apa? Gitar Spanyol ketimbun lemak?” Daina terkikik.

“Lebih menyakitkan dari itu.” Kyu manyun.

“Lalu?”

“GA PU RA RW. Denger? Gapura RW!”

Daina dan Tia yang tadinya mendengarkan dengan seksama, langsung tertawa terbahak-bahak.
“Iye, ketawa aja terus. Lucu kok lucu.” Kyu sebal.

“Berani bener itu cowok ngatain lo kayak gitu Mun? Tapi emang lucu juga sih.” Daina masih berusaha menahan tawanya.

“Emang badan gue segede itu apa? Seenak jidatnya dia ngatain gue kayak gitu?”

Daina dan Tia spontan mengamati Kyu.

“Nggak juga sih Mun, gue pikir karena lo aja kurang olahraga, coba kurangi ngemil lo.

Kyu hanya diam, lebih tepatnya seperti sedang berpikir.

“Yosh, gue bakal diet mulai hari ini. Ini demi harga diri gue. Lo lihat saja kecoa kaki dua.”
 
Last edited:
Back
Top