Pada hari kedua, Xerxes kembali mengirimkan Pasukan Abadi untuk menyerang pasukan Yunani, namun seperti halnya pada hari pertama, serangan ini tidak banyak membuahkan hasil. Karena kegagalan ini, Xerxes mulai kebingungan memikirkan langkah selanjutnya dan mempertimbangkan tentang kekalahan. Pada hari kedua itu pula, Xerxes didatangi oeh seorang pengkhianat bangsa Yunani bernama Ephialtes dari Trakhis. Dia memberi informasi mengenai jalan gunung di sekitar Thermopylae yang dapat digunakan untuk mengepung pasukan Yunani. Atas tindakannya, di kemudian hari nama "Ephialtes" di Yunani menjadi bermakna "mimpi buruk" dan disamakan dengan pengkhianat. Setelah mendapat informasi itu, pada petang hari Xerxes mengirim Hydarnes bersama 20.000 prajurit untuk mengepung pasukan Yunani melalui jalur tersebut. Kemungkinan dalam pasukan yang dipimpin oleh Hydarnes itu, dimasukkan pula sisa-sisa Pasukan Abadi yang belum terluka. Jalur itu dimulai dari arah timur kamp pasukan Persia dan terbentang di sepanjang punggung gunung Anopaia, yang berada di sisi celah yang dijaga oleh pasukan Yunani. Jalur itu bercabang, yang satu menuju Phokis dan yang lainnya menuju Teluk Malia tempat pasukan Yunani bersiaga. Dengan menggunakan jalur itu, pasukan Persia dapat menjepit pasukan Yunani.
Hari ketiga sekaligus terakhir dari pertempuran tersebut merupakan kehancuran bagi pasukan Yunani. Ketika sadar bahwa pasukan Persia akan berasil mengepung mereka, Leonidas memerintahkan sebagian pasukan Yunani untuk mundur dan menyelamatkan diri, sedangkan sebagian lainya, dengan dipimpin oleh Leonidas, tetap bertahan. Ketika pasukan Persia berdatangan, pasukan Yuani mencoba bertahan dan membunuh sebanyak mungkin serdadu Persia. Ketika Pasukan Abadi ikut maju, pasukan Yunani semakin terdesak. Sebagian prajurit Thebes menyerah dan dijadikan tawanan, sedangkan para prajurit Yunani lainnya terus melawan dan dibantai. Dalam baku hantam itu, korban juga berjatuhan di pihak Pasukan Abadi, dua orang adik Xerxes, yang menjadi prajurit Pasukan Abadi, gugur. Seusai pertempuran, Xerxes memerintahkan semua mayat prajurit Persia untuk dikubur supaya tidak mempengaruhi mental pasukan. Xerxes, yang sangat marah terhadap Leonidas, memerintahkan juga supaya mayat Leonidas untuk dipenggal, kepalanya ditancapkan pada sebuah galah, dan tubuhnya disalibkan.
Pelatihan
Hanya anak laki-laki keturunan Persia yang bisa masuk ke dalam pelatihan Pasukan Abadi. Di kemudian hari persyaratannya bertambah, yaitu seseorang harus setia pada ajaran Zoroaster jika ingin menjadi tentara Pasukan Abadi. Menurut sejarawan Strabo, para calon tentara Pasukan Abadi harus menjalani pelatihan sejak masa anak-anak. Pelatihan mereka sangat berat dan keras baik secara fisik maupun psikologis. Mereka barangkali sudah dilatih sejak usia 5 atau 7 tahun. Mereka harus belajar bertahan hidup dalam kondisi yang sulit, misalnya bertahan hidup dengan memakan buah-buahan liar semacam pistachio (kenari hijau), acorn (buah pohon ek), delima, dan pir liar. Mereka juga harus punya kemampuan nuntuk menjinakkan kuda liar. Anak-anak itu dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 50 orang dan mereka dilatih menunggang kuda, bertarung, menggunakan senjata, memanah, berenang, melempar tombak, berlari, dan berbaris. Mereka juga dilatih untuk dapat bertahan dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung. Herodotos menyebutkan bahwa usia para prajurit yang termasuk Pasukan Abadi berkisar antara 15 tahun sampai 50 tahun. Ketika sudah berusia sekitar 50 tahun, seorang tentara Abadi boleh pensiun dan diberi semacam tunjangan pensiun.
Sebelum menjadi kaisar, Darius pernah bertugas sebagai prajurit Pasukan Abadi pada masa pemerintahan kaisar Kambises II, dan Darius pernah mengatakan bahwa berkat pelatihan yang diperolehnya, dia dapat menjadi seorang petarung yang sangat tangguh.
