singthung
New member
UPALI SUTTA
Kepada Upali
(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya III
Kepada Upali
(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya III
1. Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Nalanda di Hutan Mangga milik Pavarika.
2. Pada saat itu, Nigantha Nataputta sedang berdiam di Nalanda dengan sekelompok besar suku Nigantha. Kemudian, ketika seorang anggota suku Nigantha [bernama] Digha Tapassi(578) berkelana untuk mengumpulkan dana makanan di Nalanda dan telah kembali, setelah makan dia pun pergi ke Hutan Mangga Pavarika untuk menemui Yang Terberkahi.[372] Dia bertukar sapa dengan Yang Terberkahi, dan setelah percakapan yang sopan dan bersahabat ini selesai, dia berdiri di satu sisi. Sementara dia berdiri di sana, Yang Terberkahi berkata kepadanya: “Ada tempat duduk, Tapassi. Duduklah jika engkau mau.”
3. Ketika hal ini dikatakan, Digha Tapassi mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk di satu sisi. Kemudian Yang Terberkahi bertanya kepadanya: “Tapassi, berapa banyak jenis tindakan yang dijelaskan oleh Nigantha Nataputta untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat?”
“Sahabat Gotama, Nigantha Nataputta tidak biasa menggunakan penjelasan ‘tindakan, tindakan'; Nigantha Nataputta biasanya menggunakan penjelasan ‘tongkat, tongkat.”
“Kalau demikian, Tapassi, berapa banyak jenis tongkat yang dijelaskan oleh Nigantha Nataputta untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat?”
“Sahabat Gotama, Nigantha Nataputta menjelaskan tiga jenis tongkat untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat; yaitu, tongkat jasmani, tongkat ucapan, dan tongkat mental.”(580)
“Kalau demikian, Tapassi, bagaimana ada tongkat jasmani, ada lagi tongkat ucapan, dan masih ada lagi tongkat mental?”
“Tongkat jasmani adalah satu tongkat, sahabat Gotama, tongkat ucapan adalah satu yang lain, dan tongkat mental adalah satu yang lain lagi.”
“Dari antara tiga jenis tongkat ini, Tapassi, yang demikian dianalisa dan dibedakan, jenis tongkat manakah yang dijelaskan oleh Nigantha Nataputta sebagai yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat: tongkat jasmani atau tongkat ucapan atau tongkat mental?”
“Dari antara tiga jenis tongkat ini, sahabat Gotama, yang demikian dianalisa dan dibedakan, Nigantha Nataputta menjelaskan tongkat jasmani sebagai yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental.”
“Apakah engkau mengatakan tongkat jasmani, Tapassi?”
“Saya katakana tongkat jasmani, sahabat Gotama.”
“Apakah engkau mengatakan tongkat jasmani, Tapassi?”
“Saya katakan tongkat jasmani, sahabat Gotama.”
“Apakah engkau mengatakan tongkat jasmani, Tapassi?”
“Saya katakan tongkat jasmani, sahabat Gotama.”
Demikianlah Yang Terberkahi membuat Nigantha Digha Tapassi mempertahankan pernyataannya sampai ketiga kalinya.[373]
4. Kemudian Nigantha Digha Tapassi bertanya kepada Yang Terberkahi: “Dan engkau, sahabat Gotama, berapa banyak jenis tongkat yang engkau jelaskan untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat?”
“Tapassi, Tathagaata tidak biasa menggunakan penjelasan ‘tongkat,tongkat'; Tathagata biasanya menggunakan penjelasan ‘tindakan, tindakan.'”
“Tetapi, sahabat Gotama, berapa banyak jenis tindakan yang engkau jelaskan untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat?”
“Tapassi, aku menjelaskan tiga jenis tindakan untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat; yaitu, tindakan jasmani, tindakan ucapan, dan tindakan mental.”
“Kalau demikian, sahabat Gotama, bagaimana ada tindakan jasmani, ada lagi tindakan ucapan, dan masih ada lagi tindakan mental?”
“Tindakan jasmani adalah satu tindakan, Tapassi, tindakan ucapan adalah satu yang lain, dan tindakan mental adalah satu yang lain lagi.”
