Bls: Jual nyawa di lepas pantai
Tidak harus membantu, tapi kita mesti belajar dari kejadian teluk meksiko ini. Karena pada dasarnya meski bentuk kejadiannya berbeda tapi punya pola yang sama dalam penanganannya. Kita mesti belajar bagaimana langkah yang diambil pemerintah AS dan juga bagaimana tindakan yang diambil oleh BP.
BP dan pemerintah Obama berjuang keras menghentikan kebocoran minyak di Teluk Meksiko, sebaliknya semburan lumpur panas di Sidoarjo dibiarkan. Pemerintah dan PT Lapindo Brantas menyerah dan menganggap sebagai fenomena alam, seperti putusan Mahkamah Agung bahwa lumpur Lapindo adalah bencana alam. Pemerintah Obama menekan BP agar terus berupaya menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan tegas mengatakan penanganan kebocoran dan penanggulangan kerusakan lingkungan sepenuhnya menjadi tanggung jawab BP.
Secara teknis kebocoran di teluk meksiko ini lebih sulit ditangani, karena kebocoran semburan pipa berada pada kedalaman 1500 meter. Tapi dengan usaha keras dari BP, hal itu dapat diatasi dalam tempo 3 bulan. Karena air laut yang harus ditembus begitu dalam, maka teknologi selubung menggunakan "Riser", yaitu pipa yang menghubungkan dasar laut dengan permukaan yang memisahkan tercampurnya lumpur pemboran dari air laut. BOP (blow out preventer) atau alat pencegah semburan ditempatkan di dasar laut yang pengontrolannya dilakukan dari permukaan. Semburan dalam kasus di Teluk Meksiko ini sampai membuat Riser terputus dan lepas, sementara BOP tidak sempat mampu menahan tekanan yang datang dari bawah, sehingga semburan terjadi mulai dari dasar laut.
As far as I know, kita cukup punya banyak tenaga ahli anak negeri sendiri yang mampu melakukan teknik semacam itu. Namun entah kenapa seperti tidak ada niat dari pemerintah dan pihak Lapindo untuk mendayagunakan mereka.
-dipi-