Perlengkapan
Herodotos menggambarkan persenjataan tentara Abadi sebagai berikut: tombak pendek, pedang pendek atau belati besar yang bergantung di pinggang kanan, busur dan panah, serta perisai yang kecil dan ringan. Mereka mengenakan jubah yang penuh dengan hiasan dan sulaman, dan diwarnai dengan warna ungu, biru, kuning, dan putih. Di balik jubahnya mereka memakai baju zirah sisik, yaitu baju zirah berat yang bentuknya menyerupai sisik. Zirah sisik tersebut ternyata memberikan perlindungan yang kurang efektif melawan tentara Yunani yang memakai baju zirah linen dan perunggu. Pasukan Abadi juga memakai baju zirah kulit yang tebal dan dibuat dari kulit hewan yang direbus.
Perisai Pasukan Abadi disebut gerron, dibuat dari kayu yang dilapisi kulit atau kain, dan bentuknya mirip biola. Ada pula tentara Abadi yang membawa perisai berbetuk persegi panjang atau bulat. Mereka menggunakan perisainya untuk perlindungan dan penyerangan. Perisai ini cukup kuat menahan panah, namun tidak dapat menghentikan tusukan tombak dory tentara Yunani. Pada awalnya, perisai ini berbentuk oval. Tombak mereka merupakan senjata jarak menengah dengan panjang sekitar 2 sampai 2,5 meter. Batang tombaknya dibuat dari kayu pohon abu dan ujungnya adalah belati yang tajam. Tombak tersebut digunakan dengan cara ditusukkan pada musuh. Tombak ini dapat dengan mudah dihentikan oleh perisai hoplon Yunani. Pada masa awal, Pasukan Abadi membawa tombak ganjur kavaleri yang pendek. Senjata jarak jauh mereka adalah busur panah yang panjang yang kuat. Busur ini panjangnya sekitar satu meter dan ujunga dihias dengan bentuk kepala binatang.
Di pungungnya, para tentara Abadi membawa tempat panah yang berisi banyak anak panah. Anak panah mereka memiliki mata panah yang dibuat dari besi atau perunggu. Para tentara Abadi lihai dalam menggunakan panah, serdadu Pasukan Abadi yang sangat terampil bahkan mampu memanah musuh sambil bergerak. Ada kemungkinan bahwa panah mereka dicelup dalam racun kobra India supaya menjadi lebih mematikan, namun tak ada cukup bukti untuk hal ini. Untuk pertempuran jarak dekat, Pasukan Abadi mempergunakan pedang bermata ganda yang disebut akinaka. Pedang ini memiliki panjang sekitar 35-45 cm. Pegangannya mungkin dihiasi dengan ukiran kepala singa dan emas. Pedang ini digunakan untuk memotong, mencincang, dan menusuk musuh. Namun, pedang ini jarang digunakan terhadap musuh dan lebih sering dipakai untuk berduel dengan prajurit tingkat tinggi dan prajurit elit lain. Senjata lainnya adalah sagaris, yaitu kapak yang digunakan untuk menjatuhkan musuh yang menunggang kuda. Kapak ini juga berfungsi untuk menembus perlengkapan pelindung musuh dan digunakan melawan kavaleri Skithia dan hoplites Yunani yang memiliki baju pelindung tebal dan kuat. Kapak ini berguna untuk melawan pertahanan yang tidak dapat ditembus oleh tombak ataupun pedang.
Para perwira tinggi tidak membawa senjata yang berbeda dengan prajurit biasa, namun senjata mereka memiliki hiasan dan dekorasi yang lebih banyak dan rumit. Menurut beberapa sejarawan, Pasukan Abadi memakai rantai dan gelang emas, kemungkinan sebagai tanda status sosial atau pangkat militer. Penyeimbang tombak prajurit biasa dibuat dari perak, sedangkan perwiranya menggunakan penyeimbang tombak dari emas. Dari sepuluh ribu tentara Abadi, sembilan ribu di antaranya adalah prajurit biasa dan seribu lainnya adalah perwira. Menurut Herakleides dari Kyme, seribu orang perwira ini dipilih dari orang-orang kelahiran bangsawan (aristinden) dan harus orang Persia.
Hiasan kepala yang dipakai oleh Pasukan Abadi dipercaya sebagai tiara Persia. Bentuk pastinya tidak diketahui namun beberapa sumber menggambarkannya sebagai penutup kepala atau topi yang dapat ditarik menutupi wajah untuk melindungi dari angin dan debu di daratan Persia yang gersang dan juga untuk mengintimidasi musuh. Ada kemungkinan bahwa Pasukan Abadi memiliki semacam helm logam, mungkin dari perunggu, yang digunakan dalam pertempuran.
