Wabah Penyakit Global Dalam Sejarah Umat Manusia

depe_3rd

New member
Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidence rate. Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit), lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).

Penyakit-yang-umum yang terjadi pada laju yang konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi disebut sebagai endemik. Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya, Liberia). Di tempat seperti itu, sebagian besar populasinya diduga terjangkit malaria pada suatu waktu dalam masa hidupnya. Contoh wabah yang cukup dikenal termasuk wabah PS eh maaf salah, wabah pes maksudnya, yang terjadi di Eropa pada zaman pertengahan yang dikenal sebagai the Black Death ("kematian hitam"), pandemi influensa besar yang terjadi pada akhir Perang Dunia I, dan epidemi AIDS dewasa ini, yang oleh sekalangan pihak juga dianggap sebagai pandemi.
Wabah dalam sejarah

Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar atau pandemi yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama dengan domestikasi hewan—seperti influensa dan tuberkulosa. Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang pernah tercatat dalam sejarah:

Pes
  • Plague of Justinian ("wabah Justinian"), dimulai tahun 541, merupakan wabah pes bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai Konstantinopel pada musim semi tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius dari Bizantium) pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat populasi manusia di Mediterania timur.
  • The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.
Kolera
  • Pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Republik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.
  • Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834.
  • Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa.
  • Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.
  • Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.
  • Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut "kolera El Tor" (atau "Eltor") sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.
Influensa
  • "Flu Asiatik", 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.
  • "Flu Spanyol", 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
  • "Flu Asia", 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.
  • "Flu Hong Kong", 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.

Penyakit-penyakit yang mungkin dapat menjangkit secara pandemik mencakup di antaranya demam Lassa, demam Rift Valley, virus Marburg, virus Ebola dan Bolivian hemorrhagic fever. Namun demikian, sampai dengan tahun 2004, kemunculan penyakit-penyakit tersebut pada populasi manusia sangatlah virulen sampai-sampai tidak tersisa lagi dan hanya terjadi di daerah geografis terbatas. Dengan demikian, saat ini penyakit-penyakit tersebut berdampak terbatas bagi manusia.

HIV—virus penyebab AIDS—dapat dianggap sebagai suatu pandemi, namun saat ini paling meluas di Afrika bagian selatan dan timur. Virus tersebut ditemukan terbatas pada sebagian kecil populasi pada negara-negara lain, dan menyebar dengan lambat di negara-negara tersebut. Pandemi yang dikhawatirkan dapat benar-benar berbahaya adalah pandemi yang mirip dengan HIV, yaitu penyakit yang terus-menerus berevolusi.

Pada tahun 2003, terdapat kekhawatiran bahwa SARS, suatu bentuk baru pneumonia yang sangat menular, dapat menjadi suatu pandemi.

Selain itu, terdapat catatan pandemi influensa tiap 20–40 tahun dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Pada Februari 2004, virus flu burung dideteksi pada babi di Vietnam, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan munculnya galur virus baru. Yang ditakutkan adalah bahwa jika virus flu burung bergabung dengan virus flu manusia (yang terdapat pada babi maupun manusia), subtipe virus baru yang terbentuk akan sangat menular dan mematikan pada manusia. Subtipe virus semacam itu dapat menyebabkan wabah global influensa yang serupa dengan flu Spanyol ataupun pandemi lebih kecil seperti flu Hong Kong.

Antara Oktober 2004 dan Februari 2005, sekitar 3.700 perangkat uji yang mengandung virus penyebab Flu Asia 1957 tanpa sengaja terkirim ke seluruh dunia dari sebuah laboratorium di Amerika Serikat.

Pada bulan November 2004, direktur WHO daerah barat menyatakan bahwa pandemi influensa tak dapat dihindari dan mendesak dibuatnya rancangan untuk mengatasi virus influensa.

Pada bulan Oktober 2005, kasus flu burung (dari galur mematikan H5N1) ditemukan di Turki setelah memakan sejumlah korban jiwa di berbagai negara (termasuk Indonesia) sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. Namun demikian, pada akhir Oktober 2005 hanya 67 orang meninggal akibat H5N1; hal ini tidak serupa dengan pandemi-pandemi influensa yang pernah terjadi.


