Just another story....

radiaku

New member
100_1975.JPG


Karakter dalam cerita ini
Bara: Ceria, Fun, Nakal, Urakan, Paling bandel. Semuanya baginya dibuat take it easy. Tapi di balik semua itu, tiada yang tahu bagaimana perasaannya. Kadang kadang dia melakukan sesuatu yang salah di mengerti dan nggak bisa di mengerti orang lain walaupun tujuannya adalah baik tapi kadang kadang di lakukan dengan cara yang luar biasa.
Nidi pernah berkata "BA dan Bara itu sama sama susah di mengerti karena karakter mereka "dalam". BA itu dalam ketenangannnya dan kalemnya, tersembunyi sifat aslinya, Bara dalam cerianya dan tawanya, tersembunyi sifat aslinya."
Petualang jalang yang telah bosan dalam mencari arti dari cinta, sebelum bertemu Okta, dan oleh sebab tertentu dia terpaksa memutuskan Okta. ( LAKI LAKI )

Nidi: Ramah, Baik, salah satu dari sedikit Teman bara, tangan kanan BA. Penengah, ahli strategi. ( LAKI LAKI )

BA: Tenang, Kalem, pendiam, serius, tak ada yang tahu dalamnya BA seperti apa bahkan Bara pun masih tak mengerti bagaimana karakter BA secara utuh. ( LAKI LAKI )

Okta : Keras kepala, dan judesnya setengah mati kalau ketemu Bara, hemm.. aneh. Padahal kepada orang lain, dia biasa aja. Kadang kadang love is weird... :p ( PEREMPUAN )
IRMA Seseorang yang lain, sex a friend bara, seseorang yang terlupakan ( PEREMPUAN )
RAY Guru Bara, rival Bara

Mungkin ada penambahan karakter.. Biarkan segini dulu ahh... :p
==========================================================





Di tengah sepi malam, teras rumah terlihat sosok tubuh sedang duduk dalam sepi. Terliat begitu sepi dan sendiri, melamun ? hanya dia seorang yang tahu.
"Kenapa lagi kau bar ? " Tegur nidi dalam memecah sepi malam
"Lagi sentimentil, hahahahhahahaaa" bara tertawa yang lebih mirip suara tangisan.
"Apa lagi yang salah dengan dirimu ? akhir akhir ini elu mendekati banyak wanita lagi.... ? Kenapa ?" desak nidi
"Aku cuma mencoba untuk eksis lagi ..."
"Mencoba eksis ? untuk apa ? bukankah dulu elu bilang elu akan fokus mempelajari SOF. Trus kenapa elu mencari wanita lagi ? Apakah tak cukup dengan petualangan liar elu ? " Nidi duduk di depan Bara.
Mereka adalah sahabat, sahabat kental. Satu dengan satunya saling memahami.
Bara tidak menjawab, cuma tersenyum lemah.
"Apa itu ?" Desak nidi
Bara memandang Nidi, "Maksudmu ?"
"Sesuatu yang elu sembunyiin."
Bara kembali tersenyum, "Apakah penting ?".
"Apakah kita teman ? " Nidi menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
"Always....!!"
"Berarti penting." Nidi terdiam sebentar lalu melanjutkan , " Apakah ini adalah masalah dengan BA ?"
"Tidak juga" Kembali lagi jawaban singkat untuk sebuah pertanyaan.
Suasana kembali diam. Nidi mengambil sebungkus rokok dari sakunya, mengambil sebatang rokok. "Tik...." Suara pemantik api. Nidi menyalakan rokok, dan memberikan sisanya ke Bara. Bara meraih sebatang dan menyalakannya pula. Menghisapnya dalam dalam lalu menghembuskannya dengan panjang, menghempaskan semua perasaannya.
"Apakah kau siap menceritakannya ?" Nidi tahu, jika bara siap menceritakan sesuatu maka dia akan cerita, kalau tidak ingin maka jangan harap di dunia ini ada yang bisa memaksanya bercerita.
Bara menarik napas panjang, meletakan rokok di samping teras. Seperti mengerahkan segenap kekuatan untuk bercerita.
"Masalah Okta......" Bara memulai ceritanya.
"Apa dia meninggalkanmu ?"
Bara memandang Nidi, lalu berkata " Jika itu yang terjadi malah lebih bagus, tapi sayangnya bukan"
"Saat gunung, gw melakukan kesalahan......" Nidi terdiam dia sudah mengerti apa kesalahannya itu. ( Akan gw ceritakan di lain story ). Bara blum pernah melukai orang, blum pernah memukul atau apapun itu. Nidi pernah dengar langsung dari BA, Diantara 30 muridnya, Bara adalah murid paling bungsu, paling di sayang, paling bandel, paling nggak bisa di atur, paling urakan, tapi juga yang paling lemah hatinya.
"Bar, Itu bukan kesalahan elu. BA juga bilang kayak gitu, dalam martial art, terluka itu biasa."
"Bukan itu masalahnya."
"Lalu ?" Nidi makin tak mengerti apa arti semua ini.
"Gw meminta BA untuk mengajarkan ketenangan sejati."
"Trus gimana ? Ehh Tunggu...., gw makin bingung apa yang sebenarnya elu ingin bilang ?"

