Novel Baswedan di Siram Air Keras

novel belum nyebut nama ya, cuma bilang seorang jendral polri saja?



emang dunia international perlu memantau juga, kalau pelakunya orang berpengaruh di suatu negara

naga-naganya nanti yang akan dipenjara novel itu sendiri. Mengaca pada kasus besar. Contohnya: antasari
 
selain korupsi e-KTP & simulator SIM, kasus besar apa saja yang ditangani beliau ya?

sebenarnya bukan soal banyaknya kasus besar yg bung novel tanganin tapi lbh pada siapa org yg terlibat dalam kasus tersebut. Akar pahit ttg simulator itu blm hilang. Mungkin pihak kepolisian tak suka mendengar ini tapi masyarakat pada umumnya berkata seperti itu. Bisa saja kapolri tidak tau siapa aja bawahannya yg tak suka novel, karena para musuh novel ini bekerja secara silent. nah jika ingin kasus novel bisa terungkap terang benderang sebenarnya ga sulit2 amat asalkan DPR mau memberi lisensi. mencontoh colombia, betapa sulitnya menangkap otak intelektual yang berada dibalik pengedaran narkoba secara massif. nah presidennya membuat perpres dan disetujui senat utk menyewa detektif independen. hanya jangka 3 bulan otaknya terungkap ternyata seorang jendral. Detektif independen yg disewa tentu bukan warga colombia tapi dari rusia (mantan KGB) dan juga agen CIA
 
mencontoh colombia, betapa sulitnya menangkap otak intelektual yang berada dibalik pengedaran narkoba secara massif. nah presidennya membuat perpres dan disetujui senat utk menyewa detektif independen. hanya jangka 3 bulan otaknya terungkap ternyata seorang jendral. Detektif independen yg disewa tentu bukan warga colombia tapi dari rusia (mantan KGB) dan juga agen CIA
wah ini seperti film aja, boleh tuh dicontoh

detektif independen berarti laporannya ke presiden langsung ya, ga ke siapa2 lagi
saking hebatnya si pelaku, memang kadang perlu libatkan orang dari luar negeri juga




nah jika ingin kasus novel bisa terungkap terang benderang sebenarnya ga sulit2 amat asalkan DPR mau memberi lisensi
lisensi apa ya?
 
wah ini seperti film aja, boleh tuh dicontoh

detektif independen berarti laporannya ke presiden langsung ya, ga ke siapa2 lagi
saking hebatnya si pelaku, memang kadang perlu libatkan orang dari luar negeri juga





lisensi apa ya?

betul sekali laporannya langsung ke presiden colombia. tp di indonesia kan beda, kubu diluar pemerintah akan mencari celah untuk beda pendapat (tak semua). Kl udah rame di pemberitaan nanti rakyat akan gaduh nah masalahnya akan sampai ke DPR jadinya. lalu dpr akan adu2an, kl ternyata rakyat byk yg dukung maka akan ikut setuju.


byk negara yg menggunakan jasa LN, contohnya Arab Saudi. dari dulu menggunakan intelejen Amerika untuk menangkal tetoris dan sangat efektif, makanya dibanding negara timur tengah lainnya, arab saudi paling aman. Tp ga tau sekarang setelah berganti presiden amrik.
 
Kapolri Sebut Ada Saksi yang Lihat Langsung Penyiraman Novel Baswedan

2777515517.jpg

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kiri) dan Ketua KPK Agus Raharjo (kanan) dalam jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Senin (19/6/2017).(KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA)​

JAKARTA, KOMPAS.com - Polri kembali menemukan titik terang dalam penyidikan kasus serangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, pihaknya menemukan saksi kunci yang melihat langsung peristiwa penyiraman di depan masjid dekat rumah Novel.

"Selama ini kami punya saksi yang melihat orangnya sebelum kejadian. Jadi bisa pelakunya, bisa bukan," ujar Tito di gedung KPK, Jakarta, Senin (19/6/2017).

Kali ini, menurut Tito, saksi melihat langsung saat Novel disiram air keras. Saksi tersebut diduga tahu tipologi pelaku seperti postur tubuh atau ciri fisik lainnya.

