alfinfafaz1
New member
Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang Selamat datang di Lahiya, situs (blog) sederhana yang berbagi ilmu dan pengetahuan dengan penuh keikhlasan. Dan, pada kesempatan kali ini, kami bakal sharing pengetahuan mengenai Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang, dan gak perlu lama-lama lagi, langsung saja kita masuk ke pembahasannya, ya.
Peran Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapangan Pandang Penglihatan
Lapangan pandang adalah lapangan penglihatan yang terlihat tanpa menggerakkan kepala. Secara teori, lapangan pandang semestinya berupa bundar, namun sesungguhnya terpotong oleh hidung di bagian tengah serta atap orbita di bagian atas. Lapangan pandang dipetakan untuk mendiagnosis penyakit neurologik.
Pada saat sinar masuk, separuh lapangan pandang kanan bakal masuk ke kedua mata (retina mata kanan bagian medial serta retina mata kiri bagian lateral). Begitu juga dengan separuh lapangan pandang kiri bakal masuk ke retina mata kiri bagian medial serta retina mata kanan bagian lateral. Lantas sesudah di terima di retina, informasi bakal disalurkan ke saraf optikus serta bakal mengalami persilangan pada kaisma optikum yang terdapat dibawah hipotalamus. Didalam kiasma optikum, serat-serat saraf sisi medial retina bakal menyebrang ke segi kontralateral, sedangkan sisi lateral tetap pada sisinya. Berikutnya informasi dibawa ke traktus optikus serta paling akhir ke otak.
Lesi yang terjadi pada kiasma optikum seperti tumor hipofisis bakal mengakibatkan kerusakan pada serat-serat kedua hemiretina nasal (serat saraf sisi medial) hingga mengakibatkan hemianopia heteronim (buta-separuh pada beberapa segi berlawanan dari kedua lapangan pandang).
Refleks pupil
Pupil adalah lubang berupa bundar di bagian tengah iris sebagai tempat masuknya sinar ke anterior mata. Pupil normal memiliki diameter berkisar antara 2 hingga 6 mm dengan rata-rata diameternya yaitu 3, 5 mm. Tidak seluruh individu yang sehat mempunyai diameter pupil yang sama. Ukuran pupil bisa dikontrol serta disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima banyak sinar masuk ke mata. Pupil yang sempit disebut dengan miosis serta pupil yang lebar disebut dengan midriasis. Dalam kondisi nyeri, takut serta cemas bakal terjadi midriasis. Sedangkan dalam kondisi tidur, tekanan intrakranial tinggi, serta koma bisa terjadi miosis. Miosis dapat juga terjadi sebagai tanda paralisis saraf simpatetik sisi torakal atas serta midriasis akibat paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi saraf simpatetik sisi torakal atas.
Iris memiliki kandungan dua anyaman otot polos yakni satu sirkular (seratnya berjalan seperti cincin didalam iris) serta satu radial (seratnya seperti jari-jari sepeda yakni menghadap keluar dari pinggir pupil). Pupil jadi lebih kecil ketika otot sirkular (konstriktor) berkontraksi lantaran serat ototnya memendek. Kontriksi ini terjadi pada kondisi yang sinarnya jelas hingga bisa mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata. Jika otot radial berkontraksi, ukuran pupil jadi besar. Otot radial miliki sifat dilator. Dilatasi pupil terjadi ketika cahaya sinar sedikit hingga jumlah sinar yang masuk ke mata akan lebih banyak. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf otonom. Otot sirkular untuk konstriksi pupil oleh saraf parasimpatis, sedangkan otot radial untuk dilatasi pupil oleh saraf simpatis.
Untuk melihat adanya tidaknya refleks pupil, kita lakukan kontrol fisik. Respon pupil diperiksa pada sinar serta akomodasi. Respon pupil pada sinar bisa dilakukan dengan memakai senter. Pemberian rangsang sinar tersebut bakal bikin kontriksi cepat dari pupil itu serta respon stimultan dari pupil yang satunya lagi (masing-masing disebut dengan refleks sinar langsung serta konsensual). Pada kontrol akomodasi, pupil bakal berkontriksi bila lihat suatu hal yang dekat (fokus benda dipindahkan dari jarak jauh ke dekat).
Lesi pada jaras refleks pupil bisa digolongkan jadi defek aferen serta defek deferen. Defek pupil aferen relatif bisa dipertunjukkan dengan memakai tes swinging torch/sinar berayun yakni dengan menyinari secara berulang mata yang terkena kemudian mata yang sehat. Saat sinar mengenai mata yang sehat, kedua pupil bakal berkontriksi. Tetapi pada saat sinar mengenai mata yang terkena, kedua pupil berdilatasi. Ini dipicu oleh lemahnya refleks pupil langsung pada pupil yang terkena hingga bakal diimbangi oleh penghentian stimulus dari mata normal yang bakal bikin dilatasi konsensual. Defek pupil eferen, pada ketika sinar mengenai mata yang terkena, tidak ada respon apa-apa, baik sinar langsung ataupun yang konsensual.
Ada dua sindrom pupil yang amat terkenal, yakni:
Pupil Argyll Robertson. Pupil kecil serta tidak beraturan dengan respon akomodasi baik tetapi refleks sinar mengalami penurunan serta sekalipun tidak ada. Umumnya keadaan ini bersifat bilateral.