Source:
Encyclopedia of plague and pestilence: from ancient times to the present, George C. Kohn (2008)

Black Death: Pandemi Terbesar Sepanjang Sejarah Manusia

medd_01_img0013.jpg


Black Death adalah sebuah pandemi yang berpusat di Eropa dan puncaknya terjadi antara abad 13-14. Pandemi tersebut diperkirakan telah memakan korban sekitar 75 juta orang di seluruh dunia. Mengurangi populasi penduduk dunia dari 450 juta menjadi 350-375 juta. Membutuhkan 150 tahun untuk menanggulangi masalah ini dan masih terjadi sampai benar benar selesai di awal abad 19.

Latar Belakang

Ada berbagai macam versi dan yang paling terkenal adalah dimulai dari negeri Cina atau daerah Asia tengah , dimana pada awal abad ke 13 penyakit tersebut ditemukan pada paru paru binatang marmut. Dari marmut ditularkan melalui kutu, tikus dan bahkan melalui manusia. Perjalanan penyakit ini sampai ke Eropa dimulai dari ekspansi para tentara dan saudagar Mongol yang memanfaatkan “Pax Mongolica” melalui jalur sutera.

Pola penyebaranya melaui bermacam cara. Dari binatang pengerat (tikus) yang dibawa kereta, mayat pasukan yang terjangkiti penyakit dilempar catapult ke penduduk (mungkin bisa disebut senjata biologi klasik) dan melalui tikus tikus di kapal kapal pedagang.

Kota Eropa yang terjangkiti pertama kali adalah Crimea daerah tenggara Eropa. Para ahli mengatakan wabah tersebut masih bersifat endemi (lokal) pada saat itu. Dari Crimea menyebar ke Eropa barat dan Afrika utara di tahun 1340-an. Penyebaran daerah timur ke lembah sungai Yangtse di Cina. Pemerintah Mongol mengabaikan wabah ini sehingga terjadi pemberontakan besar yang menumbangkan dinasti Yuan.

Diperkirakan total korban di daerah Eropa sekitar 25-50 juta (30-60% populasi penduduk Eropa) dan diseluruh dunia sekitar 75 juta orang pada akhir tahun 1400.Penyakit ini masih berlangsung pada beberapa generasi hingga pada awal abad 19 daerah Eropa dinyatakan bersih.

Guncangan yang ditimbulkan oleh wabah tersebut memberikan pukulan besar terhadap kehidupan sosial, kultur, agama, dan budaya. Banyak orang orang minoritas, kaum Yahudi, orang asing, pengemis dan penderita lepra yang dieksekusi di Eropa pada abad 14.

Istilah Black Death

Dinamakan Black Death karena kulit tangan dan kaki penderita berubah menjadi hitam yang disebabkan oleh gangrene (luka yang membusuk dan melebar ditandai oleh jaringan mati yang berwarna hitam)

Penyebab

Disebabkan oleh bakteri yang dinamakan Yersinia pestis oleh sejenis kutu dan dibawa oleh hewan pengerat (tikus coklat dan tikus hitam) sebagai perantara. Tikus menularkan ke manusia dan menyebar menjadikanya sebagai wabah. Hal ini erat hubunganya oleh situasi pada saat itu dimana banyak terjadi kelaparan, peperangan dan kemiskinan. Pertumbuhan binatang pengerat menjadi tidak terkendali , kucing sebagai predator banyak dimusnahkan karena perkembangan aliran sihir, setan dan aliran mistik yang berkembang pesat.

Ada tiga jenis wabah yang dikategorikan penyebab dari Black Death:

Bubonic: infeksi menyebakan pembengkakan di pangkal paha, ketiak, dan leher yang disertai keluarnya nanah dan darah, probabilitas kematian 30-75%. Dimulai dari demam 38-41C, sakit kepala yang hebat, nyeri di persendian, mual dan muntah. Berakhir dengan kematian dalam delapan hari (empat dari lima orang)

Pneumonia : Infeksi pada paru paru , probabilitas kematian 90-95%. Dengan pertanda demam, batuk dan mengeluarkan dahak yang disertai darah. Semakin lama penderita akan merasakan dahak yang semakin cair dengan warna darah merah terang.

Septicemic : infeksi pada darah, probabilitas kematian mendekati 100%. Tanda tanda infeksi demam tinggi dan keluar bintik bintik ungu. Dengan probabilitas 100% kematian maka wabah ini adalah yang paling berbahaya.