“Dari antara tiga jenis tindakan ini, sahabat Gotama, yang demikian dianalisa dan dibedakan, jenis tindakan yang mana yang engkau jelaskan sebagai yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat: tindakan jasmani atau tindakan ucapan atau tindakan mental?”
“Dari antara tiga jenis tindakan ini, Tapassi, yang demikian dianalisa dan dibedakan, aku jelaskan tindakan mental sebagai yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tindakan jasmani dan tindakan ucapan.”(581)
“Apakah engkau mengatakan tindakan mental, sahabat Gotama?”
“Aku katakan tindakan mental, Tapassi.”
“Apakah engkau mengatakan tindakan mental, sahabat Gotama?”
“Aku katakan tindakan mental, Tapassi.”
“Apakah engkau mengatakan tindakan mental, sahabat Gotama?”
“Aku katakana tindakan mental, Tapassi.”
Demikianlah Nigantha Digha Tapassi membuat Yang Terberkahi mempertahankan pernyataannya sampai ketiga kalinya.
Sesudah itu, dia pun bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke Nigantha Nataputta.
5. Pada waktu itu, Nigantha Nataputta sedang duduk bersama dengan amat banyak umat dari Balaka. Dan di antara mereka, yang paling terkemuka adalah Upali Nigantha Nataputta melihat Nigantha Digha Tapassi datang dari jauh, dan kemudian bertanya kepadanya: “Dari mana engkau datang di tengah hari ini, Tapassi?”
“Saya datang dari menjumpai petapa Gotama, Yang Mulia.”
“Apakah engkau bercakap-cakap dengan petapa Gotama, Tapassi?”[374]
“Saya bercakap-cakap dengan petapa Gotama, Yang Mulia.”
“Seperti apa percakapanmu dengan dia, Tapassi?”
Maka Nigantha Digha Tapassi menceritakan kepada Nigantha Nataputta seluruh percakapannya dengan Yang Terberkahi.
6. Ketika hal ini dikatakan, Nigantha Nataputta berkata: “Bagus, bagus, Tapassi! Nigantha Digha Tapassi telah menjawab petapa Gotama seperti siswa yang telah diajar dengan baik, yang memahami ajaran gurunya dengan benar. Apa artinya tongkat mental yang kecil bila dibandingkan dengan tongkat jasmani yang kasar? Justru sebaliknya, tongkat jasmani adalah yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental.”
7. Ketika hal ini dikatakan, perumah-tangga Upali berkata kepada Nigantha Nataputta: “Bagus, bagus, Yang Mulia, [pada bagian] Digha Tapassi! Tuan Tapassi telah menjawab petapa Gotama seperti siswa yang telah diajar dengan baik, yang memahami ajaran gurunya dengan benar. Apa artinya tongkat mental yang kecil bila dibandingkan dengan tongkat jasmani yang kasar? Justru sebaliknya, tongkat jasmani adalah yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental. Sekarang, Yang Mulia, saya akan pergi dan menyangkal doktrin petapa Gotama berdasarkan pernyataan ini. Jika petapa Gotama mempertahankan di depan saya apa yang telah dipertahankan di depan Digha Tapassi, maka persis seperti seorang pria yang kuat(582) dapat menangkap kambing berbulu panjang pada bulunya dan menyeretnya serta mengombang-ambingkannya ke sana kemari, demikian pula di dalam perdebatan itu pun saya akan menyeret petapa Gotama serta mengombang-ambingkannya ke sana kemari. Persis seperti pekerja tuak dapat melempar ayakan tuak yang besar ke dalam tangki air yang dalam, dan dengan memegang pada sudut-sudutnya dia dapat menyeretnya serta mengombang-ambingkannya ke sana kemari, demikian pula di dalam perdebatan itu pun saya akan menyeret petapa Gotama serta mengombang-ambingkannya ke sana kemari. Persis seperti pencampur tuak dapat melempar saringan pada sudut-sudutnya dan menggoncangkannya ke bawah dan menggoncangkannya ke atas serta memukulnya ke sana kemari, demikian pula di dalam perdebatan itu pun saya akan menggoncang petapa Gotama ke bawah [375] dan menggoncangkannya ke atas serta memukulnya ke sana kemari. Dan persis seperti seekor gajah berumur enam puluh tahun mencebur ke kolam yang dalam dan menikmati bermain-main dengan permainan mencuci-rami, demikian pula saya akan menikmati bermain-main dengan permainan mencuci-rami dengan petapa Gotama. Yang Mulia, saya akan pergi dan menyangkal doktrin petapa Gotama berdasarkan pernyataan ini.”