Bara tidak menjawab pertanyaan Nidi, tapi meneruskan kata katanya kembali.
"Ketenangan sejati itu membuat elu tidak akan merasakan emosi lagi, sedikit demi sedikit akan hilang"
"Bukankah hal itu bagus, nggak enak terus terusan punya emosi...." Nidi tersenyum bahagia. Teryata cuma itu masalahnya
Bara memandang Nidi dengan serius. Nidi menghentikan senyumannya, "Apalagi yang salah ?" tanya nidi dalam hati. Bara menarik napas dalam dalam lalu menghembuskannya. Tampak dia menguatkan hatinya.
"Dulu saat aku ingat Okta aku merasa getaran yang membuat gw merasa..... ahhh, entah perasaan apa itu, bahagia atau bukan tapi perasaan yang aneh itu" Mata bara tampak bersinar saat bercerita. Nidi tersenyum dia cukup tahu apa perasaan yang di katakan Bara, cinta emang aneh kadang kadang perasaan itu aneh, bahkan tidak bisa di mengerti.
"Bukankah itu bagus, berarti elu nggak cuma memandang wanita sebagai tantangan yang elu taklukin lalu elu buang" Kata Nidi tertawa menepuk pundak Bara.
"Benar semua itu bagus..." Bara tersenyum ke arah Nidi, "Tapi apa kau melupakan satu hal." lanjut bara kemudian.
"Apa?"
"Itu dulu!" Mimik Bara menampilkan emosi yang luar biasa, entah sakit, entah perih.
Nidi tiba tiba teringat kata kata Bara tadi. "elu tidak akan merasakan emosi lagi, sedikit demi sedikit akan hilang".
"Trus hubungan elu dengan Okta ? "
"Tahukah elu kenapa gw mencoba eksis lagi ?"
"Kenapa ?" Nidi sebenarnya juga penasaran. Dia tahu benar, sejak memutuskan belajar SOF, jangankan menyentuh wanita, melihat dengan sengaja seorang wanita aja tidak pernah. Itu sudah 3 tahun yang lalu.
"Aku sudah beberapa kali melakukannya dengan beberapa wanita berbeda" Lanjut bara.
"Trus...?"
"Hauaahhahahah....ha...hahahahhahaa........" Tiba tiba bara tertawa seperti orang gila, lebih tepatnya seperti berteriak...
Nidi mengerutkan keningnya, dia blum pernah merasakan Bara tertekan seperti ini.
Tiba tiba Bara memandang Nidi, " Aku tak bisa merasakannya!!!!". Bara memalingkan mukanya memandang ke arah depan, ke arah gelap. Gelap malam yang pekat, sepekat hatinya sekarang.
Wajah Nidi berubah hebat, Emosi tak punya, Nafsu tak punya, Emangnya kau bisa punya perasaan. Nidi beranjak pergi, dia ingin menghibur tapi tak tahu bagaimana? Dulu dia gembira melihat Bara dengan antusias bercerita tentang Okta. Dia lega akhirnya Bara menemukan hatinya kembali. Tapi kembali menjadi rumit.

Nidi sudah melangkah pergi sambil mengumam lirih, "Bara.... Bara, Kenapa kau tidak memilih jalan manusia biasa saja". Meninggalkan Bara dalam sepi.

Tiba tiba Nidi membalikkan badannya, ada hal janggal yang harus ia pastikan. "Bagaimana dengan Okta ?"
"Putus....." Bara tidak membalikan badannya.
"Jadi kau menyerah....?"
"Never"
Nidi tersenyum, minimal dia telah memancing Bara, Dia tahu selamanya Bara tidak akan pernah menyerah, tidak pernah menundukkan kepalanya untuk siapapun.
"Lalu? Apa ini Bara menyerah pada kemampuannya sendiri... ?"
Bara berbalik menatap Nidi, Lalu menghela napas, "Dia tidak akan bahagia bersama diri gw."
"Darimana kau tahu....??"
Tiba tiba wajah Bara mengkerut. "Pergi....!!" kata Bara dingin.
"Elu tuh orang keras kepala dan seenak elu sendiri, elu nggak pernah mikirin apapun." teriak Nidi
"Huh...!!" Bara cuma mendengus dingin. Bara tak akan mengulangi kata katanya 2 kali, Nidi tahu benar hal ini.
Nidi kecewa, usaha terakhirnya benar benar nggak ada hasilnya. Nidi melangkah dengan gontai.

[ame="http://www.youtube.com/watch?v=Usam0gtxGIc&feature=related"]YouTube - The Fratellis- Whistle For The Choir Acoustic[/ame]
 
Last edited:
ada apa dengan okta? ada cerita dibalik cerita...

kisah ini aku pantau ah, penasaran dengan Bara dan Okta .. apa yang ada didalam rasa dari hati mereka.. dan apa sih yang menjadi gelisah si Bara yang sebenarnya
 
Last edited:
Pagi yang cerah, matahari penuh sinar, Nidi nggak biasanya bangun pagi tapi entah kenapa hari ini dia bangun. Dia ingin memastikan bagaimana keadaan Bara. Tinggal 2 hari ini Bara tinggal di rumahnya. Minimal dia harus membangun sesuatu yang baru.

Dia masih teringat 2 bulan yang lalu saat Bara dan dia pulang dari Lawu. Sebuah gunung kokoh yang banyak mengandung cerita.
Entah kenapa tiba tiba setelah Kejadian di atas gunung, tiba tiba Bara terasa berubah, jauh banget berubah. Yang paling mengejutkannya adalah saat dia menelpon si Okta.
Gara gara kejadian sepele, tiba tiba Bara marah kepada Okta, Nidi masih ingat betul masalah itu, karena berapa hari ini dia pernah dengar Bara melarang Okta memanggilnya Monyet. Sebenarnya Bara bukanlah tipe yang mudah marah gara gara hal sepele, itu bukan Bara. Meskipun di hina temannya ataupun lainnya, paling Bara akan mengambil take it easy tanpa pernah berpikir ini itu. Tapi Nidi pun tahu Bara pernah cerita tentang masa lalu yang luar biasa dengan panggilan monyet itu.

Dulu dia sempat di panggil monyet oleh beberapa orang, karena dia lari saat ketakutan gara gara di palak preman, meninggalkan temannya yang akhirnya temannya berakhir di rumah sakit.
"Hanya monyet yang melarikan diri saat teman kesulitan" kata kata itu di ucapkan oleh seseorang cewek yang di sukai Bara walaupun si wanita ini tak pernah mengetahui kepastian berita itu. Walaupun benar Bara melarikan diri tapi kisah di balik semua itu. Dan Bara tampaknya enggan bercerita tentang masalah ini. "Jangan dibahas,Salah ya salah tak perlu ada alasan lagi" Kata bara dengan tegas.
Dan sejak peristiwa hal itu Bara menyendiri di rumah, selama bertahun tahun cuma keluar saat sekolah, sampai pindah ke kota pun kebiasaan itu tetap dia lakukan, dia benar benar terpukul karena masalah temannya itu.
Sampai akhirnya dia menemukan BA, yang mengajarkannya tentang kehidupan, Bagaimana kalahpun harus layaknya satria. Bagaimana lebih baik merendah daripada harus bertarung layaknya anjing. Bagaimana cara menjadi laki laki!!.

