Tahlil, tradisi Islam?

Bls: Tahlil, tradisi Islam?

sorry.. sekali lagi atas ketidaknyamanan-nya.. dan ndak ada maksud buat provokatorin siapapun..
setuju cak.. mari kita buat forum forum dan setiap thread di ii adalah ajang untuk belajar, dan bukan justifikasi ini salah dan ini benar..
kemukakan saja pendapat kita, dan hormati pendapat yang lain.
Insya Allah akan lebih bermakna...
oke.. semuanya.. dinginkan lagi kepala kita...
dan mari kita bersama sama berusaha untuk hanya memberikan sudut pandang berbeda dalam menyikapi suatu persoalan..
yuuk.. mari kita saling meminta maaf.. dan saling memaafkan..
saya pribadi.. mohon maaf kepada semua atas segala perkataan atau perbuatan yang mungkin menimbulkan ketidak sukaan.
maafkan saya..
aku juga mohon maaf kalo ada tulisan2ku yg kurang berkenan dan kurang optimal bertugas sebagai moderator :D

bintang buat bang red, cak nizhami, mbak kalin, estha dan mataangin karena sudah berpartisipasi dalam forum ini :D

ok, lanjutkan lagi diskusinya....
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

lupa bintang buat bang bjhe, besok lagi ya :D (bintangnya batal hari ini karena kentut )
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

what?! nnnnooooooooooo
. . .!!!

diedit wes, gmana bang masyakur?
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

tahlil oh tahlil.. riwayatmu kini...
klo ini maksudnya apa bang red???

mohon maaf kpd bang red dan juga yg lain.. bila postingan saya sblmnya tlalu tajam.
forum ini meskipun forum tntang keyakinan tapi kan Indonesia bgt.. saya menyebut 'ini indonesia bukan arab' karena seakan2 yang dari arab selalu tak terbantahkan kebenaran Islamnya, bila merujuk sistem pemerintahan/kerajaan disana tentulah wajar, tp ini negara Indonesia dg segala kemajemukan budayanya.. seperti halnya tahlilan, saya tahu itu bkn syariat Islam krn di arab atau pd jaman nabi gak ada, tp anggaplah ini sbg budaya Islam masyarakat Indonesia, bila teman2 dsini keberatan disebut sbg ibadah.. kan beres. toh tahlil juga menyebut nama Allah bukan duduk2 liat tv hehehe.. peace all..
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

pencampuran budaya sendiri, bisa berakibat fatal bang nizhami. karena nantinya, jati diri budaya yang tercampur hilang.

misalnya tahlil itu. dikatakan islam, karena ada doa yang berbau islam (dengan bahasa arab). tapi, kalau dilepas dengan tidak menggunakan bahasa arab (dan juga bacaan surat yasin), budaya ini dinamakan "berdoa untuk mayit".
ada prakteknya kan, budaya membacakan doa pertanggalan untuk mayit? kenapa tahlil nya sendiri gak independen asli budaya islam indonesia? (misalnya bedug. bedug sendiri bukan budaya islam asli, tapi bermamfaat memanggil)
atau misalnya didoakan tiap malam minggu/suka2 sekiranya ingin diselenggarakan?

jadi, saya berpendapat rugi jika tahlil disebut budaya islam indonesia. karena budaya ini bukan tradisi budaya masyarakat indonesia asli dan ada hukumnya gw rasa di agama non-islam. nantinya bisa disorientasi informasi tentang budaya ini dan budaya itu (yang merugikan islam sendiri, karena di kita gak ada hukum jelasnya).
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

dsebut ibadah gk boleh, budaya jg kberatan.. sekalian ae bos, budaya nyekar sblm ramadhan dan ssudah ramadhan, apeman, sungkeman pas hari raya yg mendorong orang brbondong2 untuk mudik, pake kopyah/sarung, dll dihilangkan smua.. huehehe..

