Kumpulan Kisah Abu Nawas

wah....banyak yang menarik nih.....
ikutan nambahin beberapa ya :D

Detektor Jantung

Suatu ketika saat Abu Nawas sedang berpergian di negara tetangga bersama temannya, tiba-tiba saja ada kabar tentang putra mahkota kerajaan tetangga tersebut yang jatuh sakit. Dan dari kabarnya, sudah banyak tabib yang didatangkan tapi tak seorangpun mampu menyembuhkannya. Akhirnya Raja mengadakan sayembara yang boleh diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali oleh para penduduk negeri tetangga seperti Abu Nawas dan temannya.

Sayembara yang berhadiah besar itu ternyata begitu menggiurkan banyak orang, sehingga dalam waktu singkat telah diikuti ratusan peserta. Namun sampai beberapa hari kemudian, tak ada satu pun dari peserta berhasil mengobati penyakit sang pangeran. Melihat hal itu, Abu Nawas tergoda untuk mengikuti sayembara itu. Ia menyuruh temannya mendaftarkan diri.

Temannya yang tahu bahwa Abu Nawas bukan tabib, mula-mula menolak untuk mendaftarkan diri. Namun karena terus didesak, akhirnya ia mendaftarkan nama Abu Nawas sebagai juru sembuh untuk mengikuti sayembara. Namun kedatangan Abu Nawas dan temannya yang tidak membawa peralatan medis apapun, mencengangkan pihak kerajaan tetangga dan para tabib yang lain.

Ketika Abu Nawas dan temannya dipersilahkan memasuki kamar sang putra mahkota, ia mencoba mengamati kondisinya. Ia menghampiri sang pangeran dan duduk di sisinya. Ia mencoba menerka, apa yang sebenarnya dialam oleh lelaki muda di depannya itu.

Setelah berpikir sejenak, Abu Nawas berkata kepada raja, "Saya membutuhkan seorang yang di masa mudanya sering mengembara ke pelosok negeri Anda."

Maka segera orang tua yang diinginkan Abu Nawas didatangkan. Lalu Abu Nawas berkata kepadanya, "Sebutkan satu persatu nama-nama desa di daerah selatan."

Maka orang tua itu menuruti apa yang diperintahkan Abu nawas. Dan ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa begian selatan, Abu Nawas menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Kemudian Abu Nawas memerintahkan agar menyebutkan bagian utara, barat, dan timur. Setelah semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas bertanya kepada sang Raja, "Apakah beberapa hari sebelumnya, putra mahkota sering pergi ke daerah utara negeri Paduka?"

"Mmmm... benar... memangnya kenapa?"

Lalu Abu Nawas membisikkan sesuatu kepada pangeran dan kemudian menempelkan telinganya ke dada pangeran. Sang Raja heran dengan apa yang dilakukan Abu Nawas. Ia pun bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Saya tengah memasang detektor untuk mendeteksi denyut jantung putra Paduka" jawab Abu Nawas.
"Detektor apa itu?" tanya Raja keheranan.
"Apakah yang mulia menginginkan sang pangeran hidup?" tanya Abu Nawas.
"Apa maksudmu?" Raja balas bertanya.
"Di telinga hamba ada detektor asmara yang bisa menerka denyut jantung orang-orang yang tengah jatuh cinta. Dan menurut detektor yang hamba miliki itu, Sang pangeran sekarang ini sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara negeri ini," Abu Nawas menjelaskan.
"Bagaimana kau tahu?" =??=
"Itu karena hamba memiliki detektor asmara Paduka!"
"Bagaimana kau menggunakannya?"
"Hamba bisa mendeteksi penyakit itu dari nama-nama desa di seluruh negeri ini. Saat Si pengembara tadi menyebutkan nama sebuah desa, tiba-tiba degup jantungnya keras ketika mendengarkan nama sebuah desa di bagian utara negeri ini. Dan Sang pangeran tidak berani mengutarkannya kepada Baginda."
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.
"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."
"Kalau tidak?" tawar Raja ragu-ragu.
"Cinta itu buta. Bila kita tidak berusaha mengobati kebutannya, maka dia akan mati."