Tapi saat Nidi tahu benar, kalau Bara marah kepada Okta bukan masalah sebutan monyet. Bara bukan laki laki seperti itu, minimal dia tahu bagaimana Bara.Bara pun sempat beberapa kali mencoba menelpon Okta, tapi bukan untuk mengejarnya kembali tapi untuk memastikan hatinya.

Sebenarnya kenapa dia tak tahu kenapa alasan Bara memutuskan hubungan dengan Okta dengan cara sepele, akhirnya dia tahu. Saat kembali dari gunung, dia tampak berbeda, tapi saat Bara datang ke situ minggu yang lalu Bara kali ini benar benar tampak berbeda, bahkan seperti langit dan bumi. Seperti bukan Bara, orang lain, dan Nidi tahu benar siapa karakter itu. BA saat dia masih blum bujangan dulu. Kejam, dingin, tak punya perasaan.

Setelah kemarin malam, akhirnya Nidi bisa menduganya secara keseluruhan, tapi untuk apa Bara memutuskan hal itu, apakah dia sudah benar benar tak punya perasaan, bahkan untuk Okta sekalipun, Nidi tak suka mengira ngira, harus memastikan karena itu dia harus calling BA. BA, dia, dan Bara adalah tipe yang sama, suka bangun siang. jam 11 adalah masih pagi bagi mereka. Karena itulah Nidi "pagi pagi" sudah menelpon BA.
"Tut... Tut...."
"Halo" Suara tenang, kalem khas BA, menyapa di seberang sana.
"Siap, Komandan. Gimana kabar ?" Tanya Nidi dengan nada riang.
"86, eh elu, ngapain pagi pagi telpon ?"
"Baru bangun komandan ? Udah makan belum nih, kalau belum gimana kalau makan bareng"
"Heulah, gaya lu, lagi banyak duit neeh... Japrem gw mana, huh ?" Japrem ( jatah preman, alias upeti, wakakkakakaaaa )
"Jiah, komandan blum apa apa udah minta Japrem?"
"Hehehhehehe, Sorry nggak bisa, gw ada kerjaan jam 12 entar."
"Nih, si gw mau nanya tentang si Otong." ( BA, tak pernah mau memanggil Bara, dengan namanya, tapi selalu manggil dengan nama Otong, karena nakalnya nggak ketulungan lagi )
"Ehh, napa si otong ?"
"Bang, kenapa sih Bara, jadi kayak gitu. Tampaknya aneh, emang beneran dia udah nggak bisa merasakan lagi? apakah ini ada hubungannya dengan Ketenangan Sejati?" Nidi bertanya dengan nada serius.
BA diam sebentar. Menarik napas bentar lalu berkata " Akhirnya dia udah sampai ke tahap itu"
"Tahap apa bang ? sebenarnya ada apa sih Bang ?
 
Last edited:
hmm kelanjutan ceritanya ditunggu :D

kritik saran dikit, kadang bahasanya "aku""elu"nya agak bentrok, mungkin bisa diperbaiki, atau memang kosa katanya disengajain begitu ya?
kadang baku formal, kadang bahasanya bebas.
so far, nice story ;)
 
@megha
Cerita ini mungkin blum ada akhirnya.. Soal ada cerita di balik cerita, Moga moga elu bisa mahamin sebenarnya lewat tulisan. Karena tipe Bara susah di pahamin. "Entar kita bahas alasan Bara memutuskan Okta", Lalu bagaimana dengan Okta, dan sedikit complicated dengan beberapa cewek. Hem... Lets flow...

@princess
Wekekekekekkekekeee

@Misa
Emang gw bikin gitu, biar nggak formal, I hate formal. Lagi pula biar ada penekanan. *ngeles*



@all
Entahlah cerita ini apakah ada akhirnya atau nggak akan tetap menjadi tanda tanya, sebelum selesai maret. Karena cerita ini berdasarkan based true story.... Dan Bara ama Okta akan bertemu maret. Jadi biarkanlah sekarang kita bicarakan sisi gelisah dari Bara, Kemudian menjawab pertanyaan dari Egha, Okta gw sendiri blum terlalu dalam mengetahui, Lets its flow with the wind...

Moga moga aja ada endingnya drama "Kisah nyata ini"
 
Last edited:
"hemmmmm...." Suara desahan BA dalam tlp di seberang sana. "Malam bisa kesini nggak ?" lanjut BA.
"Kenapa ?"
"Masalah ini nggak bisa di bicarakan dalam tlpn, Dulu dia udah gw larang untuk melatihnya, tapi ada beberapa alasan memaksanya berlatih." BA menarik napas lagi, "Jam 7 malam, oke?"
"Siap komandan"
tut tut tut, suara tlpn di tutup. Nidi menangkap nada yang terlalu dalam disini, tidak ada hal yang bisa memaksa Bara melakukan hal yang dia nggak sukai, tapi kenapa terpaksa. Apakah alasannya?
Nidi melangkah menuju dapur, mengambil kopi dan tak lupa menyalakan rokok berjalan ke arah teras depan. Blum ada apa apa dia melihat Bara dengan akrab berbicara dengan ibunya, Ibunya tampak bahagia, wajah bahagia yang tak tampak lagi sejak kematian Bapaknya.
Nidi menghela napas, "Elu adalah tipe yang membuat semua orang bahagia tapi tak ada seseorang pun membuat elu bisa tertawa bebas".
Ibunya telah pergi entah kemana, dan Wajah Bara kembali dingin tanpa perasaan lagi. Ya itulah Bara, dia bisa membuat orang lain tertawa, bahagia. Tapi perasaannya sendiri tak ada seorang pun yang bisa menebaknya. Bara melangkah ke arah teras samping, lalu kembali duduk. Seperti kemarin malam, disuasana siang yang terang benderang ini. Nidi merasa Bara dalam gelap yang tak seorang pun bisa melihatnya.

