emansipasi
New member
Skandal hubungan menyimpang antara laki-laki dan perempuan di luar ikatan pernikahan bukan hanya menjadi monopoli kaum terkenal. Banyak kasus, masyarakat umum juga melakukan hal serupa. Namun tentu pemberitaan skandal yang melibatkan mereka tidak mendapatkan porsi yang besar sebagaimana skandal para selebritas sehingga sorotan kepada selebritas mendapatkan porsi lebih besar.
Hubungan diluar pernikahan baik yang dilakukan pasangan lajang maupun yang sudah menikah atau telah memiliki pasangan resmi bagi masyarakat umum adalah penyakit sosial. Perilaku itu akan lebih mendapatkan sorotan ketika terjadi di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi norma moral, sosial, dan keagamaan yang kuat seperti di Indonesia. Masyarakat pun akan cepat terpancing untuk merespons-hal demikian. Hubungan di luar nikah akan lebih mendapatkan sorotan jika salah satu atau kedua pelakunya adalah Orang yang sudah menikah atau berarti perselingkuhan.
Walaupun peristiwa perselingkuhan dilakukan oleh dua pthak, laki-laki dan perempuan, sering kali perempuan menjadi pihak yang paling disalahkan. Cap sebagai penggoda atau perebut suami orang pun sering dialamatkan kepada pihak perempuan. Bahkan sang istri dan peselingkuh juga lebih sering menyalahkan pasangan selingkuh suaminya. Sementara kepada suami sendiri mereka kadang memaafkan atau tidak berani menimpakan kesalahan.
Pada akhir Mei lalu misalnya, istri seorang anggota DPRD Maluku menggerebek suaminya yang kepergok sedang berselingkuh di Jakarta . Dengan membawa sejumlah wartawan elektronik dan pihak kepolisian, sang istri langsung melabrak selingkuhan suaminya. Ketika mendapati suaminya berselingkuh. dia berusaha keras memukul pasangan selingkuh suaminya. Sementara kepada suaminya terlihat tidak menunjukkan kemarahan yang keras dibandingkan kepada pasangan selingkuhannya. Bahkan tidak terlihat usaha untuk bertindak kasar kepada suaminya yang sebenarnya adalah aktor utama perselingkuhan.
Sejumlah kasus lain juga sering memperlihatkan hal yang sama. Beberapa tahun lalu sempat terkuak perselingkuhan seorang artis Cut Memey dengan seorang pengusaha bernama Jacksen Terlepas dari kesalahan yang dilakukan sang artis, seharusnya pihak laki-laki juga minimal harus menanggung kesalahan yang sama sehingga dia harus pula dipersalahkan dan mendapatkan hukuman sosial yang sama.
Namun rupanya sering sekali masyarakat memberikan hukuman sosial yang lebih keras kepada pihak perempuan. Bahkan sang istri dan pelaku selingkuh juga memberikan pembelaan kepada suaminya dan hanya menyalahkan pasangan selingkuhnya.
Kaum perempuan tampaknya sering sekali menerima atau malah menanggung kesalahan sepenuhnya. Bahkan sering sekali mereka dianggap sebagai kaum yang bersalah ketika ada godaan atau pelecehan seksual yang terjadi kepada mereka. Dalam sejumlah pelecehan seksual yang terjadi baik di tempat terbuka maupun tertutup, perempuan sering dipersalahkan. Bahkan, sering sekali muncul komentar miring seperti “salah sendiri pakai baju ketat”, “salah siapa tidak menutup aurat”, dan komentar-komentar lain. Komentar ini bahkan bukan hanya dilontarkan kaum laki-laki, tetapi juga oleh kaum perempuan itu sendiri sehingga timbul logika bahwa hanya penampilan si perempuan yang mengundang bencana itu.
Sumber : Sindo
Hubungan diluar pernikahan baik yang dilakukan pasangan lajang maupun yang sudah menikah atau telah memiliki pasangan resmi bagi masyarakat umum adalah penyakit sosial. Perilaku itu akan lebih mendapatkan sorotan ketika terjadi di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi norma moral, sosial, dan keagamaan yang kuat seperti di Indonesia. Masyarakat pun akan cepat terpancing untuk merespons-hal demikian. Hubungan di luar nikah akan lebih mendapatkan sorotan jika salah satu atau kedua pelakunya adalah Orang yang sudah menikah atau berarti perselingkuhan.
Walaupun peristiwa perselingkuhan dilakukan oleh dua pthak, laki-laki dan perempuan, sering kali perempuan menjadi pihak yang paling disalahkan. Cap sebagai penggoda atau perebut suami orang pun sering dialamatkan kepada pihak perempuan. Bahkan sang istri dan peselingkuh juga lebih sering menyalahkan pasangan selingkuh suaminya. Sementara kepada suami sendiri mereka kadang memaafkan atau tidak berani menimpakan kesalahan.
Pada akhir Mei lalu misalnya, istri seorang anggota DPRD Maluku menggerebek suaminya yang kepergok sedang berselingkuh di Jakarta . Dengan membawa sejumlah wartawan elektronik dan pihak kepolisian, sang istri langsung melabrak selingkuhan suaminya. Ketika mendapati suaminya berselingkuh. dia berusaha keras memukul pasangan selingkuh suaminya. Sementara kepada suaminya terlihat tidak menunjukkan kemarahan yang keras dibandingkan kepada pasangan selingkuhannya. Bahkan tidak terlihat usaha untuk bertindak kasar kepada suaminya yang sebenarnya adalah aktor utama perselingkuhan.
Sejumlah kasus lain juga sering memperlihatkan hal yang sama. Beberapa tahun lalu sempat terkuak perselingkuhan seorang artis Cut Memey dengan seorang pengusaha bernama Jacksen Terlepas dari kesalahan yang dilakukan sang artis, seharusnya pihak laki-laki juga minimal harus menanggung kesalahan yang sama sehingga dia harus pula dipersalahkan dan mendapatkan hukuman sosial yang sama.
Namun rupanya sering sekali masyarakat memberikan hukuman sosial yang lebih keras kepada pihak perempuan. Bahkan sang istri dan pelaku selingkuh juga memberikan pembelaan kepada suaminya dan hanya menyalahkan pasangan selingkuhnya.
Kaum perempuan tampaknya sering sekali menerima atau malah menanggung kesalahan sepenuhnya. Bahkan sering sekali mereka dianggap sebagai kaum yang bersalah ketika ada godaan atau pelecehan seksual yang terjadi kepada mereka. Dalam sejumlah pelecehan seksual yang terjadi baik di tempat terbuka maupun tertutup, perempuan sering dipersalahkan. Bahkan, sering sekali muncul komentar miring seperti “salah sendiri pakai baju ketat”, “salah siapa tidak menutup aurat”, dan komentar-komentar lain. Komentar ini bahkan bukan hanya dilontarkan kaum laki-laki, tetapi juga oleh kaum perempuan itu sendiri sehingga timbul logika bahwa hanya penampilan si perempuan yang mengundang bencana itu.
Sumber : Sindo