Tentu saja saran Abu Nawas tidak bisa ditolak oleh Sang Raja, demi kelangsungan kerajaannya. Bagaimanapun sang pangeran adalah putra satu-satunya yang akan mewarisi kekuasaannya. Dan bergembiralah sang Raja karen begitu mendengar persetujuan darinya, sang pangeran berangsur-angsur pulih. Dengan demikian, Abu Nawas dan temannya berhak mendapatkan hadiah yang besar.

ini dari buku, cuma saia tulis ASLI pake ketikan tanganku sendiri :D

bila pada tertarik, berikan saia 'hadiah' sebagai tanda balas jasa (bila punya) :p
 
kiriman lagi untuk malam ini :D
Menghadapi Penipu

Seorang tetangga yang dikenal suka menipu tahu kalau Abu Nawas mendapat hadiah dari negara tetangga yang salah satu isinya berupa uang yang cukup banyak. Keesokan harinya, ia mendatangi rumah Abu Nawas. Setelah Abu Nawas menyuruh masuk, ia menceritakan berbagai tragedi yang menimpanya, dan bermaksud meminta sumbangan kepada Abu Nawas. Mendengar itu, Abu Nawas berkata, "Maaf, di sini saya tidak punya uang!"
"Bukankah engkau baru saja mendapat hadiah dari Raja negara tetangga?"
"benar, tapi uang itu sekarang tidak lagi di tanganku!" kata Abu Nawas (ia tidak berbohong karena uang itu memang tidak di tangannya, tapi sekarang ada di almarinya).
"Ah, mana mungkin Anda membelanjakan uang sebanyak itu dalam semalam?"
"Oh, kalau itu tidak terlalu sulit bagi orang yang sedang berhadapan dengan seorang penipu!"
 
semoga ini jadi pelajaran bagi kalian :D
Cerewet dan Manusia Arif
Seringkali apa yang kita anggap buruk, ternyata Tuhan memberikan kebaikan di dalamnya. Dan apa yang kita anggap baik ternyata Tuhan memberikan keburukan di dalamnya. Untuk selalu mengingatkan ini, orang-orang bijak menganalogikannya dengan buah-buahan. Ada kedondong, luarnya halus dalamnya banyak durinya. Ada rambutan yang bila dilihat dari luar rambutnya lebat, tetapi dalamnya halus. Demikian juga ada durian yang luarnya berduri keras namun dalamnya empuk dan halus. Semua itu sangat dipahami oleh Abu Nawas, termasuk dalam masalah ini.

Kepada murid-muridnya ia menyarankan, "Menikahlah! jika engkau mendapat perempuan yang baik, maka engkau akan bahagia. Dan jika engkau mendapatkan istri yang cerewet, maka engkau akan menjadi manusia arif, seperti diriku!"
 
hati-hati kalo mau nyolong :D
Kayu Allah
Seseorang kelihatan sedang mencuri buah apel di kebun temannya, ketika Abu Nawas dan temannya datang ke sana. Langsung temannya berteriak, "Pencuri, turun kamu!".
"Siapa yang mencuri? Aku hamba Allah yang tengah mengambil apel milik Allah!" kata pencuri itu.
Tiba-tiba Abu Nawas mengambil kayu dan dipukulnya ke arah orang itu. Orang itu berteriak, "Kenapa kau memukulku?"
"Aku menggunakan kayu Allah untuk memukul hamba Allah, apa salahnya?"
 
Janganlah khawatir terhadap Hujan :)
Ketika Hujan
Ketika Abu Nawas dalam perjalanan pulang tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat. Orang-orang lari pontang-panting mencari tempat berteduh. namun, Abu Nawas tetap melenggang dengan santainya tanpa payung. Temannya yang melihat itu berteriak "Hai Abu Nawas, kenapa kamu tidak berjalan cepat-cepat?"