“Pergilah, perumah-tangga, dan sangkallah doktrin petapa Gotama berdasarkan pernyataan ini. Bisa saya sendiri yang menyangkal doktrin petapa Gotama, tetapi bisa pula Nigantha Digha Tapassi atau engkau sendiri.”
8. Ketika hal ini dikatakan, Nigantha Digha Tapassi berkata kepada Nigantha Nataputta: “Yang Mulia, menurut hemat saya, tidak seharusnya perumah-tangga Upali [mencoba] menyangkal doktrin petapa Gotama. Petapa Gotama adalah seorang ahli sihir dan dia mengetahui sihir untuk mengubah keyakinan siswa-siswa sekte lain.”
“Tidaklah mungkin, Tapassi, tidak bisa terjadi bahwa perumah-tangga Upali akan beralih menjadi siswa di bawah petapa Gotama; tetapi adalah mungkin, bisa terjadi bahwa petapa Gotama akan beralih menjadi siswa di bawah perumah-tangga Upali. Pergilah, perumah-tangga, dan sangkallah doktrin petapa Gotama. Bisa saya sendiri yang menyangkal doktrin petapa Gotama, tetapi bisa pula Nigantha Digha Tapassi atau engkau sendiri.”
Untuk kedua kalinya… Untuk ketiga kalinya, Nigantha Digha Tapassi berkata kepada Nigantha Nataputta: “Yang Mulia, menurut hemat saya, tidak seharusnya perumah-tangga Upali [mencoba] menyangkal doktrin petapa Gotama. Petapa Gotama adalah seorang ahli sihir dan dia mengetahui sihir untuk mengubah keyakinan siswa-siswa sekte lain.”
“Tidaklah mungkin, Tapassi, tidak bisa terjadi bahwa perumah-tangga Upali akan beralih menjadi siswa di bawah petapa Gotama; tetapi adalah mungkin, bisa terjadi bahwa petapa Gotama akan beralih menjadi siswa di bawah perumah-tangga Upali. Pergilah, perumah-tangga, dan sangkallah doktrin petapa Gotama. Bisa saya sendiri yang menyangkal doktrin petapa Gotama, tetapi bisa pula Nigantha Digha Tapassi atau engkau sendiri.”
9. “Ya, Yang Mulia,” jawab perumah-tangga Upali, dan dia beranjak dari tempat duduknya. Setelah memberi hormat kepada Nigantha Nataputta, dengan menjaga beliau di sisi kanannya, Upali pun berangkat untuk menjumpai Yang Terberkahi di Hutan Mangga milik Pavarika.[376] Di sana, setelah memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dia duduk di satu sisi dan bertanya kepada Yang Terberkahi: “Yang Mulia, apakah Nigantha Digha Tapassi datang kemari?”
“Nigantha Digha Tapassi memang datang kemari, perumah-tangga.”
“Yang Mulia, apakah engkau bercakap-cakap dengan dia?” [374]
“Aku bercakap-cakap dengan dia, perumah-tangga.”
“Seperti apa percakapanmu dengan dia, Yang Mulia?”
Maka Yang Terberkahi menjelaskan kepada perumah-tangga Upali seluruh percakapannya dengan Nigantha Digha Tapassi.
10. Ketika hal itu dikatakan, perumah-tangga Upali berkata kepada Yang Terberkahi: “Bagus, bagus, Yang Mulia, pada bagian Tapassi! Nigantha Digha Tapassi telah menjawab Yang Terberkahi seperti siswa yang telah diajar denngan baik, yang memahami ajaran gurunya dengan benar. Apa artinya tongkat mental yang kecil bila dibandingkan dengan tongkat jasmani yang kasar? Justru sebaliknya, tongkat jasmani adalah yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental.”
“Perumah-tangga, jika engkau akan berdebat dengan landasan kebenaran, kita dapat melakukan percakapan mengenai hal ini.