Nidi melangkah mendekati Bara, "Rokok?" sambil menawarkan sebungkus rokok, Seperti juga kemarin Bara mengambil sebatang menyalakannya dan menghisapnya. Ada banyak alasan orang merokok, ada yang buat style dan macam macam, tapi Bara merokok cuma untuk satu hal. Menghilangkan stress saat berpikir keras.

Nidi merasa Bara itu seperti lembaran terbuka, bukan orang misterius, tapi dalam keterbukaannya dia adalah orang paling misterius. Seperti buku yang terbuka tapi menarikmu untuk terus membacanya. Dan kadang kadang elu nggak tahu kemana arah buku itu menuntunmu. Penasaran dan terus terus menerus dan membuat kita menebak bagaimana sih selanjutnya. Itulah Bara.

"Gimana kerjaan elu ? " Nidi membuka suara
"Hampir complete, tahun depan udah 100% done."
Nidi merasa dalam kata kata Bara, dia lagi tak suka bicara, Kenapa dengan orang lain bisa berbicara bebas, tapi kenapa dengan teman sendiri malah sifat aslinya muncul. Justru karena mereka temanlah, Bara bisa melampiaskan semuanya perasaannya.
"Eh, gimana soal, Cinta ? tuh mojang bandung yang elu jadi TTM elu" Nidi menunjukan wajah mengoda.
"Gw putusin."
"Lho, bukannya elu ama dia cuma sex a friend ? Napa ?" Tiba tiba Nidi merasa orang paling bego, Jika orang sudah kehilangan nafsu dan emosi dan perasaan ngapain punya hal seperti itu.
Wajah Bara mengkerut. Ekpresi yang sama entah perih, entah sakit.
"Eh gimana kalau kita pergi dulu ke pantai? ampe sore trus kita meluncur ke rumah BA?" Nidi cepat mengalihkan pembicaraan. Nidi tak menunggu Bara menjawab, "ambil jaket elu, kita mandi sekalian di laut"

Pantai...
Nidi dengan asyiknya berbicara dengan Bara yang sesekali menanggapinya.
"Eh Bar, tuh ada cewek cakep ?"
Bara masih diam males berbicara, tapi tampaknya Nidi tak peduli dengan reaksi Bara.
"Gimana kalau kita bertaruh, kalau elu yang berhasil dapetin tuh cewek gw yang beliin Arak buat BA ( bukan sembarang arak tapi Vodka atau Sminorff lahh ). Kalau elu yang kalah, elu harus buatin gw website + beliin arak buat BA?"
"Nggak berminat" Jawab Bara ketus
"OHhhhh, scared?" kata Nidi sambil menunjukan ekpresi gemetaran.
Bara mengerutkan keningnya.
Nidi nggak peduli dengan reaksi Bara. "Gw tahu kok, sang penakluk telah kehilangan sentuhan. Ohhh.... gw paham kok gw ngerti kok. Aihhh tampaknya BA bilang soal elu salah besar."
Bara berpaling ke arah Nidi " Soal apa ?"
"Ya dia bilang Bara itu adalah tak akan menyerah pada apapun. Tapi ya gw tahulah kadang kadang seorang penakluk pun ada saatnya menjadi seorang kalah" Kata nidi dengan nada memaklumi.
"Apa maksudmu?" Nada bicara Bara makin tinggi.
"Berani nggak ?" Tantang Nidi.
"Deal...!!!" Bara tiba tiba melangkah menuju cewek itu.
Nidi tersenyum melihat reaksi Bara. Dia paham betul di dunia ini yang paling di hormati Bara adalah BA, cukup memancingnya dengan BA maka semua hal akan beres. Dan ini bukan masalah wanita itu cantik atau nggak ? Bagi Bara cantik atau nggak itu nggak menarik lagi. Yang menarik dari dia adalah tantangan dan pribadi dari cewek itu sendiri. "Elu tuh ama BA, sama aja. Sama sama orang yang nggak bisa melihat tantangan" kata Nidi lirih sambil tertawa lebar. Nidi sebenarnya tak peduli dengan wanita itu, lebih tepatnya tak peduli dan tak tertarik dengan wanita itu.Dia cuma ingin memancing reaksi dari Bara.
 
Last edited:
@egha

Hmmmm.. yang jadi pertanyaan gw entar salah ngenalin karakter lagi.. Bagaimanapun gw blum tahu mendalam karakter masing masing, Soalnya true story jadi perlu waktu mendalam... Tapi okelah biar gw sedikit kasih gambaran
 
maksudnya gini mas radiaku, kenalin dulu BA itu siapanya Bara, lalu Nidi itu teman dari kapan ketemunya dimana, kan belum dikenalin ;) terus gimana awal kisah bara dan okta juga belum dikasih tau, jadi biar yang baca bisa merunut ceritanya dari awal biar ngerti duduk perkara keresahan bara :D pusing ya? sama...
 
@megha

baca lagi deh atas, udah gw update di bagian atas

Karakter dalam cerita ini
Bara: Ceria, Fun, Nakal, Urakan, Paling bandel. Semuanya baginya dibuat take it easy. Tapi di balik semua itu, tiada yang tahu bagaimana perasaannya. Kadang kadang dia melakukan sesuatu yang salah di mengerti dan nggak bisa di mengerti orang lain walaupun tujuannya adalah baik tapi kadang kadang di lakukan dengan cara yang luar biasa.
Nidi pernah berkata "BA dan Bara itu sama sama susah di mengerti karena karakter mereka "dalam". BA itu dalam ketenangannnya dan kalemnya, tersembunyi sifat aslinya, Bara dalam cerianya dan tawanya, tersembunyi sifat aslinya."
Petualang jalang yang telah bosan dalam mencari arti dari cinta, sebelum bertemu Okta, dan oleh sebab tertentu dia terpaksa memutuskan Okta.

