FANATISME INDONESIA = NASIONALISME INDONESIA ??

FANATISME dan KENYATAAN KEPRIBADIAN RAKYAT INDONESIA


  • Total voters
    7
Status
Not open for further replies.

bjhe

New member
Beberapa bulan yang lalu Indonesia sempat terheboh, dengan ajang piala AFF yang Indonesia masuk kedalam finalnya.

Kita bicara ya, seandainya final piala AFF tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

Kita lihat ke sekeliling kita. Kita lihat semangat keseluruhan rakyat Indonesia. Sebuah kesan yang sangat "Indonesia" banget ada hampir disetiap rumah, jalan, hingga tempat-tempat komunitas.

Kita coba lihat bagaimana dengan semangat dan bangganya, kita berkeliling dengan menggunakan atribut persepak bolaan kita. yel, yel yang "netral" bawakan selalu sempat terngiang di telinga kita.

Faktanya, ini mampu dijual didalam berbagai aspek. Contohnya, dalam media bisa liat di google yang buanyak sekali blogger-blogger mencoba berpacu dalam berita ini.

NAH!, permasalahannya ini adalah:
bagaimana menurut kamu tentang keadaan setelah Indonesia kalah ini dan fakta dilapangan tentang orang-orang jaman ini. APAKAH FANATISME seperti ini, adalah FANATISME yang angin-anginan? ATAU APAKAH FANATISME seperti ini, adalah FANATISME yang NASIONALISME dan TIDAK AKAN MATI?
 
Sebuah fanatisme yang angin-anginan. Pada peristiwa ini munculnya rasa fanatisme lebih terbentuk karena penampilan bagus tim yang kita dukung dan blow up media, bahkan ada juga yang muncul karena individu-individu di dalam timnas yang bermetamorfosa menjadi idola baru. Dan aku nggak cukup yakin jika kedepannya tanpa ketiga sebab itu, fanatisme ini akan tetap ada.

Menurutku ini bukanlah sebuah bentuk fanatisme, tetapi sebuah euphoria sesaat. Gebyar-gebyar sesaat. yang bukan bersumber dari adanya rasa nasionalisme. Walaupun mungkin saja mereka2 itu punya rasa nasionalisme, tapi hal itu bukanlan sebab utama munculnya fanatisme jenis ini.

Memang ada juga yang mempunyai rasa fanatisme, dan ini nggak bisa dinafikan. Tapi kalo menurutku, kehebohan piala AFF kemaren itu sebagian besar lebih karena euphoria sesaat. dan bukanlah sikap fanatik yang bias dimana seseorang tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi. Fanatisme sesaat yang terbentuk bukan karena "fitrah" individunya, tapi terbentuk karena faktor lingkungannya.


-dipi-
 
Sebuah fanatisme yang angin-anginan. Pada peristiwa ini munculnya rasa fanatisme lebih terbentuk karena penampilan bagus tim yang kita dukung dan blow up media, bahkan ada juga yang muncul karena individu-individu di dalam timnas yang bermetamorfosa menjadi idola baru. Dan aku nggak cukup yakin jika kedepannya tanpa ketiga sebab itu, fanatisme ini akan tetap ada.

Menurutku ini bukanlah sebuah bentuk fanatisme, tetapi sebuah euphoria sesaat. Gebyar-gebyar sesaat. yang bukan bersumber dari adanya rasa nasionalisme. Walaupun mungkin saja mereka2 itu punya rasa nasionalisme, tapi hal itu bukanlan sebab utama munculnya fanatisme jenis ini.

Memang ada juga yang mempunyai rasa fanatisme, dan ini nggak bisa dinafikan. Tapi kalo menurutku, kehebohan piala AFF kemaren itu sebagian besar lebih karena euphoria sesaat. dan bukanlah sikap fanatik yang bias dimana seseorang tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi. Fanatisme sesaat yang terbentuk bukan karena "fitrah" individunya, tapi terbentuk karena faktor lingkungannya.


