QRi_Reichi
New member
Gomen, kalo prefixnya salah ya om tante momod.. #bungkuk2
Ini adalah cerita pertamaku yang bisa kuselesaikan. #jduak
Lumayan panjang, bikin mata pegel ngebacanya.
Kuingatkan, siapkan kantong plastik, oralit, tissu toilet, karena cerita ini bisa menyebabkan perut mual, mules dan bisa membuat anda sekalian bolak-balik kamar mandi. #dihajar member I I
Perempuan bertubuh mungil itu memandangi sebuah foto, foto yang paling besar di antarafoto yang lain, dimana ada seorang lelaki, dirinya dan seorang anak kecil yang tampan yang tersenyum menampakkan kebahagiaan di wajah mereka. Namun tidak pada kenyataannya. Kyuri Hanazawa yang kini tengah berdiri memandangi foto itu menitikkan air mata, menandakan ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Dan sebuah ketukan pintu membuatnya menghapus air matanya yang sudah jatuh di pipinya, dengan langkah kaki yang sedikit cepat untuk membuka pintu. Pintu terbuka, seorang lelaki bertubuh atletis langsung memeluknya, tubuh Kyu pun tenggelam di pelukannya.Lelaki itu adalah Ren, seorang lelaki yang sangat ia cintai sejak ia duduk dibangku SMA yang kini sudah memberinya seorang malaikat kecil yang tampan. Ya, Ren adalah suami Kyu.
“Maafkan aku, Kyu.”
Kyu hanya terdiam dipelukan suaminya. Dia sudah hafal betul kenapa suaminya seperti sekarang. Pulang pagi dengan bau alkohol. Ini semua karena Kyoko. Kyu sendiri juga sudah mengenal siapa Kyoko.Perempuan itu adalah mantan pacar suaminya di masa sekolah dulu dan dia masih memiliki separuh hati suaminya. Ren menikahi Kyu karena dia mencintai Kyu, namun belum sepenuhnya. Kesabaran, kasih sayang dan cinta yang tulus dari Kyu membuat Ren bangkit dari keterpurukannya setelah berpisahd engan Kyoko dan hal itu pula yang membuat Ren menjadi jatuh hati pada wanita yang kini telah menjadi istrinya.Kyu melepaskan dirinya dari dekapan Ren.
“Kau tak perlu minta maaf,” kata Kyu datar.Ia beranjak dari tempatnya berdiri sekarang menuju ruang keluarga.Baru beberapa langkah, tangan Renmenahannya untuk pergi.
“Chotto, dengarkan penjelasanku Kyuri.”
Kyu berbalik arah dan kembali berhadapan dengan Ren lagi.
“Kau tak perlu menjelaskannya, Ren-san.Kita sudah hidup bersama selama ini, dan aku paham kenapa kau seperti ini.”Kyu mengusap bahu suaminya dengan lembut.
“Okaa-san~!”Seorang anak kecil memanggil Kyu.
“Aku harus ke kamar Naoki sekarang.Cepat mandilah,” kata Kyu dengan lembut sambil mengusap pipi suaminya.Ren segera bergegas kekamar mandi.
Di kamar mandi, Ren menenggelamkan dirinya di bathtub.
“Kami-sama, kenapa sulit sekali melupakannya?Kenapa kau selalu muncul di hadapanku, Kyoko?Bersama lelaki lain,” gumam Ren sambil mengingat kejadian semalam dimana ia melihat Kyoko bersama seorang pria, terlihat ada hubungan spesial di antara mereka. Dan hal itu membuat Ren marah. Di pikirannya kini muncul bayangan Kyu.“Kyu, bagaimana bisa kau bertahan selama ini dengan sikapku?”Perasaan bersalah pun menyelimuti Ren.Namun tak dapat dipungkiri juga bahwa dia masih mencintai Kyoko.“Kuso,” umpatnyapelan.
“Otou-san, dimana?” tanya Naoki dengan wajah polosnya sambil celingukan mencari ayahnya karena biasanya setiap ia bangun, pasti ayah dan ibunya berada di kamarnya.
“Sedangmandi.”Kyu tersenyum sambil mengusap rambut Naoki dengan gerakan sayang.