"Tapi kami tidak bisa sampaikan siapa ya," kata Tito.

Saat ini, saksi tersebut diberikan pengamanan polisi di rumahnya. Tito mengatakan, tak heran saksi tersebut baru muncul sekarang setelah kejadian telah lewat dua bulan lalu. Ada kemungkinan saksi merasa takut dan terancam.

"Saya sering tangani kasus yang berhubungan dengan kekerasan, mereka takut muncul. Takut nanti jadi target juga," kata Tito.

Apalagi, kasus Novel termasuk upaya meneror dan mengancam keselamatan. Jika saksi dari pihak keluarga, mungkin bisa lebih kooperatif karena ada keterikatan relasi.

Namun, jika dari pihak luar, kemungkinan mereka enggan bersentuhan dengan kasus yang bisa mempertaruhkan keselamatannya.

"Apalagi pikirnya bukan urusan saya, buat apa saya ambil risiko. Tapi tim tak hentinya datang dari warga ke warga, akhirnya ketemu saksi-saksi," kata Tito.

"Saya terima kasih pada saksi yang bersangkutan, tapi untuk keselamatannya kami tidak bisa sampaikan," ujar dia.
 
Kapolri Sebut Ada Saksi yang Lihat Langsung Penyiraman Novel Baswedan

2777515517.jpg

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kiri) dan Ketua KPK Agus Raharjo (kanan) dalam jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Senin (19/6/2017).(KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA)​

JAKARTA, KOMPAS.com - Polri kembali menemukan titik terang dalam penyidikan kasus serangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, pihaknya menemukan saksi kunci yang melihat langsung peristiwa penyiraman di depan masjid dekat rumah Novel.

"Selama ini kami punya saksi yang melihat orangnya sebelum kejadian. Jadi bisa pelakunya, bisa bukan," ujar Tito di gedung KPK, Jakarta, Senin (19/6/2017).

Kali ini, menurut Tito, saksi melihat langsung saat Novel disiram air keras. Saksi tersebut diduga tahu tipologi pelaku seperti postur tubuh atau ciri fisik lainnya.

"Tapi kami tidak bisa sampaikan siapa ya," kata Tito.

Saat ini, saksi tersebut diberikan pengamanan polisi di rumahnya. Tito mengatakan, tak heran saksi tersebut baru muncul sekarang setelah kejadian telah lewat dua bulan lalu. Ada kemungkinan saksi merasa takut dan terancam.

"Saya sering tangani kasus yang berhubungan dengan kekerasan, mereka takut muncul. Takut nanti jadi target juga," kata Tito.

Apalagi, kasus Novel termasuk upaya meneror dan mengancam keselamatan. Jika saksi dari pihak keluarga, mungkin bisa lebih kooperatif karena ada keterikatan relasi.

Namun, jika dari pihak luar, kemungkinan mereka enggan bersentuhan dengan kasus yang bisa mempertaruhkan keselamatannya.

"Apalagi pikirnya bukan urusan saya, buat apa saya ambil risiko. Tapi tim tak hentinya datang dari warga ke warga, akhirnya ketemu saksi-saksi," kata Tito.

"Saya terima kasih pada saksi yang bersangkutan, tapi untuk keselamatannya kami tidak bisa sampaikan," ujar dia.
bisa lihat2 rekaman cctv penduduk/usaha di sekitar juga


Namun, jika dari pihak luar, kemungkinan mereka enggan bersentuhan dengan kasus yang bisa mempertaruhkan keselamatannya.
karena itu perlindungan & kerahasiaan dari kepolisian kuncinya, kalau ga, ga ada orang yang mau jadi saksi, heh
 
bisa lihat2 rekaman cctv penduduk/usaha di sekitar juga



karena itu perlindungan & kerahasiaan dari kepolisian kuncinya, kalau ga, ga ada orang yang mau jadi saksi, heh

jika benar ada jendral polisi terlibat, aku yakin ga bakal terungkap. paling org suruhannya yg jadi tumbal
 
Komnas HAM Bentuk Tim Gabungan untuk Usut Kasus Novel


e2c011ff-969e-481d-bdc1-1085147c2076_169.jpg

Komnas HAM bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk usut kasus teror ke Novel/Foto: Akhmad Mustaqim/ detikcom​

Lebih dari dua bulan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan tak juga menemukan titik temu. Komnas HAM membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang terdiri dari mantan polisi, mantan pimpinan KPK dan sejumlah organisasi non pemerintah untuk mempercepat pengusutan kasus Novel.