Jubah Pasukan Abadi berbeda-beda seiring waktu dan pangkat prajurit. Pada awalnya, Pasukan Abadi mengenakan jubah putih panjang dengan sisik besi dan emas, celana panjang yang longgar, penutup kepala berwarna ungu dan violet. Di kemudian hari, tipe pakainnya tidak berubah namun warnanya yang berubah. Jubahnya menjadi kuning terang dengan kerah ungu dan garis ungu yang memanjang di bagian depan jubah. Penutup kepalanya menjadi berwarna kuning terang juga, sedangkan celana panjangnya berwarna ungu. Mantel besar berwarna ungu juga menjadi bagian dari pakaian mereka. Untuk perwira tinggi, pakaiannya tidak banyak terdapat perbedaan namun memiliki lebih banyak hiasan. Pada masa awal, para perwira memang mengenakan pakaian yang berbeda dari prajurit biasa, termasuk memakai tiara emas. Di kemudian hari, hanya tiara para perwira yang tetap berbeda dari prajurit biasa.
Pasukan Abadi membuat para penulis Yunani terkesan dengan kemewahan mereka. Herodotos menyebut bahwa Pasukan Abadi "melampaui semua pasukan lainnya dalam hal keindahan," dan bahwa "mereka berkilau melalui banyak ornamen emas yang menghiasi mereka." Quintus Curtius juga menyebut, "Kalung emas mereka, pakaian mereka yang bersulam emas, dan jubah berlengan, juga dihiasi permata". Aelianus menyebut bahwa Pasukan Abadi mengenakan pakaian berwarna "ungu dan kuning".
Sangat mungkin bahwa para penombak dan pemanah yang digambarkan pada relief berukir dan batu bata warna dari masa Akhemeniyah di istana Darius I di Susa adalah Pasukan Abadi. Relief itu menggambarkan prajurit yang mengenakan jubah yang rumit dan perhiasan emas, meskipun pakaian tersebut sangat mungkin dipakai hanya untuk keperluan ritual upacara. Sementara dalam pertempuran, mereka mengenakan pakaian yang lebih memudahkan untuk bergerak.
Organisasi
Pasukan Abadi terbagi ke dalam beberapa resimen berdasarkan kualitas dan status soial. Pangkat tertinggi adalah "resimen ungu" dan bertugas paling dekat dengan kaisar. Mereka memakai warna ungu yang dikenal sebagai "ungu Tyre". Warna tersebut didapat dari siput laut dan amat sangat mahal. Resimen ini berjumlah 1.000 prajurit dan penyeimbang tombak mereka terbuat dari emas. Resimen lainnya adalah resimen kuning, biru, dan merah. Resimen Pasukan Abadi diiringi oleh karavan berupa kereta tertutup, unta, dan bagal yang membawa suplai, makanan, budak wanita, pelayan, dan juru masak untuk melayani pasukan. Kereta suplai tersebut membawa makanan khusus yang disediakan hanya untuk para tentara Abadi. Beberapa perwira pangkat tinggi biasanya membunuh singa, cheetah atau macan tutul untuk menunjukkan kemampuan dan keberanian mereka. Mereka kemudian akan mengenakan bulu dari hewan yang telah mereka bunuh. Komandan Pasukan Abadi disebut "hazarapat". Jabatan komandan Pasukan Abadi merupakan suatu jabatan yang cukup tinggi di Kekaisaran Persia Akhemeniyah, dan orang yang memegang jabatan ini selain mengatur Pasukan Abadi juga memperoleh kekuasaan politik yang cukup besar. Pada invasi kedua Persia ke Yunani, yang menjadi komandan Pasukan Abadi adalah Hydarnes. Orang lainnya yang pernah menjadi komandan Pasukan Abadi adalah seorang wanita bernama Pantea Arteshbod.
Mengenai kemewahan yang diperoleh Pasukan Abadi, Herodotos menulis: "Dari semua pasukan dalam angkatan perang Persia, penduduk asli Persia (Pasukan Abadi) bukan hanya yang terbaik tapi juga yang paling dilengkapi secara mewah; pakaian dan baju zirah mereka sudah aku sebutkan, tapi aku harus menambahkan bahwa setiap serdadu berkilau dengan emas yang di bawanya dalam jumlah yang sangat banyak. Mereka juga ditemani oleh kereta tertutup berisi pelayan dan budak wanita mereka, semuanya dihias secara rumit. Makanan spesial, dipisahkan dari pasukan lainnya, dibawakan untuk mereka dengan unta dan bagal."
Sumber:
Wikipedia.com
History of the Persian Empire. AT Olmstead. Chicago: University Of Chicago Press.
The Persian Army 560-330 BC. Nicholas Sekunda. Oxford: Osprey Publishing.
-dipi-