Mendengar pernyataan Kyu, Naoki segera berlari menuju kamar mandi. Sementara Kyu hanya tersenyum kecil melihat malaikat kecilnya itu.Ia mengikutidaribelakang, tujuannya ke dapur, menyiapkan menu sarapan untuk keluarga kecilnya.
“Otou-san!”Naoki menggedor pintu kamar mandi memanggil ayahnya. Dan apa yang dilakukan Naoki itu membuat Ren terperanjat kaget. Ia segera menyambar handuk dan membuka pintu kamar mandi.
“Otou-san, ayo kita jalan-jalan.Sekarang kan hari Minggu,” kata Naoki antusias. “Okaa-san mau kan?” pandangannya kini beralih ke Kyu. Kyu hanya senyum dan mengangguk. Sifatnya memang tidak berubah, dia adalah wanita yang pendiam.
Ren berjongkok hingga dia bisa menatap wajah polos Ouji kecilnya dengan lebih jelas. “Naoki mau jalan-jalan kemana?” tanyaRen.
“Taman bermain,” jawab Naoki mantap.
“Yosh.Otou-sanpakaibaju, Naoki mandilalukitasarapan.”Renmengusaprambut Naoki.
“Naoki maunaikapalagi?” tanyaRen.
“Naoki sudah cape, lapar otou-san.” Naoki mengelus perutnya dengan memasang ekspresi wajah yang menggemaskan. “Naoki mau dorayaki.” Naoki nyengir.
“Kamu mau makan apa, Kyu?” Ren bertanya pada Kyuri yang sedari tadi tak banyak bicara.
“Kita ikuti saja apa yang diinginkan Naoki.”
Mereka berjalan bersama mencari restoran untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan, karena memang hari sudah sore, pantas saja Naoki lapar karena mereka terakhir makan ketika hendak mau pergi.
“Hmm, oishi,” kata Naoki dengan mulut yang penuh dengan dorayaki.
“Makanlah sebanyak yang kau mau, Naoki,” ujar Ren.
Kyu dan Ren tersenyum melihat Ouji mereka yang tampan dan penggemar dorayaki itu sedang makan dengan lahapnya.
“Apa kau masih ingat ketika mengajakku ke taman bermain itu pertama kalinya, Ren?” Pertanyaan Kyu itu seakan mengajak Ren untuk bernostalgia, kembali ke masa lalu dimana Ren dan Kyu masih sebagai teman biasa, teman Kaoru- adik Ren yang kini bekerja di luar negeri. “Aku tak menyangka kalau kita sekarang sering main kesini bersama Naoki.” Kyu mengelus kepala Naoki yang tertidur di pangkuannya. Perutnya kenyang dan kondisinya yang kelelahan membuatnya tertidur.
“Tentu, Kyuchuu. Kau takut saat ku ajak naik wahana yang tinggi, padahal kau sendiri yang bilang apa saja.” Ren tertawa kecil jika mengingat ekspresi Kyu saat itu. Wajahnya begitu ketakutan tapi membuat Ren menjadi gemas sendiri melihatnya.
“Sudah ku bilang, itu bukan lelucon, Ren-kun.”
“Yosh, aku tak akan menertawakan phobiamu itu lagi, Kyuchuu,” kata Ren sambil mengusap pipi istrinya dengan lembut.
“Ayo kita pulang, Ren.”
“Baiklah.” Ren mengangkat Naoki dari pangkuan Kyu dan mengendongnya. Mereka berjalan keluar restoran. Langkah Ren terhenti saat matanya menangkap seseorang yang sangat di kenalnya.
“Kyoko,”desisnya pelan.
Pandangan Kyu mengikuti arah pandangan Ren. Ia sengaja diam, ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh suaminya. Satu menit, dua menit, Ren masih saja memandangi Kyoko yang sedang berjalan seorang pria. Pria itu tak lain adalah pria yang dilihat Ren semalam.
“Kaerimasho, Ren-kun.” Kyu merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
Ren masih terdiam dan pandangannya tetap tertuju pada Kyoko. Dan dengan gerakan cepat, Kyu mengambil Naoki dari gendongan Ren. Dan apa yang dilakukan Kyu itu membuat Ren tersadar.
“Kyu, chotto!” kata Ren setengah berteriak.
Kyu melangkah dengan sedikit berlari sambil menggendong Naoki. Kyu pun memutuskan untuk pulang sendiri, tidak bersama Ren.