Pupil miotonik. Dilatasi pupil terganggu, refleks sinar terganggu, kontriksi amat lambat ketika melihat dekat. Keadaan ini bersifat benigna serta bisa jadi bilateral, atau mungkin saja terkait dengan tiadanya refleks dari tendon (sindrom Holmes-Adie).
Peran Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapangan Pandang Penglihatan
Lapangan pandang adalah lapangan penglihatan yang terlihat tanpa menggerakkan kepala. Secara teori, lapangan pandang semestinya berupa bundar, namun sesungguhnya terpotong oleh hidung di bagian tengah serta atap orbita di bagian atas. Lapangan pandang dipetakan untuk mendiagnosis penyakit neurologik.
Pada saat sinar masuk, separuh lapangan pandang kanan bakal masuk ke kedua mata (retina mata kanan bagian medial serta retina mata kiri bagian lateral). Begitu juga dengan separuh lapangan pandang kiri bakal masuk ke retina mata kiri bagian medial serta retina mata kanan bagian lateral. Lantas sesudah di terima di retina, informasi bakal disalurkan ke saraf optikus serta bakal mengalami persilangan pada kaisma optikum yang terdapat dibawah hipotalamus. Didalam kiasma optikum, serat-serat saraf sisi medial retina bakal menyebrang ke segi kontralateral, sedangkan sisi lateral tetap pada sisinya. Berikutnya informasi dibawa ke traktus optikus serta paling akhir ke otak.
Lesi yang terjadi pada kiasma optikum seperti tumor hipofisis bakal mengakibatkan kerusakan pada serat-serat kedua hemiretina nasal (serat saraf sisi medial) hingga mengakibatkan hemianopia heteronim (buta-separuh pada beberapa segi berlawanan dari kedua lapangan pandang).
Refleks pupil
Pupil adalah lubang berupa bundar di bagian tengah iris sebagai tempat masuknya sinar ke anterior mata. Pupil normal memiliki diameter berkisar antara 2 hingga 6 mm dengan rata-rata diameternya yaitu 3, 5 mm. Tidak seluruh individu yang sehat mempunyai diameter pupil yang sama. Ukuran pupil bisa dikontrol serta disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima banyak sinar masuk ke mata. Pupil yang sempit disebut dengan miosis serta pupil yang lebar disebut dengan midriasis. Dalam kondisi nyeri, takut serta cemas bakal terjadi midriasis. Sedangkan dalam kondisi tidur, tekanan intrakranial tinggi, serta koma bisa terjadi miosis. Miosis dapat juga terjadi sebagai tanda paralisis saraf simpatetik sisi torakal atas serta midriasis akibat paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi saraf simpatetik sisi torakal atas.
Iris memiliki kandungan dua anyaman otot polos yakni satu sirkular (seratnya berjalan seperti cincin didalam iris) serta satu radial (seratnya seperti jari-jari sepeda yakni menghadap keluar dari pinggir pupil). Pupil jadi lebih kecil ketika otot sirkular (konstriktor) berkontraksi lantaran serat ototnya memendek. Kontriksi ini terjadi pada kondisi yang sinarnya jelas hingga bisa mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata. Jika otot radial berkontraksi, ukuran pupil jadi besar. Otot radial miliki sifat dilator. Dilatasi pupil terjadi ketika cahaya sinar sedikit hingga jumlah sinar yang masuk ke mata akan lebih banyak. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf otonom. Otot sirkular untuk konstriksi pupil oleh saraf parasimpatis, sedangkan otot radial untuk dilatasi pupil oleh saraf simpatis.
Untuk melihat adanya tidaknya refleks pupil, kita lakukan kontrol fisik. Respon pupil diperiksa pada sinar serta akomodasi. Respon pupil pada sinar bisa dilakukan dengan memakai senter. Pemberian rangsang sinar tersebut bakal bikin kontriksi cepat dari pupil itu serta respon stimultan dari pupil yang satunya lagi (masing-masing disebut dengan refleks sinar langsung serta konsensual). Pada kontrol akomodasi, pupil bakal berkontriksi bila lihat suatu hal yang dekat (fokus benda dipindahkan dari jarak jauh ke dekat).
Lesi pada jaras refleks pupil bisa digolongkan jadi defek aferen serta defek deferen. Defek pupil aferen relatif bisa dipertunjukkan dengan memakai tes swinging torch/sinar berayun yakni dengan menyinari secara berulang mata yang terkena kemudian mata yang sehat. Saat sinar mengenai mata yang sehat, kedua pupil bakal berkontriksi. Tetapi pada saat sinar mengenai mata yang terkena, kedua pupil berdilatasi. Ini dipicu oleh lemahnya refleks pupil langsung pada pupil yang terkena hingga bakal diimbangi oleh penghentian stimulus dari mata normal yang bakal bikin dilatasi konsensual. Defek pupil eferen, pada ketika sinar mengenai mata yang terkena, tidak ada respon apa-apa, baik sinar langsung ataupun yang konsensual.
Ada dua sindrom pupil yang amat terkenal, yakni:
Pupil Argyll Robertson. Pupil kecil serta tidak beraturan dengan respon akomodasi baik tetapi refleks sinar mengalami penurunan serta sekalipun tidak ada. Umumnya keadaan ini bersifat bilateral.
Pupil miotonik. Dilatasi pupil terganggu, refleks sinar terganggu, kontriksi amat lambat ketika melihat dekat. Keadaan ini bersifat benigna serta bisa jadi bilateral, atau mungkin saja terkait dengan tiadanya refleks dari tendon (sindrom Holmes-Adie).