Nidi: Ramah, Baik, salah satu dari sedikit Teman bara, tangan kanan BA. Penengah, ahli strategi.

BA: Tenang, Kalem, pendiam, serius, tak ada yang tahu dalamnya BA seperti apa bahkan Bara pun masih tak mengerti bagaimana karakter BA secara utuh.

Okta : Keras kepala, dan judesnya setengah mati kalau ketemu Bara, hemm.. aneh. Padahal kepada orang lain, dia biasa aja. Kadang kadang love is weird... :p

Mungkin ada penambahan karakter.. Biarkan segini dulu ahh... :p

Soal, awal Bara dan Okta, hehehhehehehheheee bingung gw ceritainnya... :p... mesti nginget nginget lagi. Tapi lucu kok pertemuan mereka, marah marahan hampir 1 setahun trus ketemu lagi... :p wakkakakkaaaaa
 
Last edited:
Nidi melihat kejauhan, Bagaimana Wanita itu tertawa, dan Bara pun ikut tertawa. Entah kenapa tiba tiba mereka serasa akrab dalam waktu yang singkat. Tapi dari kejauhan pula Nidi bisa melihat ada kekosongan dalam mata Bara yang menyala nyala. Seperti kosong, entah kenapa sepertinya cuma dia yang tahu bagaimana perasaan Bara.
Bara kembali melangkah ke arah Nidi. Menyerahkan Secarik kertas ke tangan Nidi,terlihat tulisan "Lili - 0857xxxxxxxxx". "Kau yang beli araknya...!" Bara sambil berlalu. "Eh mau kemana ?" tanya Nidi yang melihat Bara berlalu. "Makan" ucap Bara tanpa menoleh, Nidi tersenyum mengeleng geleng kepala kemudian merobek kertas dan meremasnya lalu membuangnya ke tempat sampah. Dia tak tertarik untuk wanita saat ini.

Rumah besar, Rumah BA.
"ting tong...!!!" Suara bel di tekan Nidi and Tiba tiba si Bara kumat gilanya. "Ting ting tong ting tong ting" Suara bel berbunyi terus menerus, gara gara di tekan Bara berulang ulang.
"Krek" pintu di buka, tapi Bara masih asik dengan Belnya.
"Masuk" Suara kalem dari BA menyapa dan tak lupa tangannya mampir ke telinga si Bara. "Adehhhh...." jerit Bara kecil.
Nidi melangkah sambil menahan ketawa. Nggak ada yang berani ama BA, selain pendiam orangnya juga serius tapi si Bara, Beuh...!! Jangan tanya lagi.

Teras Belakang, Halaman yang luas.
BA sudah meneguk gelas yang 7. Nidi menemaninya, masing masing masih diam tanpa kata dan si Bara, tuh lagi mati matian pushup. Gara gara masalah Bel tadi.
"Bang sebenarnya apa yang terjadi sih ?"
BA menarik napas "Nggak banyak tapi gw nggak nyangka aja tuh bocah bisa sampai tahap ini dalam beberapa bulan aja."
"Mang kenapa Bang ?"
"Dari antara lain, dia yang paling bandel, susah di atur, dan nakal....."
"Dan yang paling lemah hatinya?" Nidi menyela kata kata BA.
BA melihat ke arah Nidi, "Tambah satu lagi, paling yang nggak berbakat."
"Heh....?" Nidi terkejut, Bara tak berbakat ?
"Bener, tapi keteguhan hati ama tekadnya patut di puji"
Nidi tersenyum, memang walaupun bandel tapi tekadnya jarang ada yang punya.
"Bang udah ya capeeeekk......!!!!" Suara Bara ngos ngosan, dia paling nggak suka suruh pushup, maklum nggak bisa pushup dan tentunya BA ngarti hal yang paling nggak di sukainya.
"Tambah 50 lagi, tong"
"Jiah abang, nggak mau...." Bara sambil terusin pushupnya.
"Huh melawan, jadiin 300 neeh tong...."
"Kagak..." Bara langsung menutup mulutnya, sambil ngomel ngomel kecil. Bisa berabe kalau 300 kali lagi.

Nidi tertawa lagi melihat hal ini.
"Bang sebenarnya gimana sih ini semua ? bisa ceritain ada apa saat malam terakhir di gunung?"
"hmmmm... Ada beberapa kisah yang gw denger dari senior gw. Tapi kalau di runut agak panjang ? males ceritainnya...."
Sambil tertawa ringan, Nidi mengeluarkan 5 botol Vodka, "Cerita di temanin ginian, Mantab nggak ?"
BA ketawa, Nidi emang paling tahu kesukaannya, "Mainkan....!"
"Tong, Abis ini langsung latihan tong. Entar gw test....!!"
"Siap....!!!" Tentu saja, Bara menjawab dengan napas hampir putus...
 
Last edited:
@megha

Nidi itu tangan kanan BA, bukan saudara seperguruan. Gurunya BA, jagoan yang tak di ketahui sampai di dimana levelnya.

BA cuma terkena angin pukulannya aja udah pingsan...

Latihan rahasia... :p
 
ih gak asik :D tapi gak apa-apa kasih tau latihannya di cerita berikutnya aja..

