Sinema Elektronik: Pembodohan Masyarakat?

Sinetron: Pembodohan Masyarakat?


  • Total voters
    30
  • Poll closed .
Status
Not open for further replies.
This is it.
Itu lah kenapa daku mempertanyakan definisi pembodohan di postinganku sebelum sebelumnya.
Sinetron itu seperti halnya bentuk sinematografi lainnya, tujuan utamanya adalah sebagai hiburan. Kalaupun ada nilai-nilai lainnya, itu adalah unsur-unsur sekunder yang sengaja dijadikan muatan dalam hasil karya oleh kreator. Orang menonton sinetron sebagian besar tujuannya adalah untuk hal itu. Untuk cari hiburan. So, dari sini udah nggak pas kalau penyebab "kebodohan" itu dibebankan kepada sinetron yang ditayangkan.

Dan daku juga nggak cukup untuk percaya bahwa jika menonton sinetron kita nggak dapat apa-apa, karena at least wawasan kita bisa bertambah. Sekacrut-kacrutnya sinetron, pasti ada hal yang bisa dipetik. Daku sangat percaya itu.

@second_sister
MUAHAAA HA HA AHA AHA HA HA (ngakak ala EVIL)... :D

Generalisasi yang non gunakan ukurannya tidak jelas... jadi, tidak tepat sebagai pembelaan bagi sinetron yang gak mutu.

Yang namanya sinetron kacrut --> udah jelas gak mutu --> kalo sudah tidak bermutu --> ngabisin waktu, ngabisin energi, ngabisin sumberdaya --> apa bukan pembodohan namanya?

Pembodohan bagi siapa? tentu aja bagi masyarakat yang nonton. Waktu mereka habis, energi mereka habis, sumberdaya mereka habis, dll. Ada unsur kerugian di sini. Makanya ane berani bilang bahwa ada pembodohan (sadar maupun enggak).

Ingat non, jangan menilai sinetron hanya dari satu sisi saja dong (hiburan), itu terlalu naif. Jadi?

Ya, jelas masih banyak sisi lain yang harus kita tinjau dari sebuah sinetron/tayangan apapun. Ada unsur mengajak (promosi, iklan, dll) di sana. Dalam hukum ini dianggap sebagai tindak kesengajaan.

Kalo, non second_sister tidak sependapat dengan argumen ane. Tolong sebutin 5 manfaat yang signifikan dari sebuah tayangan (boleh minjam istilah non ya) sinetron kacrut?

Silahkan, ane tunggu lho.... :D
 
@second_sister
MUAHAAA HA HA AHA AHA HA HA (ngakak ala EVIL)... :D

Generalisasi yang non gunakan ukurannya tidak jelas... jadi, tidak tepat sebagai pembelaan bagi sinetron yang gak mutu.

Yang namanya sinetron kacrut --> udah jelas gak mutu --> kalo sudah tidak bermutu --> ngabisin waktu, ngabisin energi, ngabisin sumberdaya --> apa bukan pembodohan namanya?

Pembodohan bagi siapa? tentu aja bagi masyarakat yang nonton. Waktu mereka habis, energi mereka habis, sumberdaya mereka habis, dll. Ada unsur kerugian di sini. Makanya ane berani bilang bahwa ada pembodohan (sadar maupun enggak).

Ingat non, jangan menilai sinetron hanya dari satu sisi saja dong (hiburan), itu terlalu naif. Jadi?

Ya, jelas masih banyak sisi lain yang harus kita tinjau dari sebuah sinetron/tayangan apapun. Ada unsur mengajak (promosi, iklan, dll) di sana. Dalam hukum ini dianggap sebagai tindak kesengajaan.

Kalo, non second_sister tidak sependapat dengan argumen ane. Tolong sebutin 5 manfaat yang signifikan dari sebuah tayangan (boleh minjam istilah non ya) sinetron kacrut?