“Saya akan berdebat dengan landasan kebenaran, Yang Mulia, jadi marilah kita melakukan percakapan mengenai hal ini.”
11. “Bagaimana pendapatmu, perumah-tangga? Di sini, seorang anggota suku Nighanta mungkin sengsara, menderita, dan sakit keras [menderita suatu penyakit yang membutuhkan pengobatan dengan air dingin, namun sumpahnya melarang hal ini]. Mungkin dia menolak air dingin [walaupun secara mental dia menginginkannya], dan hanya menggunakan air panas [yang diizinkan, sehingga dia menjaga sumpahnya secara jasmani dan ucapan]. Karena dia tidak mendapat air dingin, dia mungkin mati. Nah, perumah-tangga, menurut penjelasan Nigantha Nataputta, di manakah [terjadinya] tumimbal-lahir orang itu?”
“Yang Mulia, ada dewa yang disebut ‘terikat-pikiran'; orang itu akan terlahir di sana. Mengapa demikian? Karena ketika mati, dia masih terikat [oleh kemelekatan] didalam pikiran.”(583)
“Perumah-tangga, perumah-tangga, perhatikan bagaimana engkau menjawab! Apa yang engkau katakana sebelumnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sesudahnya, begitu pula, apa yang engkau katakan sesudahnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sebelumnya. Namun engkau membuat pernyataan ini: ‘Saya akan berdebat denngan landasan kebenaran, Yang Mulia, jadi marilah kita melakukan percakapan mengenai hal ini.'”
“Yang Mulia, walaupun Yang terberkahi telah mengatakan demikian, namun tongkat jasmani adalah yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental.”(584)
12. “Bagaimana pendapatmu,[377] perumah-tangga? Di sini, seorang anggota suku Nigantha mungkin terkendali dengan empat tanda – dikekang oleh semua kekangan, dijepit oleh semua kekangan, dibersihkan oleh semua kekangan, dan ditegaskan oleh semua kekangan.(585) Walaupun demikian, ketika pergi dan kembali, dia menyebabkan kerusakan banyak makhluk hidup yang kecil. Apa hasil yang dijelaskan oleh Nigantha Nataputta untuknya?”
“Yang Mulia, Nigantha Nataputta tidak menjelaskan apa yang tidak diniati sebagai yang amat pantas dicela.”
“Tetapi bila dia meniatinya, perumah-tangga?”
“Maka hal itu amat pantas dicela, Yang Mulia.”
“Tetapi, termasuk di dalam yang mana [di antara tiga tongkat itu] yang dijelaskan Nigantha Nataputta sebagai yang diniati, perumah-tangga?”
“Di bawah tongkat mental, Yang Mulia.”
“Perumah-tangga, perumah-tangga, perhatikan bagaimana engkau menjawab! Apa yang engkau katakan sebelumnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sesudahnya, begitu pula, apa yang engkau katakan sesudahnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sebelumnya. Namun engkau membuat pernyataan ini: ‘Saya akan berdebat dengan landasan kebenaran, Yang Mulia, jadi marilah kita melakukan percakapan mengenai hal ini.'”
“Yang Mulia, walaupun Yang Terberkahi telah mengatakan demikian, namun tongkat jasmani adalah yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbuatan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental.”
13. “Bagaimana pendapatmu, perumah-tangga? Apakah kota Nalanda ini sukses dan sejahtera, apakah kota ini banyak dan padat penduduknya?”
“Ya, Yang Mulia, itu benar.”
“Bagaimana pendapatmu, perumah-tangga? Seandainya ada orang yang datang kemari sambil mengacungkan pedang dan berkata demikian: ‘Dalam satu saat, dalam sekejap, saya akan membuat semua makhluk hidup di kota Nalanda ini menjadi satu onggokan daging, menjadi satu tumpukan daging.' Bagaimana pendapatmu,perumah-tangga, apakah orang itu akan bisa melakukannya?”
“Yang Mulia, sepuluh, duapuluh, tigapuluh, empatpuluh, atau bahkan limapuluh orang tidak akan bisa membuat semua makhluk hidup di kota Nalanda ini menjadi satu onggokan daging, menjadi satu tumpukan daging dalam satu saat, dalam sekejap, jadi apa yang diandalkan oleh satu orang yang remeh?”