-dipi-

MEDIA jhe yang bertanggung jawab atas fanatisme angin2an..

resume:

alasan timbul pendukungan yang heboh:
- penampilan yang bagus
- blow up media
- idola baru

fanatisme >< euphoria sesaat >< nasionalisme

karena, persepsi yang salah = faktor lingkungan

Kesimpulan, TREND BARU! karena muncul orang-orang baru yang membuat angin segar dan penampilan yang bagus, maka media menargetkan sebagai bahan pemberitaan.jadi, bisa dibilang trend seperti ini berikutnya akan hilang jika media punya "makanan" baru buat rakyat indonesia.
Terus, apakah kekompakkan remaja-remaja saat heboh-hebohnya dulu itu, cuma heboh saat itu aja? sama seperti ketika menonton konser atau kontes-kontes.

konteksnya bukan sekedar pemakaian atribut doang, tapi rasa cinta terhadap indonesia ini. Gw soalnya sempat ada "perang batin" :


Di satu sisi, gw berpikir, "ah...cuma trend."

tapi di sisi lainnya, gw berpikir media lah yang sebenarnya cuma sebagai mata untuk merekam kejadian saat itu. Bukan media yang mempengaruhi trend itu. Karena kalau diliat-liat, 3/4 masyarakat di Indonesia ini memang penggemar bola.

Sama halnya dengan trend batik. Berita tentang batik-batik sudah lewat tapi Indonesia masih menggunakan batik bahkan lebih menghargainya daripada masa-masa orde baru ke bawah. Dulu, gw sempat berpikir negatif kalau trend batik ini juga angin-anginan. tapi kenyataannya? kan, tidak menjadi trend gara-gara media.

gw punya pemikiran kalau orang-orang yang menggunakan atribut dll, lebih banyak karena sadar dan ingin mendukung timnas kita. media cuma api pemicu keramaian, bukan koreknya.

Untuk AFF nya mungkin telah berlalu, dan sudah tidak ada yang memakai atribut. Tetapi, gw cendrung percaya kalau mereka-mereka yang menggunakan atribut-atribut seperti itu karena atas keinginan mereka dan mereka ingin kompak mendukung Indonesia ini.

Jadinya, gw bingung deh. antara mengkategorikan ini sebagai euphoria sesaat atau euphoria sesaatlah yang terlihat di media karena pada dasarnya pendukung timnas AFF hanya on tape pada saat berlangsungnya ajang itu. >8o
 
Nasionalis itu akan tetap ada dari rakyat yang ada di pinggiran... Di piala AFF itu yang kelihatan sama media saja...
 
Terus, apakah kekompakkan remaja-remaja saat heboh-hebohnya dulu itu, cuma heboh saat itu aja? sama seperti ketika menonton konser atau kontes-kontes.
Mungkin hal ini bisa kita lihat lebih jelas ketika nanti timnas U-23 sudah mulai bertanding. Dengan person, gebyar dan kelas yang berbeda mungkin sedikit banyak akan mengurangi "kehebohan", tapi dari situlah kita bisa melihat apakah yang terjadi kemarin itu merupakan sebuah fanatisme atau bukan.
tapi di sisi lainnya, gw berpikir media lah yang sebenarnya cuma sebagai mata untuk merekam kejadian saat itu. Bukan media yang mempengaruhi trend itu. Karena kalau diliat-liat, 3/4 masyarakat di Indonesia ini memang penggemar bola.
Aku justru tidak melihat begitu, Bjhe. Karena antusiasme masyarakat itu, kalo kita bicara sedikit teknis, terjadi bukan sedari awal. Saat pertandingan awal menghadapi Laos, euphoria masyarakat belumlah sedahsyat saat pertandingan ketiga kala timnas menghadapi Thailand. Kehebohan muncul setelah semua media, baik cetak, siar ataupun online mengambil banyak porsi dalam mem-blow up hal ini. Dan ini besar sekali pengaruhnya terhadap sekelompok golongan yang tadinya nggak masuk kategori "fanatis".
gw punya pemikiran kalau orang-orang yang menggunakan atribut dll, lebih banyak karena sadar dan ingin mendukung timnas kita.
Aku setuju soal ini. Karena aku pikir semuanya punya tujuan yang sama. Tapi pemicunyalah yang berbeda.
Untuk AFF nya mungkin telah berlalu, dan sudah tidak ada yang memakai atribut. Tetapi, gw cendrung percaya kalau mereka-mereka yang menggunakan atribut-atribut seperti itu karena atas keinginan mereka dan mereka ingin kompak mendukung Indonesia ini.