“Mau sampai kapan kau akan seperti itu, Ren?” tanya Kyu dingin.
“Apa maksudmu?”
Kyu mengubah posisi duduknya, kini ia berhadapan dengan Ren.
“Kejadian tadi. Mau sampai kapan kau akan seperti ini, Ren? Mau sampai kapan kau selalu begini ketika kau melihat Kyoko bersama lelaki lain? Tak sadarkah kau telah menyakiti hatiku? Aku diam selama ini bukan berarti aku baik-baik saja, Ren. Kenapa kau tidak mengerti juga?” Suara Kyu bergetar menahan tangis.
“Kyu, aku...”
“Buka matamu, Ren. Ada aku disini. Aku ini istrimu dan kita juga sudah punya Naoki. Kau harusnya menyadari hal itu. Aku pikir dengan hadirnya Naoki, kau bisa melupakan Kyoko tapi kenyataannya aku salah. Dan mungkin aku adalah wanita yang bodoh yang mau menikah bersama seorang lelaki yang tak mencintaiku sepenuh hatinya.” Air mata Kyu pun sudah tak bisa ditahan lagi. Kyu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Ren merengkuh Kyu ke dalam pelukannya. “Gomen’nasai, Kyu.”
Tangisan Kyu semakin menjadi. Nafasnya mulai tersengal. Ren benar-benar merasa bersalah dan baru ini dia melihat Kyu menangis seperti ini. Miris. Dia sendiri tidak suka melihat wanita menangis, tetapi dia sendiri justru yang sering membuat wanita yang mencintainya menangis karenanya hingga seperti sekarang.
“Gomen’nasai, Kyu. Aku benar-benar tidak bisa mengerti perasaanmu. Aku terlalu bodoh untuk mengerti perasaanmu tanpa kau mengatakannya. Aku benar-benar minta maaf. Ku mohon, berhentilah menangis. Yamete.” Ren memeluk Kyu semakin erat, membiarkan Kyu menangis dalam dekapannya.
Satu jam lebih Kyu menangis dalam pelukan Ren. Nafasnya kini tersengal. Ren melepaskan pelukannya, berjalan ke dapur mengambil minum untuk Kyu. Ren kembali dengan membawa segelas air putih untuk istrinya.
“Minumlah Kyu.” Ren mengarahkan segelas air kepada Kyu dan Kyu pun meneguknya sedikit. Nafasnya kini sudah sedikit teratur. Ren merengkuh Kyu ke dalam pelukannya lagi. Walau bagaimanapun juga separuh hatinya telah menjadi milik wanita yang telah memberinya Ouji kecil yang tampan. “Istirahatlah, Kyu.”
Kyu hanya diam namun ia juga segera merebahkan tubuhnya ke ranjang seolah mengikuti apa yang dikatakan Ren. Ren menyelimuti tubuh Kyu, dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Kyu yang tertutup poni.
“Oyasumi nasai, Kyuchuu.” Ren pun merebahkan tubuhnya. Mata itu pun kini terpejam.
“Siapa pagi-pagi datang bertamu?” gumam Kyu. Kyu beranjak dari ranjangnya untuk membuka pintu.
“Oneechan.” Seorang gadis dengan suara melengking yang sangat familiar di telinga Kyu berhambur memeluk Kyu.
“Daijoubo?” tanya gadis itu setelah ia melepaskan pelukannya.
“Seperti yang kau lihat. Tunggu dulu, sejak kapan kau memanggilku Oneechan, Kaoru-chan?” Kyu menatap Kaoru penuh selidik.
“Heh? Bukankah sudah seharusnya aku memanggilmu begitu?” celetuk Kaoru. “Dimana, Niisan?” Kaoru celingukan mencari kakaknya.
“Kau pasti sudah tau seperti apa kebiasaan Ren-kun.” Kedatangan Kaoru, adik Ren sekaligus sahabat semasa sekolahnya seakan menjadi obat tersendiri untuk Kyu.
“Ternyata memang tidak bisa berubah.” Kaoru berdecak heran dengan kebiasaan anikinya. “Hei, kau tak mempersilakan tamumu masuk dan memberinya minum?” Kaoru berpacak pinggang.
