Mendisiplinkan Anak Tanpa Kata Negatif

Kalina

Moderator
KOMPAS.com - Namanya juga anak-anak, pasti ada saja perilakunya yang tidak sesuai keinginan kita sebagai orangtua. Bagaimana cara yang tepat agar anak mengubah perilakunya yang keliru dan tidak disiplin?

Menegur anak, menurut psikolog Naomi Soetikno, M.Pd dari Universitas Tarumanegara, bisa dilakukan dengan tegas dan jelas. Namun, hindari kata-kata negatif yang bisa menjatuhkan harga diri anak.

Kata-kata negatif seperti bodoh atau nakal, sebaiknya dihindari. Mengancam anak juga tidak dianjurkan.

"Kata-kata negatif dan cenderung menjatuhkan, atau pun intonasi suara tertentu bisa membuat anak ciut. Jika hal ini jadi kebiasaan lama-lama anak tidak memiliki rasa percaya diri dan juga konsep diri yang baik," kata Naomi.

Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan pilihan kata agar anak tidak rancu dalam mengartikan.

"Misalnya saat anak menumpahkan air. Jangan berkata, 'Sayang, kok tumpah sih airnya'. Kata sayang tersebut jadi rancu karena biasanya anak mendengar kata itu ketika ibunya sedang memeluk," ujarnya.

Ketika menegur anak, fokuslah pada perilakunya. Contohnya, "Adik, itu airnya tumpah, nanti kamu bisa terpeleset".

"Jadi perilakunya yang diberitahu. Dengan demikian tidak membingungkan dan juga tidak menjatuhkan rasa percaya dirinya seperti jika kita memaki-maki dia," katanya.

Semakin sering anak mendapatkan label negatif, akan semakin mengantarkan anak pada kegagalan berulang. Selain itu kondisi psikologis anak bisa terluka.

Meski demikian, memang ada kondisi tertentu yang bisa membuat orangtua kehilangan kesabarannya. Capek sepulang kerja atau ada masalah dengan pasangan, bisa membuat kita mudah marah.

"Berhadapan dengan orang lain itu seperti cermin, kita bisa mudah terpengaruh. Oleh karena itu agar tidak terpancing emosi, lakukan stabilisasi. Turunkan emosi dengan cara menarik napas, memegang benda yang ada di sekitar dan rasakan benda itu agar kembali pada kesadaran. Dengan begitu logika bisa normal lagi," sarannya.

Tingkatkan kebersamaan dengan anak agar lebih mudah memberikan komentar positif. Selalu berikan apresiasi, bukan hanya pujian tapi pada situasi konkrit yang terjadi. Misalnya, saat anak membersihkan kamarnya, beri pujian bahwa kamar yang bersih dan rapi akan membuat suasana lebih nyaman.
 
iya tuh bener
gimana cara menanggapi orangtua yang mengedisiplinkan anak dengan kata" negatif dan kata" kasar yah ? ekarang banyak sekali kan apalagi yang sampai penganiayan anak ckckck
 
Setuju banget kakak, anak tetanggaku jdi nakal bget gegara vonis nakal terus dri orang tua n kakak2nya...
 
bener tuh, gak boleh membiasakan anak dengan kata negatif begitu.. akan lebih baiknya kalo diajarin dengan kata yg sopan dan lemah lembut


anak lucu ikutan aja kontes foto yoobm"]disini[/URL], bisa jadi bintang iklan loh
 
Last edited by a moderator:
sekarang lg ngetren kata2 negatif dimasyarakat perkotaan utamanya d jakarta. Ak sering banget dengar ada anak kecil seusia TK ngatain temannya "Bego Lu" demikian juga seorang ibu suka ngomong seperti itu sama anak2nya. Ini trend, dianggap biasa aja
 
sekarang lg ngetren kata2 negatif dimasyarakat perkotaan utamanya d jakarta. Ak sering banget dengar ada anak kecil seusia TK ngatain temannya "Bego Lu" demikian juga seorang ibu suka ngomong seperti itu sama anak2nya. Ini trend, dianggap biasa aja
miskin kaya sama saja ngomongnya terlalu berlebihan
 
Pengalaman saya memang tidak mudah melakukan nya apalagi jika kita terlambat melakukan nya disaat karakter anak sudah terbentuk,
trims share nya gan manfaat banget
 
nice share broo,

memang skarang ini, displin itu identik dengan sesuatu didikan yang keras, baik dengan suara keras atau dengan hukuman hukuman yang membuat anak merasa terterkan, jadinya mau nggak mau harus menerima hal itu, padahal itu nggak bagus juga bwt psikolgi mereka,

ane juga lagi berusaha, menerapkan disiplin itu tanpa kata kata kasar atau bentakan bentakan sperti militer, salah satunya sperti info di thread ini, yaitu dengan mengganti kosa kata ke katakata yang leibh halus, yang membuat anak bisa berfikir lebih baik
 
kalin setiap hari disuguhi pemandangan, bagaimana cara seorang ibu bicara pada anaknya dalam keadaan marah. Oke, dia sih mungkin ingin jadi ibu yang TEGAS. Dia memang berusaha menghindari kata-kata kasar.. Tetapi, sekali ngomong, suaranya meninggi dan terkesan membentak.. Dan, tak jarang bahasanya sungguh gak baik untuk anak.. Kadang2 keluar kata "kurang ajar" ditujukan pada si anak.. ampyun, deh..
etika juga kurang diajarkan dengan baik.
Misal, memanggil orang yang lebih tua (meski seorang pembantu/pengasuh anak). Si ibu dan ayah memanggil namanya langsung. Tanpa mereka sadari (mungkin) anak-anak pun menirukannya..

itulah kenapa.. sering dibilang, Orangtua adalah pedoman bagi anak-anaknya.. Yang bakal ditiru.. sebagai sifat dan sikap dasarnya, sebelum terpengaruh oleh orang yang lebih asing..
 
harusnya anak nakal diperhatikan dan diperlakukan lebih baaik lagi
dan beri dia pengetahuan mengenal mna yang baik dilakukan dan mana yang buruk
 
Back
Top