Mantan-Mantan Presiden Indonesia Yang Tidak Dicatat Sejarah

zoeratmand

New member
syarifudin prawiranegara

516484b54a805mv5.jpg.jpg


Dalam sejarahnya, Negara Indonesia pernah mengalami pergantian sistem pemerintahan. Dari kesatuan berubah menjadi serikat dan berubah kembali menjadi kesatuan hingga kini.Demikian juga dengan pemimpinnya atau presidennya. Selama 63 tahun berdiri sebagai Negara, telah terjadi berkali-kali pergantian pemimpin di Indonesia. Mulai dari ir. Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono sekarang.
e5655377cdjbrz3c.jpg.jpg


Sebagai penjabat presiden,umumnya orang Indonesia hanya mengenal Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putrie dan Susilo Bambang Yudhoyono. Padahal masih ada dua lagi presiden Indonesia dan jarang sekali disebut. Yakni Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Asaat.
Dua orang ini pernah menjabat sementara ketika eranya Soekarno. Syafrudin Prawiranegara menjabat Presiden/ketua PDRI (Pemerintahan DaruratRepublik Indonesia) ketikaSoekarno dan M. Hatta ditawan Belanda dan ketika ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Agar pemerintahan tetap eksis dan berjalan, akhirnya dibentuklah PDRI dengan Syafrudin Prawiranegara sebagai penjabat presiden.Syafrudin menjabat Presiden Indonesia Darurat sejak 19 Desember 1948

3c84b152cd0con7k.jpg.jpg


Mr. Syafruddin Prawiranegara, atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara (lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun) adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.

Mr.assaat
Siapa Mr. Assaat ?
822213258d1e5761.jpg.jpg


Lahir di sebuah kampung bernama Kubang Putih Banuhampu, pada tanggal 18 September 1904. Memasuki sekolah agama “Adabiah” dan MULO Padang, selanjutnya ke STOVIA Jakarta. Karena jiwanya tidak terpanggil menjadi seorang dokter, ditinggalkannya STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMU sekarang). Dari AMS Assaat melajutkan studinya ke Rechts Hoge School (Sekolah Hakim Tinggi) juga di Jakarta.
Ketika menjadi studen RHS inilah, beliau memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, ialah gerakan pemuda dan politik. Masa saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda “Jong Sumatranen Bond”. Karir politiknya makin menanjak lalu berhasil menduduki kursi anggota Pengurus Besar dari “Perhimpunan Pemuda Indonesia”. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam “Indonesia Muda”, ia terpilih mejadi Bendahara Komisaris Besar ” Indonesia Muda”.
Dalam kedudukannya menjadi studen (mahasiswa), Assaat memasuki pula gerakan politik “Partai Indonesia” disingkat Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo seperti : Adnan Kapau Gani, Adam Malik, Amir Syarifuddin dan lain-lainnya.
Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, akhirnya tercium oleh profesornya dan pihak Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walaupun setelah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan demikian, gelora pemudanya makin bergejolak, dia putuskan meninggalkan Indonesia pergi ke negeri Belanda. Di Nederland dia memperoleh gelar “Meester in de rechten” (Sarjana Hukum).
Sekitar tahun 1946-1949, di Jalan Malioboro Yogyakarta sering terlihat seorang berbadan kurus semampai berpakaian sederhana sesuai dengan irama revolusi.
Terkadang ia berjalan kaki, kalau tidak bersepeda menelusuri Malioboro menuju ke kantor KNIP tempatnya bertugas. Orang ini tidak lain adalah Mr. Assaat, yang selalu menunjukkan sikap sederhana berwajah cerah dibalik kulitnya kehitam-hitaman. Walaupun usianya saat itu baru 40 tahun, terlihat rambutnya mulai memutih. Kepalanya tidak pernah lepas dari peci beludru hitam.
Mungkin generasi sekarang yang berumur 30 sampai 35 tahun, kurang atau sedikit sekali mengenal perjuangan Mr. Assaat sebagai salah seorang patriot demokrat yang tidak kecil andilnya bagi menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia.

Assaat adalah seorang yang setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pada tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap memperlihatkan dedikasi yang luar biasa.
Ia tetap berdiri pada posnya di KNIP, tanpa mengenal pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP, jabatan ini tidak pernah terlepas dari tangannya. Sampai kepadanya diserahkan tugas sebagai Acting (Pejabat) Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.

Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah hijrah.
Pertama di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komidi di Pasat baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Kramat. Karena perjuangan bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi Indonesia, sekitar tahun 1945 dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian pada tahun itu juga KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke Purwokerto, Jawa Tengah. Ketika situasi Purwokerto dianggap “kurang aman” untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta Badan Pekerjanya
 
Ada sumbernya mas?

eniwei, menanggapi soal ini, aku nggak setuju kalo kedua beliau tersebut dikatakan sebagai mantan presiden RI...

Pertama soal Syafruddin Prawiranegara, beliau bukan menjabat sebagai presiden RI tapi menjabat sebagai ketua PDRI sebagai bentuk pemerintahan darurat supaya pemerintahan Indonesia dianggap masih ada, dan jabatan tersebut beda dengan jabatan presiden...

Yang kedua soal Assaat, beliau memang pernah menjadi presiden RI, tapi yang perlu diingat adalah, RI yang dimaksud adalah bukan RI yang sekarang kita kenal, tapi RI tersebut adalah merupakan negara bagian dari RIS (republik Indonesia serikat), dimana RI ini hanya mempunyai wilayah seputar Jogja, dan bukan wilayah dari sabang sampai merauke....

Jadi kalo aku simpulkan mereka bukanlah mantan presiden RI seperti yang sudah banyak disebutkan...

-dipi-
 
Mungkin peranan Syafruddin Prawiranegara itu seperti wakil presiden atau asisten pelaksana tugas gitu, jadi ga bisa juga dibilang presiden..CMIIW

Mr. Assaat mungkin menjabat waktu Indonesia masih RIS belum NKRI
 
Ada sumbernya mas?

eniwei, menanggapi soal ini, aku nggak setuju kalo kedua beliau tersebut dikatakan sebagai mantan presiden RI...

Pertama soal Syafruddin Prawiranegara, beliau bukan menjabat sebagai presiden RI tapi menjabat sebagai ketua PDRI sebagai bentuk pemerintahan darurat supaya pemerintahan Indonesia dianggap masih ada, dan jabatan tersebut beda dengan jabatan presiden...

Yang kedua soal Assaat, beliau memang pernah menjadi presiden RI, tapi yang perlu diingat adalah, RI yang dimaksud adalah bukan RI yang sekarang kita kenal, tapi RI tersebut adalah merupakan negara bagian dari RIS (republik Indonesia serikat), dimana RI ini hanya mempunyai wilayah seputar Jogja, dan bukan wilayah dari sabang sampai merauke....

Jadi kalo aku simpulkan mereka bukanlah mantan presiden RI seperti yang sudah banyak disebutkan...

-dipi-

joss
 
Dengan berbgai alasan yg udah disebutkan diatas, saya rasa emang benar jika keduanya tidak bisa dimasukkan dalam daftar Presiden/mantan Presiden RI. Namun hilangnya keduanya dari catatan sejarah sungguh disayangkan!
 
Dengan berbgai alasan yg udah disebutkan diatas, saya rasa emang benar jika keduanya tidak bisa dimasukkan dalam daftar Presiden/mantan Presiden RI. Namun hilangnya keduanya dari catatan sejarah sungguh disayangkan!

presiden presiden yang hilang dalam sejarah
Sebenarnya istilah "hilang dalam sejarah" itu sedikit ambigu, mungkin lebih tepat menggunakan kata2 tidak terblow up atau hanya punya porsi kecil dalam penulisan sejarah dengan tujuan2 tertentu...Karena bagaimanapun dibalik beberapa kesubyetifitasan sebuah sejarah pasti ada pembanding yang mendekati obyektif...



-dipi-
 
Sebenarnya istilah "hilang dalam sejarah" itu sedikit ambigu, mungkin lebih tepat menggunakan kata2 tidak terblow up atau hanya punya porsi kecil dalam penulisan sejarah dengan tujuan2 tertentu...Karena bagaimanapun dibalik beberapa kesubyetifitasan sebuah sejarah pasti ada pembanding yang mendekati obyektif...



-dipi-

hehe iya ya mbak :D:D
 
Sebenarnya istilah "hilang dalam sejarah" itu sedikit ambigu, mungkin lebih tepat menggunakan kata2 tidak terblow up atau hanya punya porsi kecil dalam penulisan sejarah dengan tujuan2 tertentu...Karena bagaimanapun dibalik beberapa kesubyetifitasan sebuah sejarah pasti ada pembanding yang mendekati obyektif...

-dipi-

oalah... baru ngeh kalo maksud blow up dalam beberapa postingan non dipi yg sempet tak baca itu "hanya punya porsi kecil." :D:D
 
Back
Top