Oh kirain Nidi itu temen seperguruannya Bara, tuh kan megah aja gak tau, abis gak dikenalin dari awal cerita sih sama penulisnya
 
Malam hari, Malam tenang tiada bulan, 2 bulan sebelumnya, Di Lawu.
Dua orang duduk bersama
"Tong, gimana ? udah tahu khan, elu masih blum ada apa apanya di banding Rara.." BA membuka suara
"Iya bang masih jauh...." jawab Bara lirih
"Tahu nggak lu, Rara belajar sejak umur 7 tahun selama 4 jam tiap harinya, Hasilnya masih segini ini aja. Dan jangan lupa Rara termasuk cewek yang di kasih Gift + tubuhnya di sudah di cuci darah sejak kecil oleh Bapaknya."
Wajah Bara sedikit berubah, "segini gimana bang?"
"Cuma pukulan amblas, sampai 5 centi dari batu mah biasa aja tong"
Bara ketawa
"Gw berlatih SOF bukan untuk mencari kesaktian bang..."
"Huh, lagak lu tong kalau di bilangin. Elu bilang elu ingin kekuatan untuk melindungi dan mengobati. Tapi SOF elu segini mulu buat apa ? Nyembuhin batuk aja kagak bisa tong..."
Bara termenung, "Emang Rara bisa nyembuhin apa aja bang ?"
"Dengan SOF segitu mah, paling banter Aids, itupun kalau di paksa..."
Bara cuma meringis, Gila... .Latihan 13 tahun tetep cuma segitu. Bara benar benar meringis.
"Dengan kekuatan seperti itu elu ingin nyembuhin teman elu yang kena penyakit genetik ? Ngayal tong ?"
Deg... Kata kata BA benar benar menusuk hati... BA benar, waktu yang dia punya tak lebih dari 10 tahun.
"Elu bilang elu mau melindungi orang berharga buat elu ? Tapi dengan kayak gini elu cuma OMDO tong ?"
Lagi lagi Bara terdiam, dulu saat kakeknya meregang nyawa karena sakit saat itu dia cuma bisa menyaksikan dari jauh. Saat dulu masih kecil temannya di hajar preman pun dia tak bisa apa apa cuma lari dan lari.
Saat Putri, cinta pertamanya meninggal karena kankerpun dia cuma bisa melihatnya dari jauh.

Tapi sekarang beda, Bara menemukan cara untuk melawan semua itu, Dia tak ingin merasakan kehilangan untuk ketiga kalinya.
"Lalu bagaimana caranya agar aku bisa seperti Abang?, waktu gw sempit bang, nggak sampai 10 tahun."
BA tersenyum, "Bagus...! gitu donk punya semangat", Memandang Bara lalu berkata "Latihannya di giatin lagi tong...!"
"Tapi bang, Rara aja yang luar biasa basicnya, cuma segini aja selama 10 tahun." Kata Bara hampir kehilangan semangat.
BA menepuk pundak Bara. "Santai, tong latihan aja lebih keras lagi."
Tiba tiba Bara seperti sadar, dia pernah mendengar kata Senior BA, kalau BA itu melatih ketenangan sejati, agar sampai tahap ini.
"Bang, kalau Ketenangan sejati gimana bang ?" Kata Bara
BA mengerutkan keningnya "Eh, elu tahu ini darimana ?"
"Hehehehhehe, senior abang... " Kata Bara sambil nyengir...
"Jangan tong, jangan mainan yang ini tong..."
"Kenapa bang, Apakah aku tak sanggup bang?" Kata Bara kecewa.
"Bukan tong, kalau elu niat melatih ginian, elu berarti harus siap membuang hidup elu. Elu nggak akan punya nafsu, emosi, perasaan, apapun namanya itu akan hilang lalu hanya kesepian dan hampa yang akan menjadi teman sejati" Wajah BA mengerut, seperti sakit, pedih. Tentu saja, saat seperti itu di tengah keramaian pun pasti tidak ada rasanya lagi. Dan Bara menangkap hal itu.
BA mengalihkan pandangannya ke Bara, "Sanggup ?"
Bara terdiam, "Boleh gw mikirinnya dulu?"
"Heleh, Jagoan apa bukan sih? Kata kata elu bisa di pegang nggak neeh"
Bara tersentak, "Mainkan Bang...."
BA tertawa, "Good, Good, Itu baru murid gw"

"Tunggu Bang" Tiba tiba Nidi menyela cerita BA.
"Huh, apa ??? blum selesai nih?" Kata BA agak sedikit berang melihat Nidi menyela ceritanya.
"Sebenarnya apa sih Ketenangan Sejati itu Bang, kayak sadis bener?" Kata Nidi meniru kata kata Bara.
"Energi dibagi menjadi 2, Energi untuk survive dan energi untuk berkembang biak. Nah Ketenangan Sejati itu teknik untuk mengalirkan energi untuk berkembang biak dan energi untuk survive, dan menyimpannya agar di gunakan untuk nanti. Kalau biasanya kita hanya mengunakan dari energi survive yang kita push sampai titik batasnya"
"Lho bang apa hubungannya dengan emosi dan perasaan kalau gitu?"
BA tersenyum, "Energi berkembang biak ini, digunakan untuk insting berkembang biak, terjadi emosi, perasaan dan nafsu juga tanggung jawab dari energi ini."
Nidi masih mengerut, tampak bingung dengan kata kata BA.
"Seingatku, gw bukannya berkembang biak itu insting dari otak. Yang bertanggung jawab adalah otak? Bener nggak ?"
"Wew, nggak biasanya otak ente encer... hahahhahahahhhaaaa" BA ketawa, meniru kata kata yang biasa di ucapin si Bara.
"Jiah, serius neeh bang... " Nidi yang ikutan ketawa.
"Dalam berkembang biak emang urusan otak, tapi otak pun perlu energi untuk melakukan hal itu. Nah itu dia, kita putar energi untuk di simpan. Emang sih nggak semuanya bisa, 80% lah kita ambil tapi lama kelamaan pasti keambil semuanya"
"Jadi si Bara entar nggak punya nafsu? nggak punya perasaan atau emosi ?"
"Bukannya nggak punya, tapi di paksa untuk nggak punya."
"Jadi entar si Bara nggak bakalan punya anak ?"
"Ya nggak lah Nid, tinggal entar ada tekniknya untuk menyuplainya, walaupun itu cuma bentar lalu akan tertutup lagi"
"Trus kalau soal calon untuk si Bara gimana ? Mang mau jodohin gitu ?"
"Terserah, mau beli ? Di jodohin ? bayi tabung atau terserah lah, Yang penting punya anak khan ?"
"Beli ?" Mengkerut kening Nidi
BA tersenyum, sebuah kalimat singkat dari mulut BA, "Apapun bisa di beli dengan uang!"
Sebuah kata kata singkat yang akan membuat semua mulut terbungkam.
Nidi terdiam dengan semua fakta ini.
"Bang, mungkin abang lupa satu hal bang, Bara sekarang depresi?"
"Kenapa ?"
"Dia punya perasaan bang....." Lalu Nidi menceritakan Okta dan Bara.