Silahkan, ane tunggu lho.... :D

non dipe lg cuti beberapa hari tuh den
sabar nunggu ya >8|
 
sinetron bukan pembodohan mungkin kalimat bijaksananya "buat bodoh" pemirsanya ya. Misalnya jika ada yang sakit bukannya suruh ke dokter tapi nyuruh ke 'orang pintar'. Ini contoh kecil aja dari materi sinetron yang biasa kita tonton
 
sinetron bukan pembodohan mungkin kalimat bijaksananya "buat bodoh" pemirsanya ya. Misalnya jika ada yang sakit bukannya suruh ke dokter tapi nyuruh ke 'orang pintar'. Ini contoh kecil aja dari materi sinetron yang biasa kita tonton

buat bodoh golongan mana nih den, tolong d perjelas lagi
 
saya pecinta sinetron, terutama 2 sinetron saat ini tayang. ada yang bilang sinetron pembodohan, tapi aku bilang bukan pembodohan dan ternyata saya juga tidak menjadi bodoh dan malah memberi pengetahuan. ada banyak hal yang saya dapat dari menonton sinetron, terutama yang saya tonton. saya menjadi lebih baik dari segi ilmu dan pengetahuan. malah sinetron mengajarkan saya untuk lebih berbuat baik dan menjadi yang lebih baik.

menurut saya sinetron bukan pembodohan. yang bisa membuat bodoh atau tidaknya adalah kita sebagai penonton. dalam sinetron ada antagonis dan protagonis seperti yang ada di post sebelumnya. dan dalam hal ini pasti ada adegan yang "baik" dan "kurang/tidak baik". saya menonton sinetron menjadi lebih baik karena saya mengambil dan memahami yang baik itu serta tidak mengikuti hal yang "kurang/tidak baik".

sejauh ini saya bilang sinetron bukan pembodohan karena saya tidak merasa bodoh.
 
@second_sister
MUAHAAA HA HA AHA AHA HA HA (ngakak ala EVIL)... :D

Generalisasi yang non gunakan ukurannya tidak jelas... jadi, tidak tepat sebagai pembelaan bagi sinetron yang gak mutu.
Generalisasi?? yang mana??
Yang namanya sinetron kacrut --> udah jelas gak mutu --> kalo sudah tidak bermutu --> ngabisin waktu, ngabisin energi, ngabisin sumberdaya --> apa bukan pembodohan namanya?
bukannya itu malah yang merupakan generalisasi?? Mutu sebuah tontonan sinematografi itu seperti apa? karena nggak ada nilai-nilai yang bisa diambil, lantas itu bisa dikatakan sebagai nggak bermutu? atau dinilai dari unsur-unsur sinematografi an sich?
Pembodohan bagi siapa? tentu aja bagi masyarakat yang nonton. Waktu mereka habis, energi mereka habis, sumberdaya mereka habis, dll. Ada unsur kerugian di sini. Makanya ane berani bilang bahwa ada pembodohan (sadar maupun enggak).
Sorry, daku gantian tertawa terbahak-bahak membaca yang daku bold di atas....
Ingat non, jangan menilai sinetron hanya dari satu sisi saja dong (hiburan), itu terlalu naif. Jadi?
Loh, naif?? Semua bentuk sinematografi itu (bukan hanya sinetron) fungsi utamanya adalah hiburan. Kalaupun ada fungsi yang lain, itu adalah fungsi tambahan. Jadi ketika sebuah tontonan tidak mengandung fungsi lain, ya balik lagi ke fungsi dasar yaitu sebagai hiburan. Terus dari mana naifnya hal begini? :))
Kalo, non second_sister tidak sependapat dengan argumen ane. Tolong sebutin 5 manfaat yang signifikan dari sebuah tayangan (boleh minjam istilah non ya) sinetron kacrut?
Nggak paham ya soal postinganku yang dibawah ini
Dan daku juga nggak cukup untuk percaya bahwa jika menonton sinetron kita nggak dapat apa-apa, karena at least wawasan kita bisa bertambah. Sekacrut-kacrutnya sinetron, pasti ada hal yang bisa dipetik. Daku sangat percaya itu.
at least ada yang kita dapet seperti isi dari postingan ini
Zoeratmand said:
menurut saya sinetron bukan pembodohan. yang bisa membuat bodoh atau tidaknya adalah kita sebagai penonton. dalam sinetron ada antagonis dan protagonis seperti yang ada di post sebelumnya. dan dalam hal ini pasti ada adegan yang "baik" dan "kurang/tidak baik". saya menonton sinetron menjadi lebih baik karena saya mengambil dan memahami yang baik itu serta tidak mengikuti hal yang "kurang/tidak baik".
 
Wah ternyata cukup seru juga nih topik debat kali ini...

Aku udah membaca semua postingan teman-2 dari awal hingga yang terakhir dan aku juga ingin berpendapat..