Penurunan Populasi Dunia

Ledakan wabah Black Death mengakibatkan puluhan juta orang meninggal di seluruh dunia. Diperkirakan antara 75-200 juta orang meninggal di abad 14. Jumlah korban di setiap negara Eropa berbeda. Di daerah Mediterania, prancis dan Spanyol sekitar 75-80% populasi terjangkit, daerah Jerman dan Inggris sekitar 20%. Di Paris sekitar setengah jumlah penduduknya atau 100 ribu orang diperkirakan meninggal. Di Italia populasi penduduk berkurang dari 120 ribu menjadi 50 ribu, Jerman dari 170 ribu menjadi 40 ribu pada pertengahan abad 14. Korban berjatuhan dan terus menyebar ke seluruh Eropa.

Di daerah Timur tengah, Mesir menjadi korban dengan 40% populasinya. Daerah Iraq, Iran & Syiria pada jaman kerajaan Islam sekitar sepertiga populasinya hilang.

Walaupun jumlah korban terbanyak terjadi di abad 14 tapi wabah tersebut masih berlanjut di beberapa abad setelahnya. Pada beberapa daerah Eropa, antara lain Paris, London, Moscow, Venesia, Oslo, Amsterdam kehilangan 40 ribu sampai 200 ribu penduduknya antara abad 15 dan 19.

Akibat Sosial, Kultur dan Agama

Tidak ada respon dan tindakan pemerintahan untuk menggulangi wabah dikarenakan ketidaktahuan penyebab dan cara penyebaranya. Tidak ada jawaban logis mengapa jumlah peduduk berkurang drastis dan tiba tiba. Masyarakat menganggap itu adalah “Amarah Tuhan” . Yang paling terkena dampaknya adalah para biarawan karena merekalah yang banyak merawat korban wabah.

Dokter dan ahli pengobatan tidak bisa menjawab hal tersebut . Mengakibatkan penduduk mencari jawaban sendiri. Anggapan faktor astrologi, gempa bumi dan sumur yang diracun oleh para kaum Yahudi adalah penyebab dari itu semua. Banyak kelompok Yahudi di seluruh penjuru Eropa diserang dan dieksekusi pada saat itu.

Hal tersebut diperparah dengan kelaparan yang disebakan harga bahan makanan naik tidak terkendali (kebijakan kerajaan yang melarang ekspor bahan makanan), pajak dan upeti yang dinaikan, dan adanya peperangan. Kemiskinan, penyakit dan kelaparan, disertai peperangan memperparah inflasi menjadikan abad 14 adalah petaka di Eropa.

Source:
Encyclopedia of plague and pestilence: from ancient times to the present, George C. Kohn (2008)
 
Last edited by a moderator:
Pandemi Influenza 1918

flue.jpg


Awal Mula

Dipermulaan awal abad ke-19, dunia dilanda sebuah wabah penyakit yang merenggut lebih banyak nyawa dalam waktu yang cepat dibandingkan sejarah wabah penyakit apapun. Di tahun 1918, sebuah wabah raya (pandemi) influenza merebak di seluruh penjuru dunia, dimulai dari Benua Eropa, lalu menyebar ke Amerika, Asia, Afrika dan Australia. Praktis, hampir seluruh populasi dunia saat itu, yang diperkirakan mencapai 3 miliar penduduk, terkena dampak wabah raya tersebut, baik terjangkit langsung, meninggal dunia atau terkena dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi.

Pandemi Influenza adalah wabah penyakit Influenza yang menjangkiti hampir seluruh negara di dunia. Sedangkan menurut Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Inflluenza (Komnas FBPI), Pandemi Influenza adalah wabah penyakit influenza yang menjangkiti hampir seluruh negara di dunia, mampu menimbulkan komplikasi kematian.

Sedangkan menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), pandemi influenza bermakna:

A pandemic is a worldwide epidemic of a disease. An influenza pandemi may occur when a new influenza virus appears against which the human population has no immunity.

Sebuah kondisi pandemi ialah terjadinya epidemi penyakit di seluruh dunia. Pandemi Influenza terjadi apabila sebuah virus influenza baru muncul dan menjangkiti populasi manusia yang belum memiliki kekebalan tubuh terhadap virus baru tersebut.

