Kunjungan Bhikkhu Bodhi

singthung

New member
Kunjungan Bhikkhu Bodhi ke Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya

bodhi1.jpg

Pada awal bulan Oktober 2002, staf Redaksi Majalah Dhammacakka berkesempatan bertemu Bhante Bodhi saat beliau mengunjungi Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, ditemani oleh Bapak Merta Ada dan Bapak Agus Wiyono. Beliau sempat berbincang-bincang dengan Y.M. Sukhemo Mahathera, Y. M.Pa??avaro Mahathera, dan bertemu Bapak Cornelis Wowor, M.A, di perpustakaan Narada.

Pada kesempatan terpisah, staf redaksi melakukan wawancara dengan beliau di Vihara Mahavihara Graha Pusat.

Setelah mengikuti sekilas riwayat hidup Bhikkhu Bodhi pada bagian tokoh-tokoh Buddhis, saudara juga dapat mengikuti cuplikan singkat wawancara staf redaksi Majalah Dhammacakka dengan beliau.

Di mana dan kapan Bhante lahir, dan berasal dari mana?

Saya lahir di New York City, pada tahun 1944, dari keturunan Yahudi.

Bagaimana Bhante bisa mengenal agama Buddha?

Saya mulai mengenal agama Buddha melalui toko-toko buku saat berumur sekitar 21 tahun. Di mana saat itu saya sedang mencari buku-buku yang berhubungan dengan spritual maupun filosofi kehidupan, dan timbul keingintahuan terhadap agama Buddha. Beberapa buku yang tulis oleh D.T. Suzuki dan Alan Watts merupakan buku-buku dimulainya saya tertarik pada agama Buddha. Dan beberapa tahun kemudian tepatnya sekitar tahun 1966, saya melanjutkan sekolah di Claremont Graduate School di California, dan di sana saya bertemu dengan seorang bhikkhu dari Vietnam, bernama Thick Thien An. Saya menjadi akrab dengan bhikkhu tersebut dan mulai meminta petunjuk meditasi dan ajaran agama Buddha.

Beberapa bulan kemudian saya tanya apakah saya dapat menjadi seperti beliau, bhikkhu itu menjawab tidak dan harus menjadi samenera terlebih dahulu. Saya ditasbihkan menjadi samanera dalam tradisi Mahayana pada tahun 1967 dan tinggal bersamanya hingga tahun 1970 sebelum beliau balik ke Vietnam. Pada tahun 1971, saya bertemu beberapa bhikkhu dari Sri Lanka yang singgah di Los Angelas, salah satu di antaranya adalah Bhikkhu Piyadassi. Beliau menyarankan kepada saya untuk dapat mengujungi Sri Lanka, dan akan membantu mengatur untuk tujuan itu.

Beberapa waktu kemudian, saya memutuskan untuk berangkat ke Sri Lanka, saya menulis surat kepada Bhikkhu Piyadassi dan menyampaikan maksud saya, dan menanyakan apakah dia bisa merekomendasikan suatu tempat agar saya dapat ditasbihkan menjadi bhikkhu dan belajar ajaran Buddha. Beliau merekomendasikan Bhikkhu Balangoda Ananda Maitreya. Kemudian pada tahun 1972, saya meninggalkan Amerika Serikat. Sebelum ke Srilanka, saya melewati Thailand dan tinggal selama satu minggu di Wat Pleng Vipassana, kemudian mengunjungi Bhikkhu Thick Thien An dan tinggal selama 2 bulan di Vietnam, lalu dari Vietnam saya ke Srilanka. Pada tahun 1972, saya ditasbihkan menjadi samenera dalam tradisi Theravada, dan pada bulan mei 1973 ditasbihkan menjadi Bhikkhu.

Bagaimana reaksi orang-orang di sekitar Bhante, khususnya orangtua saat mengetahui Bhante menjadi seorang Bhikkhu?

Seperti umumnya kota-kota besar, di New York orang tidak terlalu mau mencampuri urusan orang lain sehingga tidak ada masalah dengan itu. Tapi tidak demikian dengan orangtua saya, mereka sangat kecewa, dan sulit untuk menerimanya. Ibu saya meninggal beberapa tahun yang lalu dan tetap sulit menerima kenyataan itu, sedangkan ayah saya masih hidup dan lebih bisa menerimanya.

bodhi2.jpg

Bagaimana pandangan Bhante terhadap ajaran lain dan menjadi tertarik dengan agama Buddha?

Ya, dalam ajaran lain yang penting adalah kita harus `percaya' (blind-faith), tanpa memberikan alasan-alasan yang jelas, sedangkan dalam ajaran Buddha diajarkan hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkan bagaimana meningkatkan kualitas pikiran kita. Di dalam agama Buddha, kita dituntut untuk tidak mudah `percaya', kita diajarkan untuk bertanya, menyelidiki dan menguji kebenaran ajarannya.

Bagaimana pandangan Bhante bahwa komunitas buddhis sering dianggap percaya takhayul, khususnya di Asia?

Kita mengetahui, bahwa agama Buddha sudah ada berpuluh-puluh abad yang lalu dan sudah bercampur dengan tradisi-tradisi setempat, mereka umumnya beragama Buddha karena mengikuti tradisi secara turun-temurun. Mengetahui dan menjalankan ajaran Buddha hanya dari sisi ritual saja, sama sekali tidak mengerti ajaran Buddha. Sehingga masih mempraktikkan berbagai tradisi yang sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Buddha.

bodhi3.jpg

Bagaimana caranya kita dapat menghilangkan pandangan seperti itu terhadap agama Buddha?

Di antaranya dapat dilakukan dengan meningkatkan lebih banyak umat Buddha yang berpendidikan, meng-ekspolarasi dengan sungguh-sungguh agama Buddha, dan kita harus dapat menjelaskan kepada mereka ajaran agama Buddha yang sesungguhnya. Dan lebih jauh lagi, saat ini banyak sekali misionaris agama lain yang terlalu agresif untuk menyebarkan ajaran agamanya. Dapatlah diambil contoh, di Sri Lanka, terdapat sekelompok agama `non-Buddhis' yang melakukan survey dan penelitian terhadap daerah-daerah miskin untuk dapat dimasukkan ajaran mereka. Para misionaris mencoba memberikan manfaat material, dengan tujuan agar orang-orang miskin tersebut menjadi tertarik pada ajaran mereka, mereka membagi makanan, memberikan pengobatan cuma-cuma, dan sebagainya tetapi mempunyai maksud tertentu. Hal seperti ini, juga merupakan tantangan-tantangan yang perlu diperhatikan oleh kaum Buddhis.

Bagaimana pandangan Bhante menyangkut kesaksian atas mukjizat yang sering digunakan oleh agama `non-Buddhis' untuk menyebarkan ajarannya, apakah kita juga perlu melakukan hal yang sama? Di samping itu, mereka juga sering mendatangi rumah ke rumah untuk menyebarkan ajarannya?

Saya rasa ini bukan merupakan cara pendekatan yang benar menurut Buddhis, kita tidak perlu menggunakan cara pemasaran seperti itu. Kita harus melakukan pendekatan dengan mengajarkan kebenaran, kebajikan, dan cinta kasih,

Apa nasehat Bhante untuk memajukan agama Buddha di Indonesia?

Saya rasa tidak mempunyai nasehat khusus, yang perlu adalah memanfaatkan berbagai kegiatan yang melibatkan Vihara, seperti sekolah minggu, dan mengembangkan sumber daya manusia yang ada.(Red)

bodhi4.jpg

 
Back
Top