Aku melihat dari aspek dampak yang ditimbulkan oleh sinetron, tetapi sebelumnya kita perlu memilah terlebih dahulu memang di dunia pertelevisian kita saat ini terdapat beberapa jenis sinetron berdasarkan jenis dan dampak yang ditimbulkan :

pertama, sinetron yang mendidik dan mengajarkan nilai-2 moral yang baik
kedua, sinetron yang terkesan klise dan membuat pemirsa terbuai dalam khayalan semu.
ketiga, sinetron yang jelas-2 membodohi dan memberi dampak negatif pada pemisrsanya...

Maaf teman-2 aku kurang setuju dengan kata "masyarakat" karena bagiku kata tersebut terlalu luas sehingga akan sulit mendapatkan ukuran dari kata masyarakat itu sendiri.

Nah... kalo kita mau jujur berkaitan dengan pembodohan akibat dari menonton sinetron itu sendiri tidak mudah untuk kita ukur secara empirik melalui data-data statistika, tetapi secara abstrak dampak yang timbul dalam kehidupan pemirsa setia sinetron mudah untuk kita amati, baik itu yang diakibatkan sinetron yang mendidik, sinetron yang "kacrut", atau sinetron yang "sesat".

Kesimpulanku... tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang menjadi pasar dari sinetron ini masih dikategorikan cukup rendah. Karena sebagian besar scoupe pasarnya adalah ibu-2 rumah tangga dan sebagian masyarakat yang dalam mencerna jalan cerita dari sebuah sinetron tidak menggunakan analisa nalar dan logika yang mendalam, tetapi secara langsung. Sehingga kesan yang timbul adalah sinetron sebagai sebuah hasil karya sinematografi menjadi alat pembodohan karena alasan yang aku kemukakan tadi.
Hanya sebagian kecil dari pemirsa setia televisi kita, yang menggunakan nalar dan logika untuk menganalisa cerita dan penokohan dari sebuah sinetronyang ditayangkan di televisi-2 swasta nasional kita, sehingga hanya sedikit pula yang mampu memfilter dirinya dari pengaruh yang kurang baik dari kebiasaan menonton sinetron itu sendiri.
 
Last edited:
Wah ternyata cukup seru juga nih topik debat kali ini...

Aku udah membaca semua postingan teman-2 dari awal hingga yang terakhir dan aku juga ingin berpendapat..

Aku melihat dari aspek dampak yang ditimbulkan oleh sinetron, tetapi sebelumnya kita perlu memilah terlebih dahulu memang di dunia pertelevisian kita saat ini terdapat beberapa jenis sinetron berdasarkan jenis dan dampak yang ditimbulkan :

pertama, sinetron yang mendidik dan mengajarkan nilai-2 moral yang baik
kedua, sinetron yang terkesan klise dan membuat pemirsa terbuai dalam khayalan semu.
ketiga, sinetron yang jelas-2 membodohi dan memberi dampak negatif pada pemisrsanya...

Maaf teman-2 aku kurang setuju dengan kata "masyarakat" karena bagiku kata tersebut terlalu luas sehingga akan sulit mendapatkan ukuran dari kata masyarakat itu sendiri.

Nah... kalo kita mau jujur berkaitan dengan pembodohan akibat dari menonton sinetron itu sendiri tidak mudah untuk kita ukur secara empirik melalui data-data statistika, tetapi secara abstrak dampak yang timbul dalam kehidupan pemirsa setia sinetron mudah untuk kita amati, baik itu yang diakibatkan sinetron yang mendidik, sinetron yang "kacrut", atau sinetron yang "sesat".

Kesimpulanku... tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang menjadi pasar dari sinetron ini masih dikategorikan cukup rendah. Karena sebagian besar scoupe pasarnya adalah ibu-2 rumah tangga dan sebagian masyarakat yang dalam mencerna jalan cerita dari sebuah sinetron tidak menggunakan analisa nalar dan logika yang mendalam, tetapi secara langsung. Sehingga kesan yang timbul adalah sinetron sebagai sebuah hasil karya sinematografi menjadi alat pembodohan karena alasan yang aku kemukakan tadi.
Hanya sebagian kecil dari pemirsa setia televisi kita, yang menggunakan nalar dan logika untuk menganalisa cerita dan penokohan dari sebuah sinetronyang ditayangkan di televisi-2 swasta nasional kita, sehingga hanya sedikit pula yang mampu memfilter dirinya dari pengaruh yang kurang baik dari kebiasaan menonton sinetron itu sendiri.