“Bagaimana pendapatmu, perumah-tangga? Seandainya ada petapa atau brahmana yang datang ke sini, yang memiliki kekuatan kesaktian dan mencapai penguasaan pikiran, dan dia berkata demikian: ‘Saya akan mengubah kota Nalanda ini menjadi abu dengan satu tindakan mental kebencian.' Bagaimana pendapatmu, perumah-tangga, apakah orang itu akan bisa melakukannya?”[378]
“Yang Mulia, petapa atau brahmana yang memiliki kekuatan kesaktian dan mencapai penguasaan pikiran seperti itu akan dapat mengubah sepuluh, duapuluh, tigapuluh, empatpuluh, atau bahkan limapuluh kota Nalanda ini menjadi abu dengan satu tindakan mental kebencian, jadi apa yang diandalkan oleh satu kota Nalanda yang kecil?”
“Perumah-tangga, perumah-tangga, perhatikan bagaimana engkau menjawab! Apa yang engkau katakan sebelumnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sesudahnya, begitu pula, apa yang engkau katakan sesudahnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sebelumnya. Namun engkau membuat pernyataan ini: ‘Saya akan berdebat dengan landasan kebenaran, Yang Mulia, jadi Marilah kita melakukan percakapan mengenai hal ini.'”
“yang Mulia, walaupun Yang Terberkahi telah mengatakan demikian, namun tongkat jasmani adalah yang paling pantas dicela untuk pelaksanaan tindakan jahat, untuk perbutan tindakan jahat, dan tidak sebanyak tongkat ucapan dan tongkat mental.”
14. “Bagaimana pendapatmu, perumah-tangga? Apakah engkau telah mendengar bagaimana hutan-hutan Dandaka, Kalingga, Mejjha, dan Matanga menjadi hutan?”(587) – “Ya, Yang Mulia.” – “Seperti yang engkau dengan, bagaimana mereka menjadi hutan?” – “Yang Mulia, saya mendengar bahwa mereka menjadi hutan karena suatu tindakan mental kebencian pada diri para menglihat.”
“Perumah-tangga, perumah-tangga, perhatikan bagaimana engkau menjawab! Apa yang engkau katakan sebelumnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sesudahnya, begitu pula, apa yang engkau katakan sesudahnya tidak cocok dengan apa yang engkau katakan sebelumnya. Namun engkau membuat pernyataan ini: ‘Saya akan berdebat dengan landasan kebenaran, Yang Mulia, jadi marilah kita melakukan percakapan mengenai hal ini.”
15. “Yang Mulia, saya merasa puas dan senang dengan perumpamaan pertama Yang Terberkahi. Walaupun demikian, tadinya saya pikir saya akan melawan Yang Terberkahi demikian karena saya ingin mendengar Yang Terberkahi memberikan berbagai solusi bagi persoalan itu. Luar biasa, Guru Gotama! Luar biasa, Guru Gotama! Guru Gotama telah membuat Dhamma menjadi jelas dengan banyak cara, seakan-akan Beliau menegakkan kembali apa yang tadinya terjungkir-balik, mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, atau memberikan penerangan di dalam kegelapan bagi mereka yang mempunyai mata sehingga dapat melihat bentuk. Saya pergi pada Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai umat yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan sepanjang hidup saya.”
16. “Selidikilah dengan seksama, perumah-tangga. Sungguh bagus bila orang-orang terkenal seperti engkau menyelidiki dengan seksama.”
“Yang Mulia, saya bahkan merasa lebih puas dan senang dengan Yang Terberkahi karena memberitahukan hal itu kepada saya. Bagi kelompok-kelompok sekte lain, ketika memperoleh saya sebagai siswa mereka, mereka akan membawa spanduk ke seluruh Nalanda dan mengumumkan: ‘Perumah-tangga Upali telah menjadi siswa di bawah kami.' Tetapi sebaliknya, Yang Terberkahi memberitahukan saya: ‘Selidikilah dengan seksama, perumah-tangga. Sungguh bagus bila orang-orang terkenal seperti engkau menyelidiki dengan seksama.' Maka, untuk kedua kalinya, Yang Mulia, saya pergi pada Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada sangha para bhikkhu. Sejak hari ini biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai umat yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan sepanjang hidup saya.”