"Yang sudah dihubungi Bambang Widodo Umar mantan polisi, Bambang Wijayanto mantan pimpinan KPK, Busyro Muqoddas mewakili PP Muhammadiyah dan menyatakan bersedia," kata Komisioner Komnas HAM, Maneger Nasution, di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2017).

Maneger menjelaskan pembentukan TGPF itu sudah diperhitungkan dengan matang. Komnas HAM sebelumnya telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pengukapan kasus Novel.

"Kami telah kunjungan TKP dua kali, lalu ketemu saksi yang mendengar melihat peristiwa itu. Ketemu keluarga Novel, Pimpinan KPK, penyidik Polri, ketemu dengan koalisi masyarakat Sipil," tutur Maneger.

Maneger menuturkan TGPF ini memiliki masa kerja awal selama tiga bulan, namun tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang waktunya jika tugasnya masih belum selesai. Nantinya, TGPF akan mengeluarkan sebuah rekomendasi yang ditujukan ke Presiden Joko Widodo.

"Outputnya berupa rekomendasi, maka sebetulnya Komnas melihat rekomendasi tertinggi ke Presiden," ungkap Maneger.

"Ini tiga bulan, kita akan kita lihat perkembangannya seperti apa. Sebetulnya teman-teman di Komnas sudah ada data-data," imbuhnya.

Di lokasi yang sama, pegiat antikorupsi ICW Abdullah Dahlan berharap dengan terbentuknya tim itu bisa mengungkap banyak fakta baru terkait kasus Novel. Pihaknya juga akan menagih janji Presiden terkait pemberantasan korupsi dan terorisme.

"Kita harapkan ke depan dengan inisiasi yang dimotori Komnas HAM, harapannya ke depan banyak menghasilkan temuan yang mengungkap fakta yang terjadi, kami juga menagih komitmen Presiden untuk korupsi, dan fakta teroris," ungkap Abdullah.

Selanjutnya Ketua Pemuda Muhamadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Muhammadiyah berkomitmen untuk mendukung kerja TGPF ini. Dahnil mengatakan tim di Muhammadiyah juga akan membantu mengumpulkan fakta-fakta baru dalam kasus Novel.

"Kami Muhammadiyah akan Commite di sini. Ada tiga tokoh di sini, tiga B di tim ini, nanti tim yang akan banyak bertugas mengumpulkan fakta ada Muhammadiyah, Komnas, kami sudah kumpulkan fakta, dari pemuda Muhammadiyah fakta apa, dari ICW fakta apa," ujarnya.

Komnas HAM menggandeng sejumlah lembaga swadaya masyarakat. Di antaranya koalisi masyarakat sipil anti korupsi yang terdiri dari PP Pemuda Muhammadiyah, Madrasah Anti Korupsi Muhammadiyah, Indonesia Coruption Watch, KontraS, LBH Jakarta, dan YLBHI.


sumber
 
Komnas HAM Bentuk Tim Gabungan untuk Usut Kasus Novel


e2c011ff-969e-481d-bdc1-1085147c2076_169.jpg

Komnas HAM bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk usut kasus teror ke Novel/Foto: Akhmad Mustaqim/ detikcom​

Lebih dari dua bulan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan tak juga menemukan titik temu. Komnas HAM membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang terdiri dari mantan polisi, mantan pimpinan KPK dan sejumlah organisasi non pemerintah untuk mempercepat pengusutan kasus Novel.