model pemurnian smacam ini tntu sangat berbahaya krn mnciptakan sekat2 dlm masyarakat, klo ente diundang kerabat/tetangga ente untuk tahlilan masak gk mau datang?? dg alasan (maaf) bid'ah dan syirik?? bgmn perasaan keluarga si mayit jika dicap syirik gtu?? kita ini hdup brmasyarakat, klo memang gk stuju dg tahlilan ya stidaknya tetep datang untuk brdzikir buat diri sndiri kan bisa.. klo takut dg makanan 'haram' dr kluarga si mayit stidaknya ya nyumbang uang lah, klo ibu2 biasanya kan sdh bawa beras satu ember tuh..
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

nih ak tambahin

TENTANG TAHLIL

Pendahuluan
Berdasarkan studi sejarah Islam di Indonesia banyak dikemukakan bahwa kelompok-kelompok tarekat telah berkembang pesat sejak abad ke 13. Perkiraan bahwa kelompok tarekat merupakan kelompok yang mentradisikan tahlilan/zikir didasarkan pada konsep ajaran-ajaran yang dikembangkan. Aawal mula acara tahlila/zikrullah tersebut berasal dari upacara peribadatan (selamatan) nenek moyang bangsa indonesia yang mayoritasnya Hindu dan Budha. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo'akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperi halnya tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti mantra dan do'a-do'a ala agama lain dengan bacaan dari Al-Qur'an, maupun dzikir-dzikir dan do'a-do'a versi islam. Dapat disebutkan inti ajaran tarekat adalah pelaksanaan zikrullah sebagai jalan untuk mensucikan dan mendekatkan diri kepada Sang khaliq. Upacara selamatan bagi orang meninggal (tradisi tahlilan) hari ke-1, 2, 3, 7, 40, 100 atau seribu hari hingga haul (ulang tahun kematian yang dilaksanakan setiap tahun) dengan kegiatan tahlil adalah suatu tradisi untuk menanamkan tauhid ditengah suasana keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Aktifitas tahlil/zikir yang berawal dari ajaran tarekat itulah yang kemudian meluas menjadi tradisi tahlilan. Dikatakan sebagai tahlil, karena memang dalam pelaksanaanya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan Allah seperti 'tahlil' (membaca lailaha illallah), tahmid, dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat setempat atau pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah tertentu.
Kehadiran instrument islam akan selalu mengakibatkan transformasi social menuju suatu bentuk baru yang tidak serta merta memotong habis masa lampau budaya local yang dimasukinya, melainkan dapat juga melestarikan apa saja yang baik dan benar dari masa lampau. Seperti jilbab pada masyarakat Arab, sirwal pada masyarakat India, dan lain sebagainya. Tradisi tahlilan tidak hanya dikenal dikalangan umat Isalam di Indonesia. Menurut Agus Sunyoto—penulis buku Syekh Siti Jenar—berpendapat bahwa tahlil juga dilaksanakan di Iran, Hal tersebut didasarkann pada kenyataan bahwa ketika Imam Khomeini-pemimpin Syi'ah-meninggal juga diadakan tahlil untuk mendo'akanya.


Pembahasan

A.Pengertian.
Kata tahlil merupakan masdar yang berasal dari bahasa arab yaitu : Halala-tahlilan-tahlil, artinya membaca/mengucap kalimat "Laa ila ha illallah" makna inilah yang dimaksud dengan pengertian tahlilan. Dikatakan sebagai tahlil, karena memang dalam pelaksanaanya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan Allah seperti 'tahlil' (membaca laa ila ha illallah), tahmid. Dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat setempat atau pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah tertentu. Pada pelaksanaan tahlilan selain bacaan tahlil ada juga beberapa ayat Al-Qur'an, tasbih, hamdalah, sahalawat dan lain sebagainya yang bagi umat muslim dianggap memiliki fadhilah dan syafaat. Mereka sering mengamalkanya dalam segala macam acara ritual, bahkan dalam resepsi (sebelum atau sesudah akad nikah pun mereka tidak meninggalkan amalan tahlilan ini. Dengan kata lain : digunakan bacaan-bacaan tetentu yang mengandung banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena yang terlihat di masyrakat ada beberapa jenis makna penyebutan kata pelaksanaan tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasana; ketika dipakai untuk peristiwa gembira disebut syukuran, untuk peristiwa sedih (kematian) atau untuk meminta perlindungan (pindah rumah, menempati kantor/rumah baru, awal membuka usaha dll.) disebut selamatan (mohon perlindungan), dan untuk meminta sesuatu disebut hajatan (menghasratkan sesuatau). Disamping itu juga tahlil dilaksanakan pada acara-acara tetentu seperti pada saat seseorang akan pergi jauh dan dalam waktu yang cukup lama (pergi haji, merantau belajar, atau bekerja diluar negeri), acara pertemuan keluarga seperti arisan keluarga maupun halal- bihalal, khitanan. Tradisi tahlil dalam masyrakat jawa juga sering disebut dengan kata sedekah (sedekahan, karena dalam setiap kegiatannya diangggap selalu memberikan sedekah (pemberian) baik bagi mereka yang datang berkunjung atau bagi pemilik hajat. Jadi masing-masing saling bersedekah (memberi) dalam bentuk barang atau pun berupa dukungan moral yang sangat mereka harapkan. Dukungan moral diantara mereka secara psikologis dapat saling memberi motivasi. Dalam kenyataan istilah syukuran, hajatan dan sedekah sulit dibedakan, mereka lebih sering menggunakan kata tahlilan.