"Trus kenapa nid ?Cinta itu cuma reaksi dari Energi Berkembang biak bersama instingnya" Kata BA tetep dingin.
"Tapi tak berhak kah, Bara menikmati perasaan itu?"
"Setiap pilihan ada harganya, Nid?"
"Bang, Bara memilih seperti itu demi Abang. Yang paling di hormatinya di dunia ini adalah Abang. Dia bisa membuat Abang bangga adalah sesuatu hal yang tak ternilai harganya bang. Bahkan dia pernah Marah cuma gara gara si Irma berkata jelek tentang abang.
"Lalu ?"
"Tapi Bang, apakah dia harus seperti abang dulu?"
"Maksudmu ? "
"Please bang, Biarkan dia memilih jalan hidupnya. Toh sekalipun dia gagal dia bisa mengulang teknik ini dari awal?"
"Tapi bagaimana dengan temannya ?"
"Sesingkat apapun hidup itu kalau berarti maka semua itu berarti"
"Si otong tak ingin kehilangan untuk lagi dan gw yakin dia mungkin tak setuju?"
Nidi tersenyum, "Bang, mungkin benar Bara lama kalau mempelajari sesuatu. Tapi jangan lupa dia adalah Bara yang kita kenal. Dia pasti bisa dengan latihan biasapun gw rasa dia bisa karena keteguhan hati. Setuju atau tidak biarkan dia bertemu Okta dulu. Lalu biarkan dia memilih ? tentunya biarkan dia punya perasaan dulu"
"Tapi..."
"Bang, sekali ini aja bang. Lakukan demi gw dan Bara. Gw nggak ingin dalam sisa hidupnya dia menyesal karena tak pernah tahu perasaannya mereka"
 
Last edited:
BA menghela napas, "Tapi nid, Bara udah mulai Ketenangan sejati, Cuma bisa berhenti kalau dia sudah menguasai 7 tahap berikutnya".
"Kapan 7 tahap berikutnya itu Bang ?"
"Secara hitungan kasar, 50 tahun lagi"
Nidi terdiam.... "Apakah nggak bisa dengan cara lain bang ?"
"Kagak...."
"Lalu bagaimana dengan abang, seingatku abang nggak berubah karena sudah melewati tahap Ketenangan Sejati ini khan bang?"
"Gw beda..."
"Beda gimana bang ?"
"Dulu Guru gw yang menghentikan prosesnya dan mengembalikan energinya" Kata BA dengan wajah cerah.
"Lalu apa masalahnya, Abang khan sebagai Gurunya Bara tinggal melakukan hal yang sama buat Bara"
"Beda"
"Beda lagi, apanya yang beda?" Nidi bingung
"Guru itu udah melewati tahap yang "beyond our imagination"."
"Lalu abang...?" Nidi udah melihat BA itu mencapai tahap luar biasa. Menghancurkan Batu sampai menjadi bubuk bukanlah kerjaan manusia biasa.
BA mendesah, " Gw...???...." mengelengkan kepalanya.
BA menatap Nidi dengan serius, "Langit dengan Bumi, itulah bedanya"
Wajah nidi berubah luar biasa, Sebenarnya Gurunya BA itu seperti apa ? Dan harapan terakhirnya hilang sudah.
"Apakah benar benar tak bisa di usahakan bang ?" Tanya nidi dengan nada sedih
BA berpikir sebentar, wajahnya berubah gembira tapi tiba tiba berubah sedih lagi.
"Gimana bang ?"
"Bisa aja tapi mending tak usah ajalah"
Berbinar wajah Nidi, masih ada harapan. "Bagaimana bang ? Ayolah bang gw mohon..?"
"Nid, tapi Bara akan kehilangan setengah dari latihannya selama ini"
"Nggak apa apa bang" Kata nidi ringan.
Tiba tiba wajah BA berubah menjadi kereng, "Nggak papa gimana ? Ada yang sampai bertahun tahun sampai tahap ini aja belum mampu, dan elu bilang nggak papa. Tahu nggak lu nad, bagi yang belajar SOF jauh lebih menyakitkan kehilangan SOF daripada kehilangan apapun. Tangan maupun tubuh elu akan menurun drastis tiap harinya"
Nidi terdiam, dia tak tahu apapun tentang hal ini. Diapun tak menyangka akan seperti ini. Keduanya terdiam, hanya suara napas ngos ngosan dari Bara yang agak jauh di sana.

"Tapi bang apakah bisa kembali lagi ?" Nidi dengan hati hati bertanya
"Tinggal kekerasan hatinya dia lagi...."
"Maka tak akan ada masalah, Bara adalah Bara selama hidup dia tak akan menyerah pada apapun. Dia Bara kita bang..." Sambil wajah Nidi terlihat cerah.
"Benarkah?"
"Pasti, Percayalah ama Bara bang....!" Nidi dengan nada yakin, penuh percaya diri. Karena dia percaya ama Bara.
"Baik tetepkan seperti itu" BA meneguk arak dalam gelasnya lalu melangkah berdiri.

"Tong, udah cukup...." Kata BA saat di samping Bara.
Bara menghentikan latihannya.
"Udah punya keyakinan nahan pukulan gw ? "
"2 Pukulan" Kata Bara dengan percaya diri.
"Bagus.... Mulai...." Tiba tiba BA melancarkan Tapak Peremuk Tulang andalannya
Bara tentu saja kaget setengah mati, tanpa aba aba langsung di serang. Bara memutar tubuhnya menyamping kiri menghadapi serangan langsung BA dengan tubuhnya sebelah kiri lalu mengejangkan tangan kiri dan membentuk siku V sambil mendekatkan tangannya ke arah tubuhnya, tujuannya meminimalisir serangan BA.
Tak usah di bahas lagi, Bara langsung mencelat 2 meter, begitu sampai tanah Bara langsung menendang tanah dan meloncat arah belakang.
"Bagus pukulan pertama....."
Bara tersenyum sebentar, masih ada 1 pukulan lagi. Saat itu tangan kirinya seperti tak bisa di gerakan lagi. Gemetaran, di gerakkan sedikit aja terasa menyakitkan.
Bara merubah sikapnya menjadi sikap netral berdiri tegak, mengatur napas lalu memejamkan mata sebentar. Lalu membuka mata lagi, Bara berdiri tegap , menyampingkan tubuhnya, membuat siku tangan kirinya ke arah depan lalu sedikit menurunkan pundaknya. Posisi pembukaan dari tapak peremuk tulang.
BA tersenyum, dia melihat bara akan langsung menyerangnya dari depan. "Siap tong...." BA langsung meloncat ke arah Bara.