Jadinya, gw bingung deh. antara mengkategorikan ini sebagai euphoria sesaat atau euphoria sesaatlah yang terlihat di media karena pada dasarnya pendukung timnas AFF hanya on tape pada saat berlangsungnya ajang itu.
Seperti yang sudah aku posting, kita nggak bisa menafikan bahwa memang ada sebagian besar masyarakat kita yang bener2 fanatis, dan bukan sekedar insidental. Tapi aku cukup meragukan bahwa semua yang terjadi di piala AFF kemarin bisa dikatakan sebuah fanatisme secara menyeluruh. Bentuk sebuah dukungan aku setuju, tapi untuk sebuah kata fanatisme, aku pikir masih jauh dari itu.

Atau kalo bicara soal emotional behaviour, aku lebih setuju pemakaian kata antusiasme ketimbang fanatisme yang merupakan antusiasme obsesif.


-dipi-
 
maap, mau tanya, ini konteksnya cuma dlm bola ya? Kalu cuma itu, saia kira fanatisme (ato mgkin antusiasme) smacam itu ga akan hilang, mgkin cuma naik-turun grafik kefanatikannya, wong kbnyakan masyarakat lbh suka lapar asal bsa nnton d stadion drpada ngash makan anakbini ...lagian, walaupun aff dah slese, gerakan turunkan nurdin smakin gencar ...:D

memang sie tdak smuanya fanatik, mengingat sbgian orang yg lain rata2 suka menjadi follower alias ikut2an ...:D
 
boleh membuat contoh yang ada di sekitar kita aja ga? yang ada di dekat kita aja, nasionalisme hanya omongan belaka,,, jelas-jelas namanya indonesiaindonesia tetapi bahasanya londo.... nasionalkah ini???


mohon maaf.....!
 
boleh membuat contoh yang ada di sekitar kita aja ga? yang ada di dekat kita aja, nasionalisme hanya omongan belaka,,, jelas-jelas namanya indonesiaindonesia tetapi bahasanya londo.... nasionalkah ini???


mohon maaf.....!
Berarti 5niz memandang sebuah nasionalisme dalam arti yang sempit. >:l
Apakah bisa kasih pengukuran sesederhana itu untuk sebuah arti nasionalisme? aku kira tidak. Dan itu sebuah penilaian yang sangat prematur. Dan mungkin perlu baca2 lagi soal bagaimana sebuah nasioanlisme itu, dari romantik sampai ke nasionalisme etnik. Lalu setelah baca2, dipikirkan lagi apakah pernyataan di atas itu tepat. :)(


-dipi-
 
Terimakasih untuk partisipasinya, thread ini ditutup setelah 4 hari tidak ada post terakhir yaitu setelah post no. #10. oleh Dipi76


Post terakhir yang dianggap valid adalah post Dipi76 di post no. #10, setelahnya dianggap tidak ada post yang dapat menyanggah/membalas postnya lagi, wasit forum debat menyatakan Dipi76 pemenang dalam debat thread ini. Untuk pemenang dikirimkan 1 sms bintang + 1 reputasi dari staff ii, jika member lain ingin memberikan hadiah juga dipersilahkan


Hasil polling terbanyak thread ini : FANATISME di Indonesia adalah contoh angin-anginan 57.14%


Mohon diperhatikan keputusan Moderator dan Staff sebagai wasit forum debat adalah mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Jika ingin melanjutkan debat ini dapat membuat thread baru yang serupa/mirip
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top