"Yang sudah dihubungi Bambang Widodo Umar mantan polisi, Bambang Wijayanto mantan pimpinan KPK, Busyro Muqoddas mewakili PP Muhammadiyah dan menyatakan bersedia," kata Komisioner Komnas HAM, Maneger Nasution, di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2017).

Maneger menjelaskan pembentukan TGPF itu sudah diperhitungkan dengan matang. Komnas HAM sebelumnya telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pengukapan kasus Novel.

"Kami telah kunjungan TKP dua kali, lalu ketemu saksi yang mendengar melihat peristiwa itu. Ketemu keluarga Novel, Pimpinan KPK, penyidik Polri, ketemu dengan koalisi masyarakat Sipil," tutur Maneger.

Maneger menuturkan TGPF ini memiliki masa kerja awal selama tiga bulan, namun tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang waktunya jika tugasnya masih belum selesai. Nantinya, TGPF akan mengeluarkan sebuah rekomendasi yang ditujukan ke Presiden Joko Widodo.

"Outputnya berupa rekomendasi, maka sebetulnya Komnas melihat rekomendasi tertinggi ke Presiden," ungkap Maneger.

"Ini tiga bulan, kita akan kita lihat perkembangannya seperti apa. Sebetulnya teman-teman di Komnas sudah ada data-data," imbuhnya.

Di lokasi yang sama, pegiat antikorupsi ICW Abdullah Dahlan berharap dengan terbentuknya tim itu bisa mengungkap banyak fakta baru terkait kasus Novel. Pihaknya juga akan menagih janji Presiden terkait pemberantasan korupsi dan terorisme.

"Kita harapkan ke depan dengan inisiasi yang dimotori Komnas HAM, harapannya ke depan banyak menghasilkan temuan yang mengungkap fakta yang terjadi, kami juga menagih komitmen Presiden untuk korupsi, dan fakta teroris," ungkap Abdullah.

Selanjutnya Ketua Pemuda Muhamadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Muhammadiyah berkomitmen untuk mendukung kerja TGPF ini. Dahnil mengatakan tim di Muhammadiyah juga akan membantu mengumpulkan fakta-fakta baru dalam kasus Novel.

"Kami Muhammadiyah akan Commite di sini. Ada tiga tokoh di sini, tiga B di tim ini, nanti tim yang akan banyak bertugas mengumpulkan fakta ada Muhammadiyah, Komnas, kami sudah kumpulkan fakta, dari pemuda Muhammadiyah fakta apa, dari ICW fakta apa," ujarnya.

Komnas HAM menggandeng sejumlah lembaga swadaya masyarakat. Di antaranya koalisi masyarakat sipil anti korupsi yang terdiri dari PP Pemuda Muhammadiyah, Madrasah Anti Korupsi Muhammadiyah, Indonesia Coruption Watch, KontraS, LBH Jakarta, dan YLBHI.


sumber

Hehe semuanya sedikit2 bikin tim gabungan pencari fakta ya
 
06c9609d-93fc-4878-b7c3-907d9f65daf1_169.jpg

ngomong2 yang siram air kerasnya kayanya udah rencanain dari awal mengincar bagian mata, soalnya cukup tepat ke mata, bukan bagian lain
 
Tak Bisa Melihat, Mata Kiri Novel Baswedan Akan Kembali Dioperasi

c92ce8d7-12cd-4079-8764-d9174b5f50d7_169.jpeg

Akibat teror penyiraman air keras 100 hari yang lalu, kini mata kiri Novel Baswedan tak bisa melihat. Penyidik senior KPK itu saat ini masih menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Singapura.

Rencananya tim dokter akan kembali melakukan operasi untuk mata yang sebelah kiri. "Ini rencananya mau dioperasi yang kiri. Sebelumnya sudah dilakukan operasi, ini yang (operasi) kedua khusus mata sebelah kiri," kata kakak Novel Baswedan, Taufik Baswedan saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (20/7/2017).

Menurut Taufik, sebenarnya operasi itu direncanakan 1 bulan lagi. Namun tim dokter memutuskan untuk mempercepat. "Rencananya 1 sampai dua minggu ini. Infonya dokter mau mempercepat," kata Taufik.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan tim dokter sedang mempertimbangkan dilakukan operasi besar untuk mata kiri Novel. " Mata kiri Novel sudah terlihat berwarna putih. Dokter mengatakan jaringan di sana sudah tidak tumbuh. Mata kanan sedang dalam proses perbaikan. Mata kiri sedang proses pertimbangan untuk operasi besar," kata Febri saat dikonfirmasi terpisah.

Rencananya sore ini para pegawai KPK akan berkumpul bersama di depan kantor untuk melaksanakan doa bersama untuk kesembuhan Novel. Mereka juga berdoa agar pelakunya segera ditangkap.

Pegawai KPK juga berdoa agar para pegiat antikorupsi seperti aparat penegak hukum, masyarakat sipil, wartawan dan seluruh masyarakat yang menjadi bagian dari upaya melawan korupsi tidak menjadi korban teror seperti dialami Novel.

sumber
 
Menurut Novel Baswedan, Ini Kekonyolan yang Perlu Dipublikasikan

penyidik-senior-kpk-novel-baswedan-saat-diwawancari-di-masjid-alfalah-singapura-jumat-12072017-foto-imam-huseinjawa-pos.jpg

jpnn.com, SINGAPURA - Hingga kini polisi belum berhasil mengungkap pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan. Penyidik senior KPK itu mempertanyakan kinerja kepolisian.

Kepada wartawan Jawa Pos Agus Dwi Prasetyo dan Imam Husein, Novel yang kini dirawat di Singapore General Hospital membeberkan sejumlah kejanggalan penanganan perkara yang dilakukan polisi. Berikut petikannya.

Sampai sekarang polisi belum berhasil mengungkap pelaku kasus penyerangan terhadap Anda. Seperti apa sebenarnya yang terjadi?

Coba sekarang cara berpikir kita dibalik. Kewajiban saya adalah melakukan tugas sebagai aparatur negara. Itu sudah saya lakukan dan ke depan saya akan tetap lakukan.

Saya tetap fokus melakukan itu dengan sekuat dan sekeras mungkin saya bisa. Kejadian ini tidak membuat saya gentar. Tidak membuat saya takut.

Lalu apa korelasinya dengan cara berpikir terbalik itu?

Soal ada permainan (di balik kasus penyiraman, Red) dan ada hal yang tidak diungkap (polisi), itu masalahnya bukan di saya. Itu masalahnya harus dipandang dari sisi yang lebih besar.

Ini negara. Negara punya aparatur, di antaranya saya. Dan saya diserang. Sekarang yang seharusnya marah siapa? Negara. Presiden mewakili negara sudah marah dan perintahkan ungkap kasus ini. Tapi tidak diungkap.

Maksud Anda, kepolisian tidak mengindahkan perintah presiden?

Secara manusiawi semestinya (penyerangan) ini tidak boleh dibiarkan. Karena kalau dibiarkan, efeknya adalah (tindakan teror terhadap aparatur negara) akan terulang. Bagi saya, ketika presiden memerintahkan untuk diungkap, tapi ternyata tidak diungkap, adalah pembangkangan yang harus dilihat sebagai masalah serius.

Kok beraninya presiden menyuruh mengungkap, tapi tidak dilaksanakan. Perspektif kita mestinya dibelokkan ke sana (pembangkangan).

Lalu bagaimana kalau pembangkangan tetap dilakukan?

Kalau saya ya terserah. Apakah ingin (pembangkangan) ini menjadi sejarah bahwa ada presiden memberikan perintah kepada aparatur, tapi tidak dilaksanakan? Ada aparatur yang bekerja benar, terus diserang (teror), tapi sekarang dibiarkan.

Bahkan, ditutup-tutupi pelakunya. Apakah ingin ada sejarah seperti itu? Sekarang zaman keterbukaan, tidak bisa lagi ditutup-tutupi.

Anda kecewa dengan pengungkapan kasus penyerangan ini?

Kalau dibilang saya kecewa, secara manusiawi mestinya kecewa. Tapi, saya berpikirnya positif. Saya hanya mengambil sisi saya, di mana saya akan tetap melakukan apa yang menjadi kewajiban saya. Ketika orang punya kewajiban, tapi tidak melaksanakannya, saya hanya kasihan dan prihatin.

Kok bisa ya ada aparatur punya kewajiban, tapi tidak melaksanakan. Saya tidak mau seperti dia (polisi). Saya berdoa semoga saya tidak menjadi orang seperti dia (polisi).

Anda lebih senior daripada tim penyidik kepolisian yang tengah mengungkap kasus Anda. Apakah memang sedemikian sulit mencari pelaku penyerangan Anda?

Ini perkara mudah, sangat mudah. Kalau dibilang sulit, saya tidak paham sulitnya di mana. Karena hal-hal ini sudah dijelaskan semua dan bukti-bukti. Langkah-langkah yang dilakukan tim Polri untuk mengungkap kasus ini saya lihat sudah cukup bagus. Tapi, saya nggak tahu kenapa kok berhenti prosesnya.

Janji Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang akan memeriksa Anda di Singapura bagaimana kejelasannya?

Tidak ada kejelasan. Sampai sekarang belum ada. Cuma, yang mau saya tegaskan dalam kesempatan ini, sejak pertama kali kejadian, saya sudah memberikan keterangan. Hari pertama, polsek datang, dari polres datang, dari polda datang, dari Bareskrim dan densus pun ada.

Dan saya selalu memberikan keterangan. Langsung saya berikan, tidak pakai nanti. Jadi, kalau saya dibilang tidak memberikan keterangan, saya kira humas (Polda Metro Jaya dan Mabes Polri) tidak tahu. Karena saya memberikan keterangan bukan ke humas.

Humas Polri menyatakan, keterangan Anda mestinya masuk dalam berita acara pemeriksaan (BAP). Bagaimana terkait itu?

Kalau terkait dengan diperiksa, saya kira memberikan keterangan tidak selalu dalam BAP. Penyidik itu mengetahui adanya interview, ada interogasi, dan lain-lain. Jadi, kalau dibilang tidak memberikan keterangan, dia (Humas Polri) lupa barangkali dan tidak paham teknis.

Apa lagi kejanggalan penanganan perkara Anda selama ini?

Ada lagi penyampaian yang saya dapat itu informasinya bahwa rencana penyidik Polri ingin memperlihatkan kepada saya sketsa wajah yang mereka buat. Menurut saya, ini kekonyolan yang perlu dipublikasikan.

Karena sejak awal kejadian saya bilang tidak melihat langsung pelakunya. Ini berkali-kali saya sampaikan secara jelas dan lugas. Jadi, kalau dibilang akan ditunjukkan sketsa wajah pelaku kepada saya, berarti dia tidak paham dengan penyampaian (keterangan) saya. Saya nggak lihat pelakunya, kenapa ditunjukkan kepada saya?

Apakah itu membuat Anda semakin yakin memang benar ada aktor intelektual yang pernah Anda sebut bahwa seorang jenderal polisi ada di balik penyerangan ini?

Jadi begini sebenarnya, pandangan publik sudah jelas. Jadi, kalau ditanya ke saya lagi, saya kira tidak pas lagi lah. Karena apa, semua orang sudah tahu bahwa itu (penanganan perkara penyerangan) sudah membingungkan dan meragukan. Ini sudah menjadi hal yang masalah.
 
Jokowi Panggil Kapolri, Novel Tetap Ragu Kasusnya Diusut Tuntas

8d2cbea8-c263-4f2e-9f14-55d65a947e4e_169.jpg

Presiden Joko Widodo memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait teror terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Novel sendiri tidak yakin pemanggilan itu akan berdampak besar pada pengusutan kasusnya.

"Ya saya melihat itu sebagai hal positif walaupun saya tidak yakin, kenapa? Saya khawatir juga Pak Kapolri diberi masukan yang palsu dari anak buah," kata Novel saat Blak-blakan bersama detikcom di Singapura, Minggu (30/7/2017).

