Proyek Bjhe di dunia perkeretaapian

Forbian_Syah

New member
kereta-api-tua-k.jpg


PT Kereta Api bertekad menggarap serius cagar budaya bersejarah, baik berupa bangunan maupun aset lain seperti lokomotif, untuk menambah pendapatan di luar bisnis utama sebagai angkutan. Sektor pariwisata dari cagar budaya yang dimiliki PT KA akan terus dikembangkan melalui Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan, sebuah unit baru yang dibentuk sebulan lalu.

Untuk memudahkan masyarakat mengakses berbagai Informasi tentang cagar budaya kereta api, PT KA meluncurkan website resmi pusat pelestarian benda bersejarah. yakni www. indonesianheritagerailway. com, Kepala Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah PT KA Ella Ubaidi kepada wartawan di kantornya di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (9/6), mengatakan, saat ini ada sekitar 600 bangunan stasiun bersejarah yang dibangun sebelum 1939. Selain itu ada juga 146 unit kereta dan lokomotif tua yang bisa dimanfaatkan lebih optimal untuk pariwisata.

Benda dan bangunan bersejarah meliputi stasiun, kantor kereta, terowongan, jembatan, lokomotif, gerbong kereta, dan sarana lainnya. Indonesia merupakan negara kedua tertua di Asia yang mengembangkan jaringan kereta api setelah India.

“Saat ini kita siapkan tiga tempat yang akan menjadi museum, yakni di Ambarawa, Lawang Sewu, dan Dayang Sumbi, Bandung. Rita juga meningkatkan kualitas jalan rel di Tuntang-Ambarawa sebagai jalur heritage,” ujarnya.

Dijelaskannya, di Lawang Sewu saja, pendapatan dari perjalanan wisata KA bisa mencapai Rp 30 juta seminggu, sedangkan di Ambarawa bisa mencapai maksimal Rp 180 juta dalam seminggu.

Ella mengatakan, saat ini berbagai program konservasi tengah dilakukannya demi meningkatkan pelestarian cagar budaya ini. “Masyarakat juga bisa melihat langsung apa saja yang kita lakukan melalul website, seperti renovasi atap, dinding, dan lainnya yang tidak mengubah struktur aslinya,” tambahnya.

Sedangkan untuk tur, disuguhkan Kereta Wisata Ambarawa yang ditarik lokomotif uap bergigi B25 02 atau B25 03 yang menarik dua kereta penumpang berdinding kayu. Di dinding kereta penumpang, jendela tidak ditutup kaca sehingga penumpang dapat menikmati semilir angin nan sejuk dan mudahnya pemandangan selama dua jam perjalanan. “kita akan pasang harga Rp 25.000 per penumpang, lalu kita juga genjot pendapatan dari sewa kios dan sebagainya.” tuturnya.

Anggaran untuk konservasi bukan hanya dari internal PT KA namun juga didapat dari bantuan Pemerintah Belanda, Inggris, serta dari komunitas-komunifas pencinta sejarah kereta api yang menggalang dana dari masyarakat. Untuk revitalisasi Lawang Sewu menghabiskan dana Rp 2,8 miliar, museum Rp 700 juta, dan revitailsasi di Solo-Jebres sebesar Rp 500 juta. Sedangkan perawatan KA uap Ambarawa mencapai Rp 300 juta. Ia menargetkan pendapatan 10 kali lipat dari anggaran yang sudah dikeluarkan untuk konservasi.





Sumber : Warkot
 
Bls: Proyek Bjhe di dunia perkeretaapian

Hohohoo...Den bjhe kan kepala stasiun, wajar aja kali kalo dia diundang berkomentar disini.

Itu anggarannya ragksasha banget ya. Untung eks negara penjajah mau ikut andil dalam pendanaannya.

Hiks, meski luka ini masih ada, tapi kebaikannya engga selayaknya ditolak, bukan?
 
Bls: Proyek Bjhe di dunia perkeretaapian

Hoalaaaahhh ketepu sama judul persoalannya, kirain beneran proyeknya den Bjhe yang masyarakat ii
yang orangnya rame supel itu :D huwakakakakkaka

Tapi keren juga nih programnya seenggaknya lokomotif antik milik indonesia yang mati suri bisa di optimalkan kembali..


gak sabar pengen wisata kereta api...
 
Back
Top