B.Prosesnya
Telah kita maklumi bersama bahwa acara tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesaia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama , berkumpul sanak saudara, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya. Membaca beberapa ayat Al-Qur'an , dzikir-dzikir dan disertai dengan do'a-do'a tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Karena dari sekian materi bacaanya terdapat kalimat tahlil yang dilulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah tahlilan. Dalam masyarakat acara tahlilan ini biasanya ada dua versi dalam pelaksanaanya yaitu; pertama acara tahlilan yang diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggaran kembali pada hari ke- 40, 100 dan 1000. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian si mayit, walaupun terkadang berbeda antar satu tempat dengan tempat lainnnya. Untuk rincianya adalah sebagai berikut :
• Geblag atau surtanah yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang
• Nelung dina, Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari ketiga sesudah saat meninggalnya seseorang.
• Mitung dina,Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari ketujuh sesudah saat meninggalnya seseorang.
• Matang puluh,Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari keempat puluh sesudah saat meninggalnya seseorang.
• Nyatus, Yaitu selamatan kematian yang diselenggarakan pada hari keseratus sesudah saat meninggalnya seseorang.
• Mendak sepisan dan mendak pindo, masing-masing selamatan kematian yang dilakukan pada waktu sesudah satu tahun dan dua tahunnya dari saat meningalnya seseorang.
• Nyewu, sebagai selamatan saat-saat sesudah kematian seseorang yang bertyepatan dengan genap keseribu harinya. Selamat ini kadang-kadang disebut juga dengan sedejah nguwis-nguwisi. Artinya yang terakhir kali.
Kedua, untuk acara rutinitas suatu desa pada setiap malam jum'at dan dilaksanakan secara bergilir dari rumah ke rumah. Adapun nanti setiap rumah yang mendapatkan gilirannya, tuan rumah biasanya akan mempersiapkan sajian hidangan berupa makanan kecil/snack atau kadang ada prasmanan. Akan tetapi penyajian hidangan ini tidak ditentukan, jadi menurut kemampuan masing-masing dari tuan rumah. Biasanya, di pedesaan tahlilan diadakan pada malam hari (setelah sholat isya')akan tetapi jika di kota tahlilan biasanya pada waktu makan siang (setelah sholat duhur) ataupun pada malam harii (setelah sholat magib).

C.Analisis
Acara tahlilan -paling tidak- terfokus pada dua acara yang paling penting yaitu:
• Pertama: pembacaan beberapa ayat/surat Al-Qur'an, dzikir-dzikir dan disertai dengan do'a-do'a tertentu. Pada umumnya bacaan-bacaan yang dibaca adalah pertama dengan membaca surat Al-Fatihah beberapa kali kemudian dilanjutkan dengan membaca Surat Yasin setelah itu Surat Al-Ikhlas 3x, Surat Al-Falaq 1x, Surat An-nas 1x dilanjutkan sebagian dari ayat-ayat dari surat Al-Baqarah dan bacaan sholawat, tasbih, tahmid, istigfar dan tahlil dan ditutup dengan bacaan do'a.
• Kedua : Penyajian hidangan. Setelah proses pembacaan tahlil selesai kemudian dilanjutkan dengan penyajian hidangan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh tuan rumah. Pada umumnya hidangan yang disajikan adalah berupa snack/makaan kecil akan tetapi kadang juga dilanjutkan dengan prasmanan( makan bersama).
Urgensi
Geertz menjelaskan bahwa selamatan (tahlilan) tidak hanya dilakukan dengan maksud untuk memelihara rasa solidaritas bagi manusia yang melakukannya akan tetapi juga dalam rangka memelihara hubungan baik dengan arwah nenek moyang. Kecuali itu menurut Geertz selamatan juga mempunyai aspek-aspek keagamaan, karena selama kegiatan ini berlangsung segala perasaan agresif terhadap orang lain akana hilang, dan akan mersa tenang.

sumber: munzaro blog
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

hhmmm. . .yang dipermasalahkan di gw, karena diluar agama islam ada aturan seperti doa bersama tiap tanggal tertentu. Dan itu, karena di agama mereka telah dibahas berbagai macam tentang kegaiban (bagi kita). Nah, tentunya rugi dong kalau misalnya ini dipertahankan karena di agama kita sendiri tidak begitu kuat dalilnya.

dsebut ibadah gk boleh, budaya jg kberatan.. sekalian ae bos, budaya nyekar sblm ramadhan dan ssudah ramadhan, apeman, sungkeman pas hari raya yg mendorong orang brbondong2 untuk mudik, pake kopyah/sarung, dll dihilangkan smua.. huehehe..

Yang bisa membuktikan tradisi ini tidak lahir di tanah jawa:
tradisi ini juga ada di malaysia.

kalo menurut teori buku2 sejarah IPS kelas SMP yang katanya alurnya begini kira2: Asia -> Asia Tenggara -> Malaysia -> Indonesia

yang memungkinkan pencampuran banyak budaya dan memungkinkan malaysia lebih dulu mengenal. (belum distudi)

model pemurnian smacam ini tntu sangat berbahaya krn mnciptakan sekat2 dlm masyarakat, klo ente diundang kerabat/tetangga ente untuk tahlilan masak gk mau datang?? dg alasan (maaf) bid'ah dan syirik?? bgmn perasaan keluarga si mayit jika dicap syirik gtu?? kita ini hdup brmasyarakat, klo memang gk stuju dg tahlilan ya stidaknya tetep datang untuk brdzikir buat diri sndiri kan bisa.. klo takut dg makanan 'haram' dr kluarga si mayit stidaknya ya nyumbang uang lah, klo ibu2 biasanya kan sdh bawa beras satu ember tuh..

kalo gw sih kemaren pas diajak tahlilan, gw bilang aja gak bisa. Mau gimana lagi, orang2nya udah percaya. Apalagi yang gw dapat cerita tentang 7 harian ampe 100 harian itu (yang dia ngomong kalau si roh tidak sadar kalau ia telah mati hingga waktu tertentu, sehingga sering mewujudkan wujudnya untuk pamitan di keluarganya) dari tetangga yang keluarganya baru ditinggal. Tega? Tidak, karena saya sendiri gak merasa punya cukup alasan melakukannya bang nizhami :)
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

waduh... waduh pada discuss tentang tahlilan ya? hmmmmm...
mata saya sampai ciut baca 7 halaman.

jaka ikutan nimbrung ya....

setahu saya kalo kita bicara soal hukum2 islam,halal haram dsb. maka hal tersebut dipengaruhi oleh illat , alsan atau latar belakang pengambilan hukumnya. (kurang bisa difahami ya?) saya kasih contoh aja soal hukum makan. secara umum makan hukumnya mubah, namun jadi sunnah karena untuk menyegerakan berbuka puasa, jadi haram karena berlebihan, dan makan hukumnya wajib bagi orang yg akan kehilangan nyawa jika tidak makan. (saya yakin semua sudah pada ngerti kalo soal ini)

nah soal tahlilan. saya kira juga demikian.

dipoint mana tahlilan itu diharamkan dan dipoint mana tahlilan itu disunnahkan?

guru saya juga bilang ibadah itu ada dua macam.

1. ibadah yg sudah diatur tata caranya. (sholat, zakat, puasa, haji)
2 ibadah yg tidak diatur tata caranya. (shodaqoh, istighfar, baca tasbih, tahmid, berkata baik, menyenanngkan orang laian, menghormati tamu, dsb)

dari dua bentuk ibadah ini saya akhirnya tahu bahwa ada bentuk2 ibadah yg kapan, dimana dan bagaimana ibadah itu dilakukan syah2 saja .

nah, kalo saya baca dari awal (maaf kalo ada yg kelewatan) keharaman tahlil terletak pada dicampurkannya dengan kepercayaan2 lokal yg bisa menjadikan syirik, tidak ada pada jaman rosululah, diletakkan pada hari2 tertentu sebgaimana pendapat dan jawaban sebelumnya.

diakui atau tidak budaya itu ada karena sudah dijalankan secara turun temurun yg karena itu akan sangat sulit dihapus. dan jika dihapus secara tegas justru cenderung ditolak.

dengan kecerdikan para pembawa islam budaya2 non muslim itu dikikis sedikit demi sedikit untuk diislamkan. dan saya kira sebenarnya proses ini belom selesai.

ditempat saya kepercayaan2 lokal sudah mulai punah. dan mungkin ditempat lain malah sebaliknya.

saya mencoba berfikir sejenak, jika tradisi tahlil ini tidak ada, apa jadinya hari ini? saya yakin budaya2 lokal yg benar2 syirik itu masih tetap berlangsung dan bahkan lebih parah lagi.

wah panjang bangetz... so intinya tugas kita hari ini adalah menjaga tradsi2 yg baik itu (shodaqoh, silaturahmi, baca tahlil, tahmid, tasbih) dalam bentuk yg sudah ada ini dengan sebaik2nya dan secara perlahan kita kikis habis keyakianan2 yg salah tidak sesuai dengan syariat.


@bjahe: saya dulu pernah denger hadits yg intinya selama tujuh hari roh mayit akan ada di sekitar rumah. 40 hari disekitar kuburnya. (sumber tidak jelas jg dipakai landasan).


mohon koreksinya jika ada yg salah.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

mungkin, itu buku kitab2. salah liat paling.

nah, itu juga maksud saya. mangkanya saya suka tahlil. tapi kalau orientasi dengan tujuan seperti roh tersebut, sepertinya saya kurang setuju. biasanya dimalam pertama setelah dikuburkan diadakan tahlilan, saya ikut aja. tapi kalau setelahnya (yang 7 yang 40 yang 100) saya tidak ikut. apalagi setelah ditanya kenapa harus 7 hari karena maslah seperti itu (contoh sebelumnya
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

1, itu buku kitab2. salah liat paling.

nah, itu juga maksud saya. mangkanya saya suka tahlil. tapi kalau orientasi dengan tujuan seperti roh tersebut, sepertinya saya kurang setuju. biasanya dimalam pertama setelah dikuburkan diadakan tahlilan, saya ikut aja. tapi kalau setelahnya (yang 7 yang 40 yang 100) saya tidak ikut. apalagi setelah ditanya kenapa harus 7 hari karena maslah seperti itu (contoh sebelumnya

ya mungkin bang...

but apa salahnya jika itu dilakukan pada hari ke tiga, 7, 40, dst.
memang sih penetapan waktu ini merupakan akulturasi dengan budaya sebelumnya! tapi apa salah jika saya mengundang tetangga pada hari ke 7, 40, tiap satu tahun dst.? tahlilnya tetap gak salah kan?

nah kalau seandainya budaya lokal tidak menetapkan hari2 ini? mungkinkah kiranya kita akan mengumpulkan ssanak keluarga dan tetangga untuk bersama2 membaca bacaan2 tahlil, tahmid, tasbih dll itu?

nah sekarang jika ada yg tidak suka atau malah tidak membolehkan acara2 ni? pernahkah mereka secara sendiri atau bersama2 berdoa untuk simayit?

ada sisi positif acara2 ini. saling silaturahmi, mengenang dan mengingat jasa dan kabaikan yg telah meninggal, mengirim doa untuk si mayit dsb.

kalau kemudian ada yg kurang benar dalam ritual itu maka sudah semestinya kita yg lebih tahu mengingatkan, membetulkan dimana point salahnya dan tidak menghukumi secara keseluruhan (membaca tahlil, tahmid, tasbih). bukan malah menjauhi apalagi mengharamkan dan mengkafirkan.

contohnya sebagaimna yg telah dilakuakn para penyebar islam di negeri ini. ketika melihat ada yg kurang benar dengan budaya lokal. maka dimasukkanlah ajaran2 islam untuk membaca doa, tahlil, tahmid, tasbih dalam ritual2 mereka. lambat laun mereka muali menerima islam dan mengakui kebenaran islam.