“Hehe..” Kyu cuma nyengir. “Ayo masuk!” Kyu menarik tangan Kaoru.
“Loh, kok di bawa ke dapur?” Kaoru kebingungan.
“Kau bikin minum sendiri ya Kao-chan, aku mau mandi,” kata Kyu dengan cengiran khasnya, cengiran cantik yang hanya bisa dilihat orang tertentu saja.
“Baiklah. Eh, kau mau juga? Aku buatin sekalian?” tawar Kaoru.
“Boleh juga. Arigatou, Kao-chan.” Kyu langsung masuk ke kamar mandi.
Selesai mandi, Kyu langsung bergegas ke kamar. Ia melewati ruang keluarga, terlihat Kaoru yang tengah menghangatkan badannya dengan secangkir teh sambil menonton televisi. Dan langkah kaki Kyu terhenti di depan kamar Naoki, ia membuka pintu kamar, memastikan Naoki masih terlelap. Kyu tersenyum kecil melihat pangeran kecilnya masih bermimpi dengan indah. Ia pun segera masuk ke kamarnya yang cuma bersebelahan dengan kamar Naoki. Kyu duduk di tepi ranjang dimana Ren juga masih terlelap.
“Okinasai, Ren-kun.” Kyu mengguncang-guncangkan tubuh Ren. Tak ada respon.
“Ren..” Kyu mengguncang-guncangkan tubuh Ren lagi. Masih tidak ada respon. “Hh, baiklah.” Kyu mendesah pelan. Didaratkannya sebuah kecupan sayang di dahi Ren. Cara yang selalu Kyu lakukan untuk membangunkan Ren.
Ren membuka matanya lalu duduk bersandar sambil mengumpulkan nyawanya yang masih melayang. “Ternyata kau tetap melakukannya, Kyu-chuu.” Ia mengusap pipi Kyu.
“Semarah apapun, kau tetap suamiku. Cepat bangunlah, kau pasti akan terkejut melihat siapa yang datang,” ujar Kyu.
“Siapa?”tanya Ren keheranan.
“Lihat saja. Dia lagi nonton TV.”
Ren menyingkapkan selimut yang masih menutupi kakinya. Ia ingin segera tau siapakah gerangan yang dimaksud Kyu. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke ruang keluarga. Sebelumnya, sebuah kecupan pun ia daratkan juga di dahi Kyu.
“Koishiteru, Kyuchuu.”
“Kaoru?!” pekik Ren.
Kaoru menoleh. “Kau selalu saja bangun telat, Niisan.” Kalimat pertama yang dilontarkan Kaoru, sang adik.
“Tidak usah bawel, Kyu saja tidak pernah protes.” Ren membela diri. Ren berjalan mendekati adik tercintanya. “Kenapa kau tidak bilang-bilang mau kembali ke sini?”
“Nomor kalian tidak ada yang bisa dihubungi,” desah Kaoru kesal.
“Baka. Kau kan bisa menelpon di nomor rumah.”
“Iya ya?” Kaoru menepuk jidatnya.
Ren duduk di samping adiknya.
“Kerjaanmu gimana, imoutou?” tanya Ren.
“Aku dipindahtugaskan kesini, niisan. Lagi pula aku lebih suka tinggal di kota kelahiranku. Mungkin nanti mau cari sewa rumah.”
“Kenapa harus tinggal sendiri, Kaoru-chan? Kita kan keluargamu, lebih baik kau tinggal disini, dan Ren pasti juga akan lebih setuju jika kau berada disini. ” kata Kyu yang muncul dari arah kamarnya.
“Tapi..”
“Kau harus nurut dengan Kyu oneechan, imoutou.” Ren mengiyakan perkataan Kyu.
“Arigatou gozaimasu, Niisan, Oneechan.”
Ren dan Kyu tersenyum bersamaan.
“Aku mau mandi dulu, sebelum Ouji kecilku bangun.” Ren beranjak dari duduknya, mengacak-acak rambut Kaoru.
“Dasar menyebalkan. Kau tetap saja kakak yang menyebalkan, Niisan.” Kaoru memanyunkan bibirnya sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
Keadaan ini seperti keadaan beberapa tahun silam dimana Ren, Kyu dan Kaoru masih duduk di bangku sekolah. Mereka tinggal bersama dalam satu rumah. Namun status Kyu dan Ren yang membuatnya berbeda. Kini mereka bukanlah kakak adik ataupun sahabat, sekarang lebih dari itu. Sebuah ikrar yang telah mereka ucapkan mengikat mereka menjadi satu. Mengarungi hidup bersama, baik dalam suka maupun duka.