Pandemi Influenza 1918 adalah suatu kondisi dimana virus influenza tipe A dengan subtipe H1N1 berhasil menyebar ke seluruh dunia. Virus H1N1-1918 tersebut diperkirakan menjadi virus influenza terganas dalam sejarah manusia. Virus tersebut membunuh lebih banyak orang dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, lebih banyak dibandingkan dengan wabah Black Death yang berlangsung selama empat tahun di abad ke-14. Pandemi Influenza membunuh lebih banyak orang dalam kurun waktu 24 minggu dibandingkan dengan penyebaran AIDS selama 24 tahun.

Perkiraan konservatif menyatakan kemungkinan 20 sampai dengan 40 juta orang meninggal, bahkan ada juga yang memperkirakan 100 juta orang meninggal. Bahkan ada yang memperkirakan sepertiga populasi dunia terjangkit influenza. Daya bunuhnya tinggi, 1 diantara 20 orang yang terjangkit meninggal dunia, delapan kali lebih ganas dibandingkan wabah flu musiman. Mereka yang tewas karena flu ini berusia sekitar 20 hingga 40 tahun.

Estimasi jumlah korban yang ada akibat pandemi ini diperkirakan antara 20-50 juta orang. Akan tetapi jika kita perhatikan lebih seksama, perkiraan jumlah korban ini juga masih patut dipertanyakan. Mengapa? Pertama, kondisi dunia saat itu sedang mengalami Perang Dunia Pertama (1914-1918), menyebabkan program sensus dan pendataan masyarakat tidak berjalan dengan baik.

Kedua, pada tahun-tahun tersebut jasa pelayanan kesehatan masyarakat belum sebaik saat ini, sehingga data pasien dan penyakit dipastikan tidak akurat. Dan kemungkinan besar tidak semua orang dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan ketika mereka sakit. Oleh karena itu, kemungkinan bahwa korban Pandemi Influenza 1918 dapat berjumlah lebih besar dari yang diperkirakan banyak ahli. Akan tetapi, kebanyakan peneliti setuju untuk menyebutkan jumlah korban yang tewas akibat wabah ini berkisar antara 20-50 juta orang.

Meskipun catatan sejarah yang tersedia tentang Pandemi Influenza 1918 lebih banyak menyoroti dampak yang terjadi di Eropa dan Amerika, menurut Farndon, Asia juga mencatat jumlah korban yang besar. Diperkirakan 20 juta orang meninggal di India saja, dan kemungkinan di Cina terdapat 10 juta orang korban meninggal. Iran diperkirakan mencatat kematian dari seperempat populasinya pada waktu itu. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kebanyakan peneliti percaya bahwa Pandemi Influenza 1918 ini mulai menarik perhatian orang karena dianggap berasal dari Amerika Serikat.

Pada bulan Maret 1918, terdapat laporan mengenai sejumlah serdadu yang terkena penyakit influenza di Fort Riley, Kansas. Dalam waktu singkat, jumlah pasien melebihi 500 orang, bersamaan dengan laporan ditemukannya gejala-gejala pneumonia atau radang paru-paru. Pada akhir bulan itu, lebih dari 200 orang lagi dilaporkan terkena pneumonia dan lebih dari 40 orang diantaranya meninggal dunia. Di tahun 1918, kematian yang tinggi akibat pneumonia bukanlah suatu hal yang wajar.

Beberapa ahli kesehatan awalnya memperkirakan bahwa penyakit ini kemudian mulai menyebar, tidak hanya ke seluruh daratan Amerika saja, tetapi juga menuju ke Benua Eropa. Penyebaran influenza ini ke Eropa diperkirakan bersamaan dengan pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Eropa sebagai bentuk keikutsertaan mereka dalam Perang Dunia I. Penyebaran penyakit influenza ke Eropa ini dianggap sebagai gelombang pertama dari pandemi tersebut.

Namun laporan lain yang mengatakan bahwa sebenarnya influenza H1N1-1918 ditemukan pertama kali di Eropa setelah dilaporkannya kasus influenza pada salah satu resimen tentara Amerika Serikat di Perancis pada pertengahan Mei 1918, dan kemudian dengan cepat menulari tentara Perancis dan Inggris. Pada bulan yang sama wabah ini sampai di Spanyol, yang pada masa perang tersebut merupakan negara yang netral, tidak terlibat dalam perang. Dengan segera, wabah flu tersebut disebut Flu Spanyol.

