Hamil Anggur, bukan hilang oleh jin

lala_lulu

New member
Penyakit Mola hidatidosa lebih dikenal oleh masyarakat sebagai hamil anggur. Hamil anggur adalah kehamilan abnormal berupa pertumbuhan yang berlebihan dari sel-sel plasenta atau ari-ari yang berbentuk gelembung- gelembung seperti buah anggur.

Pada umumnya, tidak ada pertumbuhan janin dalam keadaan hamil anggur. Akan tetapi, dalam sejumlah presentase kecil, hamil anggur dapat pula disertai dengan pertumbuhan janin.

Keadaan ini disebut sebagai hamil anggur parsial, dimana janin yang tumbuh umumnya disertai kelainan atau cacat bawaan.

Secara umum gejala yang dialami oleh wanita dengan penyakit ini seperti sedang hamil. Siklus menstruasi juga terganggu.

Hal itu yang kerap mengecoh para wanita, khususnya calon ibu yang sejak lama ingin segera memiliki anak. Beberapa minggu atau beberapa bulan dirinya merasa hamil tiba-tiba janin luruh seperti sedang keguguran.

Di Indonesia, peristiwa hamil anggur berkisar antara 1 dari 40-400 kehamilan. Hamil anggur sendiri masih cukup banyak dijumpai di negara- negara Asia dan Amerika, sedangkan di negara-negara Eropa relatif kecil.

Perbedaan persentase ini terjadi karena umumnya hamil anggur diderita oleh perempuan yang masih muda dan kehamilannya merupakan kehamilan pertama. Karena hamil anggur merupakan kehamilan yang bersifat abnormal, perempuan yang mengalaminya harus segera mengeluarkan kandungannya.

Perempuan yang mengalami hamil anggur juga dapat mengalami komplikasi. Komplikasi tersebut antara lain perdarahan, infeksi, dan munculnya kanker.

Kanker ini kemudian dapat menyebar ke organ tubuh lainnya seperti paru- paru, otak, dan organ lainnya. Pada umumnya, kematian akibat kanker setelah mengalami hamil anggur, terjadi akibat penyebaran kanker dan otak ke hati.

Namun, jika perempuan yang mengalami hamil anggur dapat sembuh, perempuan tersebut dapat hamil secara normal.

Penyebab hamil anggur masih misteri. Namun, salah satu yang diduga kuat sebagai penyebab terjadinya hamil anggur adalah kekurangan vitamin A.

Persoalan hamil anggur itu disampaikan oleh Prof Dr dr Andrijono SpOG(Kl guna mendapatkan pengukuhan sebagai guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Sabtu (5/6).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Andnijono. didapatkan basil bahwa kadar vitamin A dalam darah penderita hamil anggur lebih rendah dibandingkan perempuan dengan hamil normal.

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa resiko seorang perempuan hamil menderita hamil anggur adalah 6,8 kali lebih besar, jika kadar vitamin A dalam darahnya kurang.

Risiko itu pun dapat meningkat tujuh kali, jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang pertama. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vitamin A dapat mematikan sel-sel hamil anggur secara fisiologis, sehingga pemberian vitamin A dapat merangsang pemulihan pada penderita hamil anggur.
Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa vitamin A dapat meningkatkan proses kesembuhan serta mencegah terjadinya kanker yang disebabkan sel hamil anggur yang tumbuh berlebihan.



Sumber : Warkot
 
Bls: Hamil Anggur, bukan hilang oleh jin

aku tambahin yaaa...

Pengobatan
Pada dasarnya mola (hamil anggur) adalah tumor jinak, namun dapat berkembang menjadi ganas, kemungkinan menjadi ganas sekitar 20%.

Prinsip penatalaksanaan adalah:

Pengeluaran mola (evakuasi). Pada wanita subur dan masih menginginkan anak, dapat dilakukan kuret atau kuret hisap. Kuret ulangan dilakukan sekitar seminggu setelah kuret pertama, untuk memastikan bahwa rahim benar-benar sudah bersih. Sedangkan bagi wanita usia lanjut atau yang sudah tidak menginginkan tambahan anak, dilakukan pengangkatan rahim (histerektomi)

Follow up, yakni pengawasan lanjutan untuk monitor dan evaluasi pasca evakuasi. Langkah pengawasan dilakukan secara klinis, laboratorium dan radiologis. Pengawasan lanjutan dengan pemeriksaan kadar HCG. Pemeriksaan ini dilakukan 1 minggu sekali sampai kadar HCG menjadi negatif. Setelah itu masih diperiksa sampai tiga minggu berturut-turut kadar HCG tetap negatif.
Selanjutnya masih diperiksa setidaknya sebulan sekali selama 6 bulan.
Jika ternyata pemeriksaan HCG tidak sesuai harapan, atau dengan kata lain kadarnya tetap atau malah naik, perlu diberikan obat kemoterapi.
Cara pengawasan lain dengan pemeriksaan radiologis, dilakukan 6 bulan sekali.
 
Back
Top