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Ren dan Kyu. Kaoru ingin memberikan hadiah untuk mereka dengan membiarkan sepasang suami istri itu menikmati hari bersejarah dalam hidup mereka. Satu meja di sebuah restoran telah di pesan khusus jauh-jauh hari oleh Kaoru dengan setting yang seromantis mungkin. Terlihat seorang wanita yang memakai dress biru muda sedang duduk di salah satu kursi yang tersedia. Rambut panjang sepinggangnya dibiarkan terurai begitu saja, dan sebuah jepit rambut membuat rambutnya terlihat lebih cantik, secantik wajahnya. Wanita itu memainkan jari-jarinya di atas meja. Jantungnya berdegup kencang, seolah ini adalah kencan pertamanya dengan lelaki yang telah mengambil seluruh hatinya itu. Wanita itu adalah Kyuri Hanazawa yang sedang menunggu suami tercintanya, Ren.
“Pokoknya kalian harus mau. Aku sudah booking meja khusus untuk kalian di restoran itu,” kata Kaoru suatu ketika. “Dan kau, niisan. Jangan membuatnya berantakan,” ancam Kaoru.
Sudah hampir satu jam Kyu menunggu Ren di restoran itu. Ia mulai gelisah, ia mengedarkan pandangannya mencari Ren, namun sosok pria bertubuh atletis itu tak juga terlihat.
“Hh, sudahlah. Aku seperti orang bodoh duduk sendirian disini.” Kyu beranjak dari kursinya. Ia keluar dari restoran itu dan memutuskan untuk pulang. Baru tiga langkah dari pintu restoran, Kyu melihat sesosok pria yang begitu familiar sedang berjalan bersama seorang wanita yang dikenalnya. Mereka terlihat begitu akrab, tertawa bersama seperti sepasang kekasih
“Ren, Kyoko,” desis Kyu. Airmatanya kini berkumpul di pelupuk matanya. Ia mencoba untuk menguatkan dirinya dan berjalan mendekati keduanya. Betapa terkejutnya Ren melihat Kyu tiba-tiba berdiri di sampingnya.
“19 April jam 7 malam.” Suara Kyu bergetar, dia menatap Ren dengan mata yang sudah penuh dengan air mata yang siap membasahi pipinya. Kalimat itu membuat sontak membuat bola mata Ren membulat, ia baru saja menyadari kalau
“Kyu, aku..”
Belum selesai bicara, Kyu berjalan meninggalkan Ren menuju mobilnya dan segera menghidupkan mesin.
“Kyu!!!” teriakan Ren yang keras tak membuat Kyu menghentikan mobilnya, ia justru menambah kecepatan mobilnya.
Di rumah sakit, sudah ada Kaoru dan Naoki yang tidur di pangkuannya. Ren mempercepat langkahnya menghampiri mereka, sedangkan Kyoko mengikuti dari belakang. Perasaan gelisah dan takut menyelimuti Kaoru, Kaoru meremas-meremas tangannya sendiri.
“Dimana Kyu, imou-chan?”
“Ada di..” mulutnya terkatup setelah melihat Kyoko yang berdiri di samping Ren.
Baka aniki, umpatnya dalam hati.
“Sumimasen, Kyoko-san, bisakah tinggalkan kami berdua?” pinta Kaoru.
“Baiklah.” Kyoko menyanggupi. “Aku pergi dulu, Ren-kun. Semoga istrimu baik-baik saja.” Kyoko mengusap bahu Ren sebelum ia meninggalkan Ren dan Kaoru.
“Kenapa niisan datang bersamanya?” tanya Kaoru, dan Ren tentu tau siapa yang dimaksud oleh Kaoru, dia adalah Kyoko. “Apa yang sebenarnya terjadi, niisan? Aku tau kecelakaan yang dialami oneechan ini pasti ada sangkut pautnya dengan niisan?” Berbagai pertanyaan, Kaoru tujukan pada Ren.