"Kenapa harus cepat-cepat, di depan hujannya juga deras!"
 
wah....banyak yang menarik nih.....
ikutan nambahin beberapa ya :D



ini dari buku, cuma saia tulis ASLI pake ketikan tanganku sendiri :D

bila pada tertarik, berikan saia 'hadiah' sebagai tanda balas jasa (bila punya) :p
ok makasih den udah ditambahin, saia kasih reppu ya =b=:D
kiriman lagi untuk malam ini :D

semoga ini jadi pelajaran bagi kalian :D

hati-hati kalo mau nyolong :D

Janganlah khawatir terhadap Hujan :)
ini tulisan ulang den prima ya? kalau gak salah cerita-cerita diatas itu sebenarnya panjang kan ya? apa ini versi lawakan untuk cerita abu nawas?

ijin nyimak
thread yang sangat menarik
silahkan den :D
 
ok makasih den udah ditambahin, saia kasih reppu ya =b=:D







ini tulisan ulang den prima ya? kalau gak salah cerita-cerita diatas itu sebenarnya panjang kan ya? apa ini versi lawakan untuk cerita abu nawas?


silahkan den :D
makasih banyak, kaka *sembahsujud*

yg pendek itu sebenarnya gk panjang, emang dasarnya singkat (kecuali yang pertama....itu cukup panjang.)
terus itu yg setelah pertama itu bagian lucunya :p
kalo gk suka, ya silahkan cabut aja tulisannya >:>
 
:)) wadoh saya dibilang kaka
huum, iya ngerti kok sudah baca yang tulisannya den prima sama cerita biasanya yang pernah dibaca, nanti kalau ada yang sebenarnya aku uplod juga deh supaya gak bingung.
nice share kok den, abu emang kocak n ada aja idenya. :D
 
ijin nyimak den
menarik sekali nich
dan di tunggu kunjungannya
 
Last edited by a moderator:
Asmara Memang Aneh


Secara tak terduga Pangeran yang menjadi putra mahkota jatuh sakit. Sudah banyak tabib yang didatangkan untuk memeriksa dan mengobati tapi tak seorang pun mampu menyembuhkannya. Akhirnya Raja mengadakan sayembara. Sayembara boleh diikuti oleh rakyat dari semua lapisan. Tidak terkecuali oleh para penduduk negeri tetangga.

Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan itu dalam waktu beberapa hari berhasil menyerap ratusan peserta. Namun tak satu pun dari mereka berhasil mengobati penyakit sang pangeran. Akhirnya sebagai sahabat dekat Abu Nawas, menawarkan jasa baik untuk menolong sang putra mahkota.

Baginda Harun Al Rasyid menerima usul itu dengan penuh harap. Abu Nawas sadar bahwa dirinya bukan tabib. Dari itu ia tidak membawa peralatan apa-apa. Para tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas yang datang tanpa peralatan yang mungkin diperlukan. Mereka berpikir mungkinkah orang macam Abu Nawas ini bisa mengobati penyakit sang pangeran? Sedangkan para tabib terkenal dengan peralatan yang lengkap saja tidak sanggup. Bahkan penyakitnya tidak terlacak. Abu Nawas merasa bahwa seluruh perhatian tertuju padanya. Namun Abu Nawas tidak begitu memperdulikannya.

Abu Nawas dipersilahkan memasuki kamar pangeran yang sedang terbaring. la menghampiri sang pangeran dan duduk di sisinya. Setelah Abu Nawas dan sang pangeran saling pandang beberapa saat, Abu Nawas berkata,

"Saya membutuhkan seorang tua yang di masa mudanya sering mengembara ke pelosok negeri."

Orang tua yang diinginkan Abu Nawas didatangkan. "Sebutkan satu persatu nama-nama desa di daerah selatan." perintah Abu Nawas kepada orang tua itu.

Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa bagian selatan, Abu Nawas menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Kemudian Abu Nawas memerintahkan agar menyebutkan bagian utara, barat dan timur. Setelah semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas mohon agar diizinkan mengunjungi sebuah desa di sebelah utara. Raja merasa heran.

"Engkau kuundang ke sini bukan untuk bertamasya."

"Hamba tidak bermaksud berlibur Yang Mulia." kata Abu Nawas.

"Tetapi aku belum paham." kata Raja.

"Maafkan hamba, Paduka Yang Mulia. Kurang bijaksana rasanya bila hamba jelaskan sekarang." kata Abu Nawas. Abu Nawas pun pergi selama dua hari.

Sekembali dari desa itu Abu Nawas menemui sang pangeran dan membisikkan sesuatu kemudian menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Lalu Abu Nawas menghadap Raja.

"Apakah Yang Mulia masih menginginkan sang pangeran tetap hidup?" tanya Abu Nawas.

"Apa maksudmu?" Raja balas bertanya.

"Sang pangeran sedang jatuh cinta pada seorang gadis dinegeri ini." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Bagaimana kau tahu?"

"Ketika nama-nama desa di seluruh negeri disebutkan jantungnya bertambah keras ketika mendengarkan nama sebuah desa dibagian utara negeri ini. Dan sang pangeran tidak berani mengutarakannya kepada Baginda."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.

"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."

"Kalau tidak?" tawar Raja ragu-ragu.

"Cinta itu buta. Bila kita tidak berusaha mengobati kebutaannya, maka ia akan mati."

Raja pun terdiam.

Rupanya saran Abu Nawas tidak bisa ditolak. Sang pangeran adalah putra satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal kerajaan. Abu Nawas benar. Begitu mendengar persetujuan sang Raja, sang pangeran berangsur-angsur pulih. Sebagai tanda terima kasih Raja memberi Abu Nawas sebuah cincin permata yang amat indah.
 
Ibu Sejati


Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.

Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.

Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda pun akhirnya berputus asa.

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan, Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada ditempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.

"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.

"Sebelum saya mengambil tindakan, apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"

"Tidak, bayi itu adalah anakku." kata kedua perempuan itu serentak.

"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata." kata Abu Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.

"Jangan! tolong jangan dibelah bayi itu! Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya
diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan kedua.

Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsung menyerahkan kepada perempuan kedua. Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih, apalagi di depan mata.

Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.
 
untuk judul ibu sejati ini sudah banyak versinya ya, dan ceritanya benar-benar mengharukan juga.
kalau gak salah pernah dengar cerita begini;
bukan dibuktikan dengan cara disembelih atau dibelah jadi dua, tapi tangannya ditarik..?
 
Hadiah Bagi Tebakan Jitu


Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung. Semua menterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda. Bahkan para penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu. Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua rahasia alam.

"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?" tanya Abu Nawas ingin tahu.

"Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari dua teka-teki yang selama
ini menggoda pikiranku." kata Baginda.

"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka junjungan hamba."

"Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Tuhan kita?" tanya Baginda.

"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas tanpa sedikit pun perasaan ragu, "Tuanku yang mulia," lanjut Abu Nawas 'ketidakterbatasan itu ada karena adanya keterbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh Tuhan di dalam otak manusia. Dari itu manusia tidak akan pernah tahu dimana batas jagat raya ini. Sesuatu yang terbatas tentu tak akan mampu mengukur sesuatu yang tidak terbatas."

Baginda mulai tersenyum karena merasa puas mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanjutkan teka-teki yangkedua.

"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak jumlahnya: bintang-bintang di langit ataukah ikan-ikan di laut?"

"Ikan-ikan di laut." jawab Abu Nawas dengan tangkas.

"Bagaimana kau bisa langsung memutuskan begitu. Apakah engkau pernah menghitung jumlah mereka?" tanya Baginda heran.

"Paduka yang mulia, bukankah kita semua tahu bahwa ikan-ikan itu setiap hari ditangkapi dalam jumlah besar, namun begitu jumlah mereka tetap banyak
seolah-olah tidak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sementara bintang-bintang itu tidak pernah rontok, jumlah mereka juga banyak." jawab Abu Nawas meyakinkan.

Seketika itu rasa penasaran yang selama ini menghantui Baginda sirna tak berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan istrinya uang yang cukup banyak.
 
Last edited:
entah kenapa judul Hadiah Bagi Tebakan Jitu ga cocok sama ceritanya, kurang pas aja. dan cerita yang ini, benar-benar abu nawas yang jenakanya gak terlalu keliatan, cerita yang ini benar-benar islami dan didominasi dengan tokoh Baginda Al-rasyid.
ceritanya bagus :)(


edit:
sepertinya saya yang salah nulis ceritanya..
saya edit deh |:mad:
 
Last edited:
lanjutan editan tulisan misa #37 a...sepertinya HADIAH BAGI TEBAKAN JITU dengan kisah PINTU AKHIRAT (yang akan misa posting) menyambung makanya bingung. Dipotong jadi 2 deh...
 
Back
Top