Cerita Satpam soal Penemuan Jenazah Eks Wakapolda Sumut di Rumah
Pagi itu, Sabtu (24/2), Pawiyadi sontak beranjak dari pos jaga berjarak kurang lebih 100 meter dari kediaman purnawirawan Kombes Agus Samad, di Perum Bukit Dieng, Pisangcandi, Sukun, Kota Malang.
Saat itu, dia diminta pertolongan secepat mungkin oleh Bu Rahmad, salah satu warga yang tinggal di perumahan itu. Bu Rahmad mengatakan agar Pawiyadi segera mendampinginya ke rumah Kombes Samad.
"Tiba-tiba Bu Rahmad datang, ayo pak cepat ke rumah Bu Agus," ucap Pawiyadi saat berbincang di pos jaga tak jauh dari kediaman Kombes Samad, Selasa (27/2/2018).
Pawiyadi tak sendiri jadi satpam di perumahan. Satu temannya adalah Gunaryo. Namun, hanya dirinya bersama Bu Rahmad mendatangi rumah berada di Blok MB9 saat kejadian.
"Sama Pak Gun (Gunaryo), tapi hanya saya pertama dengan Bu Rahmad. Sudah tiba depan rumah, saya bilang, Bu! kita panggil Pak RT, gimana ?" ceritanya.
Tetapi Bu Rahmad tetap saja memaksa agar Pawiyadi tetap masuk ke dalam rumah. Perdebatan kecil sempat terjadi, karena dia tetap menolak, dan menginginkan ada saksi. "Saya tetap tidak mau, saya pergi kembali ke pos untuk mengajak Pak Gun," terangnya.
Tak lama, Pak Yadi-begitu akrab disapa warga, kembali menuju rumah korban. Dia melihat ada Bu Prawoto kolega lain yang juga tetangga Kombes Samad. "Sama mereka dihubungi terus oleh Umi (istri Kombes Samad), agar melihat kondisi Abah (Kombes Samad). Permintaan terus disampaikan melalui telepon. Karena tidak berani, saya pergi ke rumah Pak RT," beber pria sudah belasan tahun menjadi satpam di perumahan itu.
Seperti yang diketahui Pawiyadi, ada dua pagar di rumah Kombes Samad, satu berukuran besar dan satu hanya untuk keluar-masuk motor. Nah pintu pagar kecil bercat cokelat itulah yang tidak pernah terkunci.
"Pagar kecil tak pernah terkunci. Untuk pagar besar, almarhum tidak akan sanggup membuka karena berat," bebernya.
Sekembalinya bersama ketua RT, dari kejauhan Pawiyadi mendengar teriakan ibu-ibu. Mereka adalah Bu Rahmad dan Bu Prawoto yang ditinggal olehnya di lokasi kejadian bersama satpam Gunaryo.
"Saya dengar ibu-ibu teriak, ucapkan takbir. Wah ada apa ini batin saya, segera bersama Pak RT menuju depan rumah almarhum," tuturnya.
Mengaku memiliki riwayat jantung, Pawiyadi memilih keluar. Dia menduga pintu sengaja didobrak seperti permintaan ibu-ibu, yang sebelumnya dia tolak. "Pintu pasti didobrak sama Pak Gun, menuruti ibu-ibu dan atas permintaan Umi (istri Kombes Samad), yang menelpon salah satu ibu-ibu," terangnya. "Jadi ada empat awalnya, saya, Pak Gun, Bu Rahmad dan Bu Prawoto," sambungnya.
Karena berada di halaman depan, Prawiyadi tak mengetahui kondisi di dalam. Baru ketika jenazah dievakuasi dan banyak orang berdatangan dirinya melihat korban telah ditemukan meninggal.
Dia tak menduga, Kombes Samad bersama istrinya dikenal baik selama ini, meninggal. Jika ada yang jahat dan tega membunuh, sungguh sangat disesalkan. Dia pun tak percaya, kalau Kombes Samad mati bunuh diri.
"Semoga bisa terungkap, kasihan orangnya baik," harapnya.
Aparat kepolisian berulangkali menggelar olah TKP, siang tadi Kasubdit Jatanras Polda Jawa Timur nampak datang ke lokasi kejadian bersama Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri. Sebelum masuk kedalam rumah, keduanya sempat melihat bagian belakang rumah, merupakan tanah kosong. Baru di bagian seberang banyak rumah yang warga. Sayang keduanya enggan berkomentar kepada awak media sejak lama berada di lokasi kejadian.
Kombes Agus Samad ditemukan meninggal di halaman belakang rumahnya, Sabtu (24/2/2018) pagi. Bagian kedua kakinya terikat tali rafia warna hitam. Ada luka sayat di kedua pergelangan tangannya.
sumber