Tradisi menyetrika payudara di Kamerun

Megha

New member
Setiap pagi sebelum sekolah, Terisia Techu seorang gadis berusia sembilan tahun ini harus menjalani prosedur budaya yang menyakitkan. Ibunya akan mengambil alu panas yang terbakar langsung dari api dan menggunakannya untuk menekan payudaranya. >8o

Dengan air mata di matanya saat ia ingat bagaimana rasanya, Terisia memberitahu CNN bahwa suatu hari alu itu begitu panas, terbakar, meninggalkan bekas. Sekarang usianya sudah 18 tahun, tetapi ia masih trauma jika mengingat peristiwa tersebut.

Ibunya, Grace, membantah insiden tersebut. Tapi dia bangga menunjukkan metode yang ia lakukan kepada putrinya selama beberapa minggu, ia mengatakan tujuannya adalah untuk membuat dia kurang disukai anak laki-laki - dan mencegah kehamilan.

Sebuah studi menemukan bahwa satu dari empat gadis di Kamerun telah dipengaruhi oleh praktek yang menyakitkan tersebut.

Menurut laporan hak asasi manusia luar negeri Amerika Serikat di kamerun pada tahun 2010 membenarkan bahwa "sejumlah gadis telah menjadi korban tradisi di negara ini" dan dalam beberapa kasus "mengakibatkan luka bakar, cacat, dan masalah psikologis."

Ada lebih dari 200 kelompok etnis di Kamerun dengan norma-norma dan kebiasaan yang berbeda. Menyetrika payudara dipraktekkan oleh mereka semua.

Beberapa ibu menggunakan batu panas atau batok kelapa untuk meratakan dada putri mereka.

Dokter percaya hal ini dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mencegah kehamilan pada usia pubertas.

Terisia pernah hamil pada usia 15 tahun. Namun anaknya meninggal saat lahir.

Dia mengatakan kepada CNN bahwa setrika payudara tidak cukup efektif. Dia membenci praktek dan keinginan ibunya bukan bicara tentang seks dan mencegah kehamilan.

Grace Techu berpendapat bahwa jika tidak menyetrika payudara, Terisia akan hamil pada usia lebih muda.

Techu memiliki empat anak perempuan, dan ia menggunakan prosedur pada dua anak pertamanya. Ketiga dihindari karena payudaranya tumbuh pada tingkat yang dapat diterima, kata Techu, dan anak gadisnya yang keempat masih terlalu muda.

Para ibu yang ingin anak-anak mereka menyelesaikan sekolah sebelum menjadi orang tua telah menggunakan tindakan drastis ini, dan banyak melihat contoh tersebut dari orang terdahulu.

Pada tahun 2006, sebuah organisasi non pemerintah Jerman terkena praktek, yang pada waktu itu dilakukan secara rahasia.

Sekarang, badan amal telah memulai kampanye untuk mendidik ibu-ibu di Kamerun bahwa pendidikan seks - tidak menyetrika payudara - adalah solusi untuk mengakhiri kehamilan remaja.

Dr Sinou Tchana, seorang ginekolog di Kamerun, telah melihat kelenjar payudara yang hancur. Dia juga melihat satu kasus kanker, meskipun ia mengatakan hal itu tidak dapat ditetapkan apakah menyetrika disebabkan atau hanya memperburuk kanker.

"Seorang ibu datang dengan luka bakar sekunder karena batu ia gunakan untuk melakukan hal ini menyetrika payudaranya," kata Tchana.

Salah satu pasien Tchana berusia 23-tahun memiliki bekas luka yang masih menyakitkan sejak 14 tahun lalu setelah payudaranya disetrika. Dia telah melakukan upaya untuk menyadarkan para ibu tentang efek dari tindakan mereka.

Tantangan bagi semua orang yang mencoba untuk menghentikan praktek tersebut kepada para orang tua seperti Techu di berbagai desa sebelum ritual yang mereka katakan adalah dimotivasi dengan kasih sayang bahwa perbuatan tersebut dapat menghancurkan lebih banyak kehidupan.


dari CNN







Jadi ngilu ngebayanginnya |:mad:
 
Last edited:
Aku pernah dengar cerita dari Depe soal ini ketika dia dulu ke sana...
Mungkin nanti dia bisa menambahkan artikel soal ini...


-dipi-
 
Kebiasaan seperti ini udah dimasukkan ke dalam kategori Violance againts Women.

Di Kamerun sendiri praktek menyetrika payudara ini lebih dari 50 persen dilakukan saat masih anak-anak, yaitu sebelum usia 9 tahun. Biasanya mereka menggunakan semacam ulekan (temennya cobek itu lho) atau dengan bantuan alat lain semacam pisang yang dipanaskan, tempurung kelapa, dan palu.

Kalau data yang gw punya dari Unicef, ada sekitar 3,8 juta wanita yang didominasi oleh anak-anak, menjadi korban penyetrikaan ini, tapi itu bukan hanya di Kamerun tapi untuk wilayah afrika barat dan afrika tengah semacam Chad, Togo, Benin dan Guinea-Conakry.

Di Kamerun, yang paling banyak ada di wilayah perkotaan, sedangkan di desa-desanya justru jarang dilakukan. Hal ini nggak lepas dari pandangan kaum laki-laki di sana yang menganggap saat payudara tumbuh saat itu pulalah perempuan siap untuk melakukan hubungan seks, karenanya banyak ibu yang khawatir anaknya akan melakukan seks sebelum waktunya atau hamil di luar nikah yang merupakan hal sangat tabu di tradisi Kamerun.

Pada wilayah Kamerun bagian selatan adalah wilayah yang banyak menerapkan tradisi ini, dimana mayoritas penduduknya beragama kristen dan animisme, sedangkan di bagian utara yang mayoritasnya beragama islam hanya sedikit sekali yang mempraktekkannya.

Waktu gw tugas ke sana, gw pernah dapet pasien bayi yang dalam keadaan kritis karena ibunya nggak bisa menyusui padahal di tempat dia tinggal keadaannya sangat memprihatinkan sehingga hanya ASI lah andalan utamanya untuk asupan si bayi, tapi karena si ibu dulu adalah korban tradisi ini, maka suplai ASI nya terganggu.

Di Kamerun sepertinya saat ini sudah dibikin UU nya untuk mencegah penyetrikaan payudara, tapi sayangnya hukuman hanya bisa diberikan jika ada dokter yang membuat pernyataan bahwa seseorang yang mengalami penyetrikaan terganggu kesehatannya secara fisik, padahal secara mental hal semacam ini juga cukup mengganggu untuk para wanita di sana.
 
ya ampun, tragis banget. Gak ada yang menyuarakan kepada mereka bahwa itu benar-benar berdampak negatif apalagi buat kesehatan ya? Seharusnya mereka yang melakukannya melihat kenyataan yang terjadi dengan anak-anaknya
:( miris
 
wedewwwwwwwwwwwwwwwwwwww,baca nya aja uda nyilu badan ku

apalagi di setrika ngak bisa di bayangkan rasa nya
 
Back
Top