Penyebutan Pandemi Influenza 1918 sebagai Flu Spanyol dikarenakan beberapa hal: pertama ialah karena pada saat itu terjadi Perang Dunia I, negara-negara yang ikut berperang melakukan sensor terhadap segala pemberitaan yang dianggap dapat meruntuhkan moral pasukannya. Oleh karena itu, laporan mengenai penyakit ini tidak dengan serta merta diberitakan kepada masyarakat umum.

Kedua, netralitas Spanyol pada Perang Dunia I menyebabkan negara tersebut tidak melakukan sensor terhadap pers, sehingga publikasi mengenai wabah ini pertama kali dilakukan oleh pers Spanyol. Sejak itulah wabah ini dinamakan Flu Spanyol, bukan Flu Amerika, negara yang mencatat korban pertama, atau Flu Perancis, sebagai daerah yang dianggap pertama kali mencatat merebaknya wabah tersebut secara luas.

Pandemi Influenza 1918 tidak menyerang dalam satu periode, wabah ini menyerang dalam beberapa gelombang. Gelombang pertama terjadi di awal 1918 dan kemudian mereda di pertengahan tahun diantara bulan Juli dan Agustus. Namun penyebarannya saat itu sudah mewabah ke seluruh wilayah Eropa. Akibat pandemi influenza ini, dalam waktu tiga bulan saja dua setengah juta penduduk Eropa tewas. Hingga akhir Juli, penyakit ini dilaporkan telah melanda wilayah-wilayah luar Eropa seperti Afrika Utara, Cina, India, Filipina, Selandia Baru, dan Hawai.

Pada akhir Agustus, dilaporkan bahwa tiga orang pelaut Amerika yang baru pulang dari Eropa menunjukkan gejala influenza. Lalu kemudian influenza ini masuk melalui negara bagian Massachusetts sebelum akhirnya mewabah di seluruh Amerika Serikat. Dalam waktu yang hampir bersamaan, pada tiga pelabuhan yang jaraknya terpisah ribuan mil, diberitakan meningkatnya angka kematian penduduk. Pelabuhan tersebut adalah Freetown, Sierra Leone; Brest, Prancis; dan Boston, Massachusetts. Brest adalah tempat pendaratan bagi tentara Amerika, dan dari sana kapal-kapal laut dapat dengan mudah dan cepat membawa virus untuk menyebar ke Amerika Utara dan pelabuhan-pelabuhan di Afrika. Gelombang kedua dari pandemi influenza dimulai.

Afrika, Asia, Australia, Pasifik dan Amerika bagian selatan juga tidak luput dari penyebaran influenza yang mematikan ini. Pandemi ini benar-benar seperti menyelimuti bumi.

Di Afrika, penyebaran wabah ini terjadi dengan cepat, melalui jalur kereta api dan kapal laut. Diperkirakan penyakit ini masuk ke Afrika pada awal September. Penduduk asli Afrika menamai penyakit ini dengan berbagai sebutan. Di daerah Selatan Nigeria, penduduk menyebut wabah ini sebagai lululuku – membunuh dengan tiba-tiba, dan belakangan dikenal sebagai ajukale-Arun – wabah yang menyebar dimana-mana. Pada salah satu daerah di Afrika Selatan, Bechuanaland Protectorate Tswana, disebutkan dalam sejarah lokal mereka bahwa wabah ini dikenal sebagai leroborobo atau semgamaga, yang berarti penyakit yang membunuh banyak orang. Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit “Demam Tiga Hari.”