saya setuju
 
Aku melihat dari aspek dampak yang ditimbulkan oleh sinetron, tetapi sebelumnya kita perlu memilah terlebih dahulu memang di dunia pertelevisian kita saat ini terdapat beberapa jenis sinetron berdasarkan jenis dan dampak yang ditimbulkan :

pertama, sinetron yang mendidik dan mengajarkan nilai-2 moral yang baik
kedua, sinetron yang terkesan klise dan membuat pemirsa terbuai dalam khayalan semu.
ketiga, sinetron yang jelas-2 membodohi dan memberi dampak negatif pada pemisrsanya...
Kalau yang dimaksud dengan 'membodohi' adalah karena tidak sesuai dengan kenyataan, sesungguhnya semua cerita fiksi rata-rata seperti itu. Itulah kenapa dinamakan fiksi, bukan? :D
Adjektifnya itu fiktif.
Itulah kenapa daku ulang-ulang terus dipostinganku, bahwa fungsi utama dari sebuah sinematografi itu adalah fungsi hiburan, dan tidak punya 'kewajiban' untuk mendidik. Kalaupun ada nilai-nilai yang bisa diambil, itu merupakan kelebihan dan misi dari si pembuat.
Nah... kalo kita mau jujur berkaitan dengan pembodohan akibat dari menonton sinetron itu sendiri tidak mudah untuk kita ukur secara empirik melalui data-data statistika, tetapi secara abstrak dampak yang timbul dalam kehidupan pemirsa setia sinetron mudah untuk kita amati, baik itu yang diakibatkan sinetron yang mendidik, sinetron yang "kacrut", atau sinetron yang "sesat".
Betul. Memang begitu adanya.
Dari penelitian (oleh Greenberg dan Suttoni) yang pernah dilakukan, sebuah hal yang kita tonton di televisi yang berdampak langsung kepada pemirsanya adalah repetitive commercials, tapi untuk film, opera sabun dan tayang fiksi lain tidak pernah ada penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu bisa berdampak langsung. Kalaupun ada, jumlahnya tidak terlalu signifikan.
 
Kalau yang dimaksud dengan 'membodohi' adalah karena tidak sesuai dengan kenyataan, sesungguhnya semua cerita fiksi rata-rata seperti itu. Itulah kenapa dinamakan fiksi, bukan? :D
Adjektifnya itu fiktif.
Itulah kenapa daku ulang-ulang terus dipostinganku, bahwa fungsi utama dari sebuah sinematografi itu adalah fungsi hiburan, dan tidak punya 'kewajiban' untuk mendidik. Kalaupun ada nilai-nilai yang bisa diambil, itu merupakan kelebihan dan misi dari si pembuat.

Betul. Memang begitu adanya.
Dari penelitian (oleh Greenberg dan Suttoni) yang pernah dilakukan, sebuah hal yang kita tonton di televisi yang berdampak langsung kepada pemirsanya adalah repetitive commercials, tapi untuk film, opera sabun dan tayang fiksi lain tidak pernah ada penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu bisa berdampak langsung. Kalaupun ada, jumlahnya tidak terlalu signifikan.

saya setuju, dan seperti yang saya bilang, bukan sinetronnya, tapi kita sebagai penonton yang harus bisa menyaring. . .

islam ktpngak membodoh bodohi malah bikin gue ketawa

saya setuju.
 
Kalau kata Kak Dip saat menasehati gw dulu, pengetahuan itu bisa didapat dari mana aja, even itu robekan koran atau buku porno sekalipun. :))
 
cuma sekedar hiburan saja

islam ktp menghibur ngak membodohi amat

>:l>:l>:l>:l>:l>:l>:l>:l
 
Last edited:
Membodohi itu sebenarnya ada dua, kalo menurut saya diliat dari proses pembodohan itu sendiri. Yaitu :
1. Langsung
Contoh:
Ada mas2 yg bilang sama seorang bocah tengil.
"Dek, gula itu rasanya pedas lho"
Ini namanya pembodohan terencana.

2. Tidak langsung
Pembodohan berlangsung berangsur-angsur, tanpa disadari, tanpa terdeteksi.
Contoh:
Pemerintah kolonial hindia belanda yg menjajah indonesia selama 350 taon, udah berhasil menjadikan image "pegawai" sbg prosesi seakan2 lbh tinggi drpd pengusaha.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top