Novel menduga hal-hal yang akan dibahas Presiden Jokowi dan Kapolri sebatas hal-hal formal, termasuk soal saksi-saksi yang telah diperiksa namun memiliki alibi. Padahal, menurut Novel, alibi-alibi itu mudah sekali dibuat.

"Yang dilaporkan adalah, oh telah diperiksa saksi-saksi, oh ini telah ada alibi dan lain-lain. Apa sulitnya membuat alibi-alibi begitu, toh juga fakta-fakta yang diungkap itu, yang saya contohkan tadi, salah satu adalah fakta yang menurut saya adalah pengelabuan, itu fakta yang nggak benar," ucapnya.

Ada lagi yang membuat Novel kecewa. Dia menyayangkan ada saksi-saksi teror kepadanya yang identitasnya dibuka ke publik.

"Ada beberapa saksi yang diungkap namanya ke publik dan itu menurut saya adalah bagian dari teror kepada saksi, ndak boleh begitu," tegas Novel.

Saat ini sudah hampir 4 bulan sejak Novel diteror penyiraman air keras pada 11 April 2017 yang lalu. Ada sejumlah pria yang ditangkap polisi pasca teror Novel ini. Namun mereka dilepas lantaran dianggap memiliki alibi kuat bahwa mereka bukan pelaku penyerang Novel.

Wawancara eksklusif dengan Novel Baswedan secara lengkap akan ditayangkan hari ini pukul 13.00 WIB. Jangan ketinggalan Blak-blakan Novel Baswedan di detikcom!

sumber
 
Polisi akan Sebar Sketsa Wajah Pelaku Teror Novel

81f30a4c-0431-4ea5-bf2a-680a8000e45b_169.jpeg

Polisi akan menyebar sketsa wajah terduga pelaku teror terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Polisi saat ini sedang memperbanyak sketsa wajah tersebut.

"Mau kita perbanyak," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro, Jl Sudirman, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Polisi juga akan berkoordinasi dengan tiap Polda seluruh Indonesia terkait penyebaran sketsa wajah tersebut. Bila ada masyarakat yang menemukan orang yang sesuai dengan sketsa tersebut juga diharapkan untuk segera melapor ke polisi.

"Ya nanti kita per Polda toh," kata Argo.

"Ya kita tunggu dari masyarakat yang melihat wajah seperti itu, kita juga mencari yang seperti itu ya," sambungnya.

Sebelumnya Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghadap Presiden Joko Widodo untuk melaporkan perkembangan penyelidikan kasus Novel. Tito juga menunjukkan sketsa wajah terbaru terduga pelaku teror terhadap Novel.

"Ini adalah dari saksi yang sangat penting karena 5 menit sebelum kejadian ada di dekat masjid. Dia mencurigakan yang kita duga dia pengendara sepeda motor," ungkap Tito dalam konferensi pers usai pertemuan di Kantor Presiden Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (31/7/2017).


sumber
 
Busyro: Novel Disiram Air Keras Agar Buta dan Tak Bisa Kerja

41334c72-9a58-48f6-a7d7-a42b7d6c155a_169.jpg

Mantan pimpinan KPK Busyro Muqoddas menyebut Novel Baswedan dianggap sebagai orang yang 'membahayakan' bagi sebagian kalangan. Untuk itulah, Novel diteror dengan cara disiram dengan air keras.

"Ya jelas, Novel dianggap orang yang membahayakan karena dia dan timnya yang dianggap membahayakan, mantan-mantan polisi juga, bagi sejumlah kalangan kalau orang ini tetap berada di KPK," ucap Busyro di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2017).

Teror penyiraman air keras ke Novel itu disebut Busyro agar Novel buta dan tidak bisa lagi bekerja di KPK. Menurut Busyro, itulah tujuan aktor intelektual di balik teror ke Novel itu.

"Dicoba dibunuh, ditabrak, sekarang disiram, tujuannya apa? Supaya buta dan nggak bisa kerja," ucap Busyro.