Di Namibia, penyakit ini dikenal sebagai kaapito hanga, yang berarti penyakit ini seperti peluru, datang dengan cepat. Pemberian nama atau istilah terhadap penyakit ini menunjukkan bahwa penyakit ini menimbulkan kesan yang mendalam bagi hampir setiap daerah yang diserangnya. Jumlah total dari seluruh korban yang ada di Afrika ini tidak dapat dipastikan. Tapi berdasarkan data yang didapatkan oleh David Killingray, meskipun dia tidak menyatakan jumlah pasti dari korban pandemi di Afrika , total korban jiwa diperkirakan melebihi satu juta orang.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit ini juga menyebar ke Asia. Menurut Killingray, kematian penduduk Asia akibat ketika penyakit ini sangat tinggi, Dia menambahkan: “bahwa ada ketimpangan besar dalam pengetahuan mengenai dampak dari pandemi ini di seluruh Asia.” Artinya, sedikit sekali ditemukan catatan dan dokumen resmi yang merekam kejadian luar biasa ini. Killingray hanya menceritakan sedikit mengenai dampak pandemi di Asia. Dia menyebutkan bahwa Jepang dan Cina mencatat sedikit peningkatan kematian di tahun 1918 dibandingkan dengan rata-rata jumlah kematian mereka.

Tidak ada data yang pasti mengenai jumlah korban di Malaysia. Hanya disebutkan bahwa terdapat laporan dari perkebunan tentang tingginya tingkat kematian dan terjadinya “malapetaka yang menakutkan” yang dapat diindikasikan sebagai pandemi influenza. Hanya dua negara yang menjadi fokus dari makalahnya, India dan Ceylon (Srilangka).

India diperkirakan merupakan daerah yang paling parah mengalami dampak pandemi. Daerah ini diperkirakan terinfeksi wabah pada September 1918, saat periode gelombang kedua pandemi 1918. Diperkirakan jumlah total dari korban penyakit influenza di India mencapai 18 juta orang. Sedangkan Ceylon (Srilangka) telah terjangkiti influenza semenjak gelombang pertama pandemi. Tidak disebutkan berapa jumlah korban yang dilaporkan dari daerah ini. Kurangnya data-data dan sedikitnya penelitian mengenai wabah yang terjadi di daerah Asia, juga di Indonesia, menyebabkan ketidaktahuan yang besar bagi dunia ilmu pengetahuan akan imbas wabah penyakit ini di Asia.

Pandemi Influenza tidak hanya menyerang daerah-daerah berpenduduk padat dan benua-benua besar, penyakit ini juga melanda kepulauan-kepulauan yang berada di tengah samudera dan bagian selatan belahan bumi. Kepulauan-kepulauan yang berada di daerah Karibia dan Pasifik juga turut merasakan imbas dari wabah influenza. Pada beberapa kepulauan tertentu, tingkat kematian mencapai 16 persen dari seluruh populasi. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi di Benua Australia. Otoritas Australia berhasil meredam jumlah korban akibat pandemi influenza sehingga jumlah total korban akibat penyakit ini sampai dengan musim dingin 1918 hanya mencapai 12.000 orang.

Selain tercatat dalam sumber-sumber sejarah lokal dan tradisional, memori tentang terjadinya pandemi influenza juga terekam lewat permainan anak-anak. Sebuah permainan lompat tali melantunkan senandung yang menceritakan penyebaran influenza, dengan lirik seperti dibawah ini:

I had a little bird
And its name was Enza
I opened the window
And in-flew-Enza


Saya memelihara burung kecil
Dan namanya Enza

Saya membuka jendela
Dan terbanglah masuk (Influ)Enza

Pandemi flu juga meninggalkan jejak pada peristiwa penting dalam sejarah dunia, Perjanjian Perdamaian Paris, yang berhasil menghentikan Perang Dunia I. Banyak anggota delegasi dari negara-negara yang terlibat perang terjangkit flu, bahkan beberapa diantaranya meninggal. Absennya mereka dalam lobi dan negosiasi, membuat arah perjanjian damai berubah menjadi lebih lunak. Sebelumnya, para delegasi tersebut sangat sukar menerima poin-poin perjanjian yang akan menghentikan perang antara Jerman dan negara-negara Sekutu. Crosby mencatat dengan baik pengaruh-pengaruh tersebut dalam bab “Flu and The Paris Peace Conference”. Crosby berpendapat bahwa semua “malaise” and “fatique” (kelemasan dan kelelahan) yang disebabkan oleh flu berpengaruh pada hasil keputusan perjanjian damai tersebut, yang berhasil melahirkan Liga Bangsa-Bangsa.



Source:
Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Inflluenza
 
influensa dikenal penyakit yang mudah mewabah,,
dalam keadaan kurang fit kita bisa mudah terserang flu tersebut,,
membuat badan jadi lemas dan mengganggu aktivitas sehari-hari,,
 
Back
Top