17. “Perumah-tangga, keluargamu sudah lama menopang para Nigantha dan engkau harus mempertimbangkan bahwa dana makanan harus diberikan kepada mereka bila mereka datang.”
“Yang Mulia, saya bahkan merasa lebih puas dan senang dengan Yang Terberkahi karena memberitahukan hal itu kepada saya. Yang Mulia, saya telah mendengar kabar bahwa petapa Gotama berkata demikian: ‘Pemberian harus diberikan hanya kepadaku; pemberian tidak boleh diberikan kepada orang lain. Pemberian harus diberikan hanya kepada siswaku; pemberian tidak boleh diberikan kepada siswa orang lain. Hanya apa yang diberikan kepadaku saja yang sangat bermanfaat, bukan apa yang diberikan kepada orang lain. Hanya apa yang diberikan kepada siswaku saja yang sangat bermanfaat , bukan apa yang diberikan kepada siswa orang lain.' Tetapi sebaliknya, Yang Terberkahi bahkan mendorong saya untuk memberikan pemberian kepada para Nigantha. Tetapi, kami akan mengetahui waktu untuk hal itu, Yang Mulia. Maka, untuk ketiga kalinya, Yang Mulia, saya pergi pada Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai umat yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan sepanjang hidup saya.”
18. Kemudian Yang Terberkahi memberi perumah-tangga Upali ajaran awal, yaitu pembicaraan tentang berdana, pembicaraan tentang moralitas, pembicaraan tentang surga-surga; Beliau menjelaskan tentang bahaya, penurunan, dan kekotoran batin di dalam kesenangan-kesenangan indera serta berkah dari meninggalkan keduniawian. Ketika Beliau mengetahui bahwa pikiran perumah-tangga Upali [380] sudah siap, bisa menerima, bebas dari penghalang, bersukacita, dan yakin, Beliau pun membabarkan kepadanya ajaran yang khusus bagi para Buddha: penderitaan, asal mulanya, berhentinya, dan Sang Jalan. Persis seperti sehelai kain bersih yang semua tandanya telah dihilangkan akan meyerap warna secara rata, demikian pula, sementara perumah-tangga Upali duduk di sana, visi Dhamma yang jernih dan tanpa-noda muncul pada dirinya: “Semua yang terkena kemunculan akan terkena penghentian.”(588) Kemudian perumah-tangga Upali melihat Dhamma, mencapai Dhamma, mengerti Dhamma: dia menyeberangi keraguan, menyingkirkan kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi mandiri terhadap yang lain di dalam Ajaran Guru.(589) Kemudian dia berkata kepada Yang Terberkahi: “Sekarang, Yang Mulia, kami harus pergi. Kami sibuk dan ada banyak yang harus dikerjakan.”
“Sekaranglah waktunya, perumah-tangga, untuk melakukan apa yang engkau pikir cocok.”
19. Kemudian perumah-tangga Upali, setelah bergembira dan bersukacita di dalam kata-kata Yang Terberkahi, bangkit dari tempat duduknya. Dan setelah memberi hormat Kepada Yang Terberkahi, dengan menjaga Beliau di sisi kanannya, Upali pulang ke rumahnya sendiri. Di sana dia menyapa penjaga pintunya demikian: “Penjaga pintu yang baik, sejak hari ini aku menutup pintunya bagi para Nigantha dan Niganthi, dan aku membuka pintuku bagi para bhikkhu, bhikkhuni, umat laki-laki, dan umat perempuan Yang Terberkahi. Jika ada Nigantha yang datang, maka beritahukan kepadanya demikian: ‘Tunggu, Yang Mulia, jangan masuk. Sejak hari ini perumah-tangga Upali telah pergi menjadi siswa di bawah petapa Gotama. Dia telah menutup pintunya bagi para Nigantha dan Niganthi, dan dia telah membuka pintunya bagi para bhikkhu, bhikkhuni, umat laki-laki, dan umat perempuan Yang Terberkahi. Yang Mulia, jika engkau membutuhkan dana makanan, tunggulah di sini; mereka akan membawanya kepadamu di sini.” – “Ya, Yang Mulia,” jawab penjaga pintu itu.
Last edited: