Perkembangan Olahraga Zaman Kemerdekaan dan Orde Baru

agen_pale

New member
A. Perkembangan Olahraga pada Zaman Kemerdekaan



Proklamasi Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan pintu gerbang terbukanya bangsa Indonesia dari penjajah. Peristiwa monumental tersebut merupakan babak baru dalam sejarah perkembangan negara Indonesia tercinta ini, termasuk babak baru dalam perkembangan olahraga Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Penyelenggaraan olahraga di sekolah-sekolah mulai digalakan. Di setiap provinsi diusahakan pembentukan inspeksi-inspeksi pendidikan jasmani, antara lain : Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Solo, dan Jawa Timur.
Beberapa peristiwa yang menandai perkembangan olahraga pada zaman kemerdekaan antara lain sebagai berikut :
  1. Tanggal 19 Agustus 1945, tanggal terbentuknya kabinet yang pertama, dalam Kementerian Pendidikan dan Pengajaran di adakan suatu lembaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan urusan di bidang keolahragaan di sekolah, yaitu inspeksi pendidikan jasmani adalah organisasi di bawah jawatan Pengajaran. Olahraga di masyarakat diurus oleh lembaga dibawah jawatan Pendidikan Masyarakat. Kementerian Pendidikan dan Pengajaran dalam pelaksanaan tugas di bidang pembinaan dan pengembangan fisik antara lain melakukan : (a) penyelenggaraan latihan-latihan di kalangan pemuda Indonesia untuk mencapai dan memperoleh kondisi badan yang prima juga persiapan memasuki angkatan perang yang pada waktu itu sangat diperlukan; (b) mengusahakan rehabilitasi fisik dan mental bangsa Indonesia agar dapat berperan serta dalam forum Internasional.
  2. Pada bulan September 1945 tentara Belanda mendampingi tentara sekutu (Inggris) masuk ke Indonesia terutama Jakarta. Pada waktu itu organisasi olahraga yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) yang dipimpin oleh Otto Iskandar Dinata sebagai ketua umum dan Soemali Prawirosoedirjo sebagai ketua harian meleburkan diri bersama-sama Djawa Iku Kai (pusat olahraga versi Jepang) menjadi persatuan olahraga republik Indonesia (PORI). Mengingat suasana di jakarta kurang menguntungkan karena gangguan tentara Belanda, PORI hijrah ke Solo dan berkantor di rumah Soemono sekertaris PORI di jalan Purwosari. Pada bulan Januari 1947 diadakan Kongres darurat PORI dan terpilih sebagai ketua, Mr. Widodo Sastrodininggrat dan sebagai wakil ketua Soemali Prawirosoedirjo, sebagai sekertaris Soemono.
  3. Pada tahun 1947 PORI mengadakan hubungan dengan Menteri Pembangunan dan Pemuda Wikana. Berkat bantuan sekertarsi menteri Drs. Karnadi, PORI dapat mengembangkan organisasinya antara lain : (a) pembangunan kembali cabang-cabang olahraga yang tersebar dan bercerai berai. (b) Membentuk organisasi induk cabang olahraga yang belum tersusun, (c) Menerbitkan majalah “Pendidikan Djasmani” dengan simbol obor menyala dan lima gelang, (d) Mempersiapkan Pekan Olahraga Nasional ke satu. Pada malam peresmian PORI bulan Januari 1947, Presiden Soekarno sekaligus melantik KORI (Komite Olimpiade Republik Indonesia), sebagai ketua ditunjuk Sri Sultan Hamengku Buwono IX, wakil ketua adalah drg. Koesmargono dan Soemali Prawirodirjo. KORI mempunyai tugas menangani masalah keolahragaan yang ada kaitannya dengan olimpiade, saat itu KORI dibentuk karena Indonesia ingin ikut Olympic Games 1948 (namun karena persiapan para atlet itu tidak memadai, pengiriman ke London tidak jadi). PORI kemudian membentuk badan-badan (sekarang disebut induk cabang olahraga). Yang ada pada waktu itu adalah cabang olahraga sepak bola, basket, atletik, bola keranjang, panahan, tenis, bulutangkis, pencak silat, dan gerak jalan. Keuangan PORI dan KORI diperoleh dari subsidi pemerintah yang disalurkan melalui Kementerian Pembangunan dan Pemuda. Selama aksi militer Belanda 21 Juni 1947 – 17 Januari 1948 kegiatan olahraga praktis terhenti. Pada tanggal 2 – 3 Mei 1948, PORI mengadakan konferensi di Solo berkat bantuan Walikota Solo (Syamsurizal), PON I dapat diselenggarakan pada 9 – 14 September 1948 dengan lancar, meskipun suasana politk meruncing kembali.
  4. Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo adalah pekan olahraga yang sangat berkesan dan merupakan tonggak sejarah keolahragaan yang penting bagi bangsa Indonesia yang baru merdeka. PON I adalah PON revolusi, PON perjuangan, PON penyebar semangat dan sekaligus PON persatuan. Berkenaan dengan PON I, Maladi (mantan Menteri Olahraga) mengutarakan kembali kesannya, yaitu :
"PON I di Solo Tahun 1948 membuat berdiri bulu roma tiap orang Indonesia yang menyaksikan rakyat sepanjang Yogya-Solo menyambut dan menghormati bendera PON yang dibawa dan diarak oleh ribuan Pemuda dari Gedung Negara Yogya untuk dikibarkan di Stadion Sriwedari, Solo. Teriakan 'Hidup PON' bersamaan dengan pekik 'Merdeka atau Mati' berkumandang sepanjang Yogya-Solo"
Kiranya perlu disampaikan penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya kepada para tokoh olahraga saat itu terutama Sri Sultan Hamengku BUwono IX, Paku Alam VIII, GPH Suryohamidjo, GPH Prabuwijoyo, Nurbambang, dan Ali Marsaban​

sumber : Referensi pribadi, Buku Sejarah dan Olahraga Indonesia.

bersambung.....
 
baru tau, ternyata beberapa hari setelah kemerdekaan Indonesia dinyatakan, sudah terbentuk komite olahraga nasional ya ;)
 
menurutku perkembangan olahraga di zaman orba sangat maju dan pesat

tidak dengan sekarang olah raha mengalami kemunduran
 
lanjutan......


  • Setelah keamanan negara pulih kembali pada akhir tahun 1949 dan ketenangan bangsa Indonesia tercapai, maka gerakan olahraga yang telah terhenti itu digerakan kembali dan dikembangkan. Bekal konsep-konsep yang telah dirintis dan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki dijadikan titik tolak untuk mengembangkan olahraga dan menetapkan sistem pembinaan keolahragaan di Indonesia, yaitu sebagai berikut : (a) Keolahragaan di lingkungan sekolah dibina langsung oleh pemerintah; (b) Keolahragaan di lingkungan masyarakat dibina oleh masyarakat sendiri, dengan bimbingan dan pengawasan oleh pemerintah; (c) Keolahragaan di lingkungan sekolah pelaksanaan, pengaturan, pengurusan dan pembinaan langsung dipegang oleh pemerintah, yaitu di tugaskan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Inspeksi Pusat Pendidikan Jasmani. Keolahragaan di lingkungan sekolah ini masih tetap diberi nama Pendidikan Jasmani. Pendidikan Jasmani merupakan unsur dan alat pendidikan untuk menyiapkan dan membentuk manusia yang harmonis antara pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya. Dalam hubungannya dengan peningkatan mutu dan prestasi olahraga bangsa Indonesia, pendidikan jasmani hanya merupakan dasar dan pencarian bibit yang akan dikembangkan lebih lanjut dalam lingkungan masyarakat nanti.
Tujuan Pendidikan Jasmani ini dikuatkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1950, tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah-Sekolah. Undang-Undang tersebut berbunyi sebagai barikut :​
“Pendidikan Jasmani yang menuju kepada keselarasan antar tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa merupakan suatu upaya untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir bathin, diberikan di segala jenis sekolah”
Untuk melaksanakan tujuan olahraga di lingkungan sekolah ini pemerintah telah menetapkan bahwa pendidikan jasmani tetap merupakan salah satu pelajaran wajib di sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Cabang-cabang olahraga yang diberikan di sekolah itu terdiri atas : senam, atletik, permainan, dan renang dengan disesuaikan dengan keadaan fasilitas yang tersedia.​
Sebagai pendorong bagi pelajarn untuk giat melaksanakan pendidikan jasmani dan olahraga, serta sebagai alat pengontrol bagi guru dan pemerintah tentang hasil pelajarannya, maka pemerintah menentukan adanya dua jenis kegiatan, yaitu : (a) Ujian Ketangkasan Olahraga bagi Pelajar ; (b) Perlombaan Olahraga antar sekolah.​
Oleh karena tumbuhnya sekolah-sekolah tidak seimbang dengan tersedianya tenaga-tenaga guru, khususnya guru-guru pendidikan jasmani maka pemerintah telah mengambil kebijaksanaan untuk membuka sekolah-sekolah dan kursus-kursus yang menyiapkan tenaga-tenaga guru pendidikan jasmani baik untuk sekolah rakyat, sekola lanjutan maupun perguruan tinggi. Sampai dengan tahun 1957 seluruh Indonesia telah memiliki : (1) enam buah SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani) yang menyiap guru-guru pendidikan jasmani untuk sekolah rakyat; (2) tujuh buah kursus B1 Pendidikan Djasmani, yang menyiapkan guru-guru untuk sekolah lanjutan pertama (3) sebuah kursus B2 Pendidikan Djasmani, yang menyiapkan guru-guru Pendidikan Djasmani untuk sekolah lanjutan atas; (4) dua buah Fakultas Pendidikan Djasmani, sampai tingkat Sarjana Muda dan sarjana yang menyiapkan ahli-ahli dan guru-guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, dengan mengadakan kursus-kursus singkat.​
Untuk mendorong semangat belajar para pelajar dalam bidang keolahragaan dan untuk usaha meningkatkan mutu prestasi olahraga di kalangan pelajar, telah diadakan puncak-puncak kegiatan olahraga di kalangan sekolah lanjutan dalam bentuk Pancalomba. Pancalomba yang pertama di adakan di Semarang (1952) dan Pancalomba yang kedua diadakan di Surabaya pada tahun 1954.​

[<:)
 
Back
Top