Bahkan, Busyro khawatir bila nantinya kondisi Novel tidak seperti sedia kala dan malah dipersoalkan oleh internal KPK. "Dan saya khawatir kalau ada orang KPK yang permasalahin itu, matanya nggak sempurna, nggak boleh kerja lagi, karena di KPK orangnya juga macem-macem. Saya harus jujur itu," kata Busyro.

Sebelumnya Busyro menyebut usulan pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) independen untuk menuntaskan teror terhadap Novel harus segera direalisasikan. Busyro meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera membentuk tim itu.

"Membentuk tim independen itu kan bukan bentuk intervensi. Justru itu aktualisasi pertanggungjawaban moral jabatan presiden," kata Busyro.


sumber
 
Novel: Diduga Ada Oknum Polri Terima Suap untuk Meneror Saya

7995e239-9e5a-40ab-9016-ea05f34e3cd6_169.jpg

Setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kapolri Jenderal Tito Karnavian menawarkan kerja sama dengan KPK untuk mengusut teror kepada Novel Baswedan. Hal itu, diduga Novel, dilakukan lantaran Kapolri sudah menerima laporan terkait dengan adanya oknum Polri yang menerima suap untuk meneror dia dan para pegawai KPK lainnya.

"Tentang rencana kerja sama dengan KPK, saya menduga Kapolri sudah dapat laporan atau bukti bahwa ada oknum Polri yang terima suap untuk melakukan teror terhadap saya dan orang-orang KPK lainnya," kata Novel kepada detikcom, Selasa (1/8/2017).

Menurut Novel, saat pertama kali KPK menawarkan bantuan, tawaran itu sempat ditolak. Namun kini malah Polri membuka kerja sama.

"Oleh karena itu, perlu kerja sama dengan KPK karena terkait KPK. Sebab, awal-awal investigasi pernah KPK akan membantu tetapi ditolak karena bukan tupoksi KPK," ucap Novel.

Novel merupakan penyidik KPK yang juga mantan anggota kepolisian. Sebelumnya, dia juga telah mendapatkan informasi mengenai teror untuknya ini dari rekannya di Densus 88 Antiteror. Polri belum berkomentar mengenai pernyataan Novel itu.

Pada Senin kemarin, Tito mengakui kinerja polisi dalam mengusut kasus Novel selama ini dipandang kurang kredibel. Untuk itu, pihaknya meminta publik mempercayakan pengusutan kasus tersebut kepada Polri dan tim KPK, yang dinilai kredibel.

"Nah selama ini juga tim Polri bekerja, oke kalau mungkin misalnya kalau dianggap kurang kredibel, saya kira tim dari KPK sangat dipercayai publik, dan kredibel. Oleh karena itulah kita berpikir kenapa tidak digabungkan dengan KPK supaya bersama-sama, sebaiknya kita percayai kedua lembaga ini, baik Polri dan KPK," tutur Tito.

Sementara itu, KPK menyebut belum ada tim bersama-sama dengan Polri dalam rangka investigasi. Lagi pula, KPK menyebut investigasi kasus Novel merupakan ranah pidana umum yang berarti di luar kewenangan KPK.

"Belum ada tim, dalam artian tim yang bersama-sama melakukan investigasi, seperti yang disampaikan Kapolri, karena investigasi tersebut bersifat pro justitia dan berada di ranah pidana umum, tentu kewenangan saat itu berada di Polri," kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah.

Namun KPK menyambut positif pertemuan antara Presiden Jokowi dan Kapolri kemarin. KPK pun siap berkoordinasi dengan Polri selanjutnya dalam rangka penuntasan kasus Novel.

"Tentu, kita mencoba melihat pertemuan Kapolri ke Presiden kemarin sebagai hal positif. Perhatian Presiden pada teror terhadap Novel yang sejak awal langsung mengutuk dan memerintahkan Kapolri, dan setelah 111 hari kemudian memanggil Kapolri, perlu kita hargai. Harapannya, setelah ini ada percepatan pengusutan hingga pelaku ditemukan," ujar Febri.

sumber
 
Back
Top