Tapak Peremuk Tulang vs Tapak Peremuk Tulang
Tapak BA datang lebih dulu, Bara belakangannya. Kedua telapak bertemu. "Bukkk...." Bara terpental lagi. Saat tubuh Bara masih di udara, dengan gerakan luar biasa cepatnya, BA sudah ada di samping Bara lalu melancarkan 8 kali serangan tanpa henti.
Bara muntah darah....Pingsan..... langsung di tangkap BA. Lalu mengangkatnya dalam pundaknya. Melangkah ke arah Nidi.
"Pastikan Hal ini tidak sia sia" Kata BA ke Nidi
"Pasti..."
BA melangkah pergi menaruh Bara dalam ruangan tengah. Lalu mabuk mabukan bersama Nidi.
 
Where story is Begin.....

Where story is Begin.....

Matahari udah tinggi. Tiba tiba Bara terbangun, "ehhh kok aku di ruang tengah ?". BA dan Nidi masih tertidur di samping sana. Aroma Alkohol masih menyengat hidung. Yang terakhir di ingat Bara adalah Saat menghadapi BA secara langsung, dan tiba tiba gelap.

Bara menuju ke kamar mandi. Mandi lalu melakukan hal rutinnya. Latihan....
Baru saja Bara duduk bersila di halaman belakang, "Tong, sini bentar...." BA sudah berada di pintu belakang.
Bara bangkit menuju ke arah BA. "Elu kapan ke jakarta ? "Tanya BA.
"Maret tanggal 12an sampai 13an tapi itu cuma mampir sebentar. Gw khan berangkat ke bogornya lewat sono, soalnya dari bandung lebih jauh."
"Ohhh entar disana elu cariin gw guci arak...."
"Guci arak ? Mang ada disana ?"
"Ada, coba cari.... Murid elu khan banyak disono, Nah elu cariin dah... Abis itu elu mampir ke cirebon"
"Ahhh nggak ahhh bang, repot"
"Nggak ada toleransi, harus ini. Wajib" BA dengan nada serius
"Siap, Komandan...."

"Ohh iya tong, sebelum elu kesini lagi, elu nggak boleh latihan biasa. Pake teknik ini tong...." BA mempraktekkan beberapa gerakan.
"Kenapa bang ?"
"Buat mantepin energinya doank tong... N jangan berkelahi untuk beberapa saat ini. Mending elu pura pura jatuh aja tong.."
"Lho kenapa bang ?"
"Laki laki yang bisa menahan diri dan menahan sakit adalah baru bisa di sebut jagoan..... Test seberapa lama kesabaran elu tong"
Bara terdiam, dia masih ingat ketika BA di palak preman dan di hajar sampai jatuh. Tidak ada balasan apapun, Dia masih bertanya kenapa ? hal itu terjadi. Kemudian seniornya yang memberitahu, "Karena di dunia ini sudah jarang yang bisa membuat BA turun tangan dan kesabaran BA pun luar biasa"
Sejak saat itu Bara ingin seperti BA. Tentunya Bara tak tahu kalau aliran darahnya agak sedikit membalik dan kehilangan setengah dari latihannya.

"SIAP, ....." Kata Bara dengan semangat.
Hari itu di habisin buat jalan jalan bersama. Tentu saja ke Gunung, BA sangat suka gunung.


Malam hari rumah Nidi.
Dan entahlah tiba tiba hari itu Bara rindu, Okta, Irma, Bahkan sedikit melankolis.
"Udah temuin aja si Okta, lalu pastiin hati elu" Kata Nidi membangunkan Bara dari lamunannya.
 
Last edited:
Tidak seperti kemarin, kali ini bara tertawa mendengar seloroh Nidi. Dan entah kenapa tiba tiba Bara merasa lain akan dirinya sendiri, Dia merasa lebih hidup. Lebih bebas, lebih beremosi.
"Aku tak punya waktu...." Suara Bara di buat dingin tapi Nidi tahu benar bagaimana Bara.
"Tak punya waktu atau tak punya nyali...." Sindir Nidi sambil menyerahkan Kopi ke arah Bara.
"Maksudmu....???" Nada Bara sedikit meninggi
Nidi cuma tertawa...
"Ya temui donk... Kalau gitu.. ?"
Bara terkesan bimbang.
"Tapi aku tak tahu kapan ke jakarta?"
"Lho seingatku BA nyuruh elu cariin guci arak di jakarta khan...?"
"Iya, tapi gw nginep dimana ?"
"Kamarnya Okta donk...." Cetus Nidi sambil tertawa lebar...
"Buset....Itu khan kamar cewek, elu kira gw laki laki mesum....?"
"Lho emangnya bukan ?" Kata Nidi sambil berpura pura terkejut.
"Sialan...." Mereka berdua tertawa lebar.
"Ehhh, emang beda Okta itu gimana sih ? " Tanya Nidi tiba tiba
"Beda apa?"
"Ya, kata lu si Okta itu beda. Beda apanya? Apa dia punya 4 payudara? atau gimana ?"
"Buset dah elu kira dia siluman ?"
"Ya sapa tahu aja....."
"Okta itu beda............" Bara berhenti sebentar,Tiba tiba Bara bingung memikirkan hal itu. Apa sih yang membuat Okta itu beda.
 
Back
Top