Piramid Lalakon dan Sadahurip hanya sensasi ?

Roelly

New member
Maraknya pemberitaan mengenai ditemukannya struktur bebatuan yang DIDUGA merupakan bagian dari bangunan piramida raksasa yang tertimbun tanah di gunung Lalakon dan gunung Sadahurip (dua-duanya di Jawa Barat) oleh beberapa pihak, anatar lain Yayasan Turangga Seta dan Tim Mitigasi Katastropik Purba yg dibentuk oleh Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam, ada beberapa kelemahan dan cenderung hanya bersifat cari sensasi saja.

Hal-hal yang meragukan antara lain:

1). Dikatakan bahwa hasil uji Karbon Dating, Tim-nya Staf Khusus Presiden menyimpulkan kedua piramid tsb berumur lebih tua dari piramid Giza di Mesir. Padahal uji Karbon Dating adalah untuk memprediksi usia benda-benda eks-organik, seperti fosil dan kayu-kayu purba, bukan untuk bebatuan yg tidak memiliki unsur karbon.

2). Jika memang terdapat peninggalan bangunan raksasa dan sangat tua tentunya harus ada peristiwa-peristiwa besar dan pencatatan-pencatatan historis yg terkait. Tidak mungkin sesuatu yg besar ada begitu saja. Kenyataannya tidak ada peristiwa dan catatan historis yg mengarah kesana.

3).
Penemuan bebatuan yg diduga piramid oleh Turangga Seta di gunung Lalakon menurut pengakuannya berdasarkan bisikan arwah leluhur. Tentu hal ini tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.
 
Last edited by a moderator:
Yak betul, sebaiknya memang jangan terlalu cepat mengambil sebuah kesimpulan dalam hal ini, apalagi tim yang bekerja yaitu Tim Mitigasi Katastropik Purba tujuan awalnya bukanlah meneliti tentang hal ini...

Tidak ada cara untuk membuktikan selain dengan eskavasi...

Eniwei, soal carbon dating itu bisa saja digunakan untuk mengetahui umur bebatuan, karena yang perlu diingat dalam uji ini yang diukur adalah perbandingan antara jumlah banyaknya isotop radioaktif alami yang ada dengan produk2 hasil peluruhannya ...
Isotop karbon-14 yang dipakai di sini itu bisa berubah menjadi Nitrogen-14 melalui peluruhan beta...

Ini beda dengan teknik mengukur umur karbon....



-dipi-
 
Menurut mereka (Turangga Seta), "Technology by Menyan" yg mereka jalankan lebih maju setingkat di atas teknologi rasional. Tapi kenyataannya, mereka masih mengandalkan GPS dan Google Earth. Bahkan mereka mengklaim memiliki data2 teknis hasil penelitian LIPI dan BPPT, yg tidak bisa dipublikasikan. Padahal pihak LIPI sendiri membantah adanya penemuan bebatuan non-alamiah tsb. Gimana coba ?
 
Back
Top