"Sekali lagi saya tegaskan menurut saya, agenda islamisasi ini belum selesai dan tugas kita untuk memperbaiki point kesalahannya."[<:)
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

nah, bacaan pada tahlil itu bagus, tapi bagaimana kalau disuatu daerah menganut seperti ini orientasinya:

well, salah satu yang pernah saya denger seperti itu. katanya, roh itu tidak akan sadar selama belum didoakan. makanya 7 hari pertama ada mitos, si roh masih sering berkegiatan di sekitar kamar. jadi, makin sering ada penampakan. itu katanya, karena si roh belum sadar. seperti kejadian si roh bertanya ke salah satu keluarga, makan apa hari ini. dll. dan biasanya lepas satu bulan, pelan2 si roh akan sadar juga. jika masih belum sadar, rohnya akan penasaran dan gentayangan di dunia. setau saya sih, sarat seperti itu, angka2 tanggalan-nya.

udah saya tanya, masak sih seperti itu? tapi didaerah gw meyakini seperti itu. adakah pembenaran (dalam syariat kita) 3 harian 7 harian 40 harian karena ia mengetahui tentang roh seperti itu?

Terus cerita yang baru gw denger cuma seperti itu (lah, kan gak mungkin gw ngelayat berkilo-kilo meter juga; hahaha). Terus bang nizhami menyambungkannya dengan jasad si mayit yang berkembang kembali menjadi tanah.

jadi, adakah pembenaran (dalam syariat kita) 3 harian 7 harian 40 harian karena ia mengetahui tentang roh seperti diatas itu?
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

oeklah bang... jadi pertanyaannya:
jadi, adakah pembenaran (dalam syariat kita) 3 harian 7 harian 40 harian karena ia mengetahui tentang roh seperti diatas itu?

sebagaimana yang sudah kawan2 ketahuia bhawa dalam al-Qur'an telah disebutkan bahwa kita (manusia) oelh Allah tidaklah dikasih tahu soal urusan roh, melainkan hanya sedikit.

sedikit itu seberapa? disini letak persoalannya. ilmu Allah sangatlah luas dan tak lebih dari sebutir pasir yang telah dikasihkan kepada manusia. dan dengan akal manusia terus menggali misteri2 ciptaan Allah.

kalau abang percaya bahwa ada makhluk2 Allah (manusia) selain para nabi yang juga telah mendapatkan tempat khusus karena telah mencapai posisi ma'rifat billah (kaum sufi, para wali) maka hal tersebut (Allah memberikan sedikit ilmunya ttg ruh) hal itu tidaklah mustahil. Dan setahu saya ada saudara2 muslim saya yg tidak sependapat/mencemooh/menghina kaum ini (sufi).

soal 3, 7, hari dst.nya setahu saya memang tidak ada dalam al-Qur'an atau memang ilmu saya yg sangat dangkal.

kalau kemudian didalam hadits tidak ada, maka kajian2 sufistik, pengetahuan2 tentang ruh ini biasanya dibahas dalam kitab2 klasik yg membhas tentang pengalaman2 kaum sufi.

yang kemudian ditularkan secara lisan dan langsung dalam bentuk amal seperti tahlilan dsb.

yang saya dengar bukan soal ruh mayit itu sadar atau belum tapi memang belum langsung masuk alam barzakh.

selama 7 hari berada disekitar rumah untuk tahu siapa sanak famili yg memang mengasihinya, 40 hari di sekitar kuburnya agar tahu siapa yg sering menjenguknya.

abang boleh percaya atau tidak. toh saya sendiri belum yakin juga.

namun apapun itu yg saya tahu kegiatan tahlil itu banyak manfaatnya. dan kamipun yg membolehkan kegiatan tahlil dan menganggap ibadah amalan2 didalamnya juga tahu bahwa ada beberapa sisi yg memang tidak diperbolehkan. namun kami tidak serta merta mengharamkan secara keseluruhan.

sebagaimana fatwa dalam muktamar NU di page sebelumnya dan juga tidak boleh mengenggap bahwa ritual 3,7,40 hr dst ini adalah kewajiban.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

huohohoho iya.

tapi kalau dalam kasus seperti gw, sudah tentu hal tersebut salah kan?
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

ikutan nanya2 dikit....
guru saya juga bilang ibadah itu ada dua macam.

1. ibadah yg sudah diatur tata caranya. (sholat, zakat, puasa, haji)
2 ibadah yg tidak diatur tata caranya. (shodaqoh, istighfar, baca tasbih, tahmid, berkata baik, menyenanngkan orang laian, menghormati tamu, dsb)
@bang jaka:berarti tahlil termasuk ibadah yg tidak diatur kan? (seperti tasbih, tahmid menurut gurunya bang jaka)

tapi bukankah menetapkan hari 7/4/10/1000 itu sama saja "mengatur" ibadah yang seharusnya "tidak diatur" (dalam artian bebas dilakukan kapan saja)

dengan kecerdikan para pembawa islam budaya2 non muslim itu dikikis sedikit demi sedikit untuk diislamkan. dan saya kira sebenarnya proses ini belom selesai.
pendapatku sih, yg belum selesai adalah "penetapan hari" untuk tahlilan tersebut, karena itu tidak bisa dipahami asal usulnya, makanya perlu dirubah. bisakah tahlilan dilakukan di sembarang hari? (misalnya hari ke 3 lalu 4, besoknya pindah ke hari 55 dst)

seperti biasa :D saya memberikan double bintang sebagai apresiasi saya atas ketertiban teman2 berforum disini, bintang kepada bang bjhe 2 biji dan bang jaka 2 biji :D
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

ikutan nanya2 dikit....

@bang jaka:berarti tahlil termasuk ibadah yg tidak diatur kan? (seperti tasbih, tahmid menurut gurunya bang jaka)

tapi bukankah menetapkan hari 7/4/10/1000 itu sama saja "mengatur" ibadah yang seharusnya "tidak diatur" (dalam artian bebas dilakukan kapan saja)


pendapatku sih, yg belum selesai adalah "penetapan hari" untuk tahlilan tersebut, karena itu tidak bisa dipahami asal usulnya, makanya perlu dirubah. bisakah tahlilan dilakukan di sembarang hari? (misalnya hari ke 3 lalu 4, besoknya pindah ke hari 55 dst)

seperti biasa :D saya memberikan double bintang sebagai apresiasi saya atas ketertiban teman2 berforum disini, bintang kepada bang bjhe 2 biji dan bang jaka 2 biji :D

hooh, kira2 itu maksud saya. yang terpenting tujuan. Kalau tujuan kayak temen gw (biar rohnya sadar) bener2 aneh kan jika yang dinilai justru cara yang belum ada aturannya juga (tapi kita tahu kalau itu pahala). Tapi tujuannya tidak diketahui, kenapa memakai cara itu. . .itu aja.

pertanyaan saya sama seperti bang masyakur. Terus yang terjadi selanjutnya, kalau terus begini mungkin ntar ada orang yang mempertanyakan keaslian darimana kisah "tanggalan" itu berasal. Sedangkan kita sendiri tidak memiliki dalil yang cukup dijadikan pegangan seorang muslimin.

Dilain sisi, ada juga hal seperti ini yang mirip-mirip di agama non muslim. Mereka benar-benar diatur, tetapi kita tidak mengetahui cuma sedikit. Makanya saya katakan cukup rugi mempertahankannya. Lah yang jelas seperti kisah malaikat harut-marut aja (yang sudah jelas dalam kitab suci al-quran maupun kitab suci persia), masih diperebutkan bahkan didebatkan ke hal yang tidak penting di forum2 aneh. Nah, apalagi tahlilan yang masih kurang begitu jelas (tentang tanggalan). Bagaimanakah cara kita mempertanggung jawabkan tentang ibadah seperti ini adalah yang termasuk di ridhoi Tuhan kita, Dan memang benar-benar ada?

disitu letak kerugiannya menurut gw.
 
Bls: Tahlil, tradisi Islam?

g perlu pakek hitung-hitungan hari segala, kan g wajib
tahlil boleh asal tidak makin menyusahkan keluarga mayit
kan ada tuch bela-belain ngutang sana sini untuk ngadain acara tahlilan
padahalkan seharusnya tetangga atau kerabatny yg bantu ngeringanin beban keluarga yg ditinggalin
 
Back
Top