Dahlan Iskan Komentari Klinik Singkong, Klinik Kesehatan yang Dibayar Singkong

Kalina

Moderator
154520_123355dahlanlesehanuyung.jpg


Jakarta, Demi menciptakan layanan kesehatan yang merakyat, seorang dokter paru dari RS Persahabatan menggagas klinik singkong yakni klinik yang hanya butuh singkong sebagai alat pembayarannya. Menarik memang, tetapi apa komentar Menteri BUMN Dahlan Iskan saat mendengar gagasan tersebut?

"Ini baru uji, membuat klinik singkong. Klinik, tapi bayarnya pakai singkong. Biar orang mau menanam singkong," kata dr Achmad Hudoyo, SpP(K), dokter spesialis kanker paru dari RS Persahabatan dalam diskusi dan orasi ilmiah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (27/2/2013).

Menurut dr Achmad, ide menciptakan klinik singkong untuk mendorong masyarakat agar mau menanam singkong cukup beralasan. Tahun lalu, menurutnya Indonesia masih mengimpor sekitar 600 ribu ton singkong. Cukup ironis jika impor tersebut dilakukan oleh negara yang sebagian besar warganya punya kebudayaan agraris.

Selain itu, gagasan untuk menanam singkong sebetulnya juga bagus untuk diversifikasi sumber makanan pokok. Selama ini, beras selalu menjadi pilihan utama meski ada banyak alternatif pengganti seperti sagu, ubi dan tentunya singkong itu sendiri. Apalagi, beras setelah menjadi nasi banyak dikaitkan dengan risiko kegemukan dan diabetes karena struktur karbohidratnya kurang kompleks dan rendah serat.

Ditambahkan oleh dr Achmad, klinik singkong yang masih dalam pengujian itu nantinya bisa dibuka di stasiun-stasiun kecil kereta api. Stasiun kecil umumnya menjadi tempat pemberhentian kereta api kelas ekonomi, sehingga bisa ditebak bahwa klinik ini nantinya akan lebih ditujukan pada kelompok ekonomi menengah ke bawah atau orang kecil.

Mendengar pemaparan ini, Dahlan Iskan yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut buru-buru memotong. Menurutnya, gagasan itu cukup rumit dan masih butuh coba-coba atau pengujian dulu untuk bisa diterapkan dan menjadi masukan bagi Kementerian BUMN.

"Tapi itu nanti ujung-ujungnya kalkulasi juga Pak. Memang bayar pakai singkong, tapi singkong harga berapa. Itungannya tetap rupiah. Kan nggak mungkin kliniknya bayar pabrik obat pakai singkong juga, nanti pabrik obat bayar karyawannya juga pakai singkong," komentar Dahlan disambut tawa para hadirin.

"Kalau gitu, Bapak saja yang mencoba dulu. Nanti kalau Bapak sukses, saya ikut," canda Dahlan menutup pembahasan soal klinik singkong.

DetikHealth
 
Back
Top