“Polisi sudah menceritakan kepadaku. Kecelakaan itu terjadi setelah mobil Kyu kendarai dengan kecepatan tinggi menabrak sebuah kontainer.”
Ren terkejut untuk kedua kalinya, ia tidak pernah menyangka istrinya nekat mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, selama tinggal bersama, dia tidak pernah melihat Kyu senekat itu setelah ia meneguk minuman yang menghilangkan kesadarannya beberapa saat.
Seorang petugas medis keluar dari ruang ICU. Kaoru segera menghampirinya.
“Bagaimana keadaannya?”
“Pasien kehilangan banyak darah, dan kami harus segera mendapatkannya untuk menyelamatkan nyawanya. Permisi.”
Ren terduduk lemas mendengat pernyataan dari petugas medis tersebut. “Bertahanlah, Kyu.”
“Kau memang kakakku, Niisan. Tapi bukan berarti aku akan membenarkan tindakanmu yang telah menyakiti sahabatku sekaligus kakak iparku.” Kaoru menatap tajam Ren yang tengah duduk bersandar dengan wajah yang lesu di depan ruang ICU. “Yamete, niisan. 5 tahun sudah kalian menikah, tapi kenapa selama ini niisan selalu saja menyakitinya? Kyoko, Kyoko dan Kyoko. Lupakan wanita itu, Nii. Niisan sudah punya hidup sendiri, bersama Kyu dan Naoki. Apa selama ini Niisan tidak merasakannya? Kyu sudah lelah merasakannya sendirian selama ini, Nii. Tapi niisan melakukannya lagi dan lagi. Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa niisan menikahi Kyu dan aku juga nggak habis pikir kenapa Kyu bersedia menikah dengan kakakku yang begitu bodoh.”
Perkataan Kaoru sontak membuat Ren menoleh menatapnya.
Kaoru pindah duduk berada di samping Ren. “Nii, aku bukanlah Kaoru yang dulu, yang manja dan tidak mengerti apa-apa. Kyu juga telah menceritakan semua padaku. Aku lelah melihatnya menangis setiap kali ia memandangi foto kalian. Bayangkan kalo Kyu itu adalah aku, dimana aku, adikmu menikah dengan seorang lelaki seperti niisan, apa niisan bisa terima aku diperlakukan seperti itu?”
Ren menundukkan kepalanya. Tatapan matanya seolah sedang menerawang apa yang yang baru saja terjadi. Ini benar-benar kesalahannya. Ia lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun pernikahannya dan dengan bodohnya ia malah jalan bersama wanita lain, mantan kekasihnya. Dan sebenarnya ini hanyalah kesalahpahaman saja. Beberapa hari yang lalu hubungannya dengan Kyoko kembali membaik, setelah lost contact. Dan hubungannya kini hanyalah sebagai seorang sahabat. Ren benar-benar merasa bersalah karena belum cerita kepada Kyu.
“Kyu, kau meresponku?” Gerakan tangan lemah Kyu dirasakan tangan Ren yang tengah menggengam tangan Kyu. Ren bergegas keluar ruangan menghampiri Kaoru yang tengah menunggu bersama Naoki. Senyum kelegaan dan kebahagiaan menghiasi wajah Ren.
“Imou-chan, sebaiknya kau cepat panggilkan dokter yang merawat Kyu sekarang, dia sudah sadar, baru saja ia meresponku.”
Kaoru pun segera mengikuti apa yang dikatakan oleh aniki-nya. Ren menggendong Naoki dan masuk ke ruang inap Kyu. Tak lama kemudian, Kaoru datang bersama dengan dokter yang menangani Kyu. Dia memeriksa keadaan Kyu.
“Kyuri-san sudah melewati masa kritisnya, tapi keadaannya masih lemah, jadi mungkin harus dirawat lagi selama beberapa hari kedepan.”
“Terima kasih, sensei,” kata Ren.
“Sama-sama, saya kembali ke ruangan saya terlebih dahulu. Permisi, Ren-san.”
“Kyu, apa aku masih marah padaku?” tanya Ren. Saat ini keadaan Kyu sudah membaik. Ren, Kaoru dan Naoki kini berada di sana. Naoki sedang makan siang, disuapi oleh Kaoru.
Kyu hanya diam setelah mendengar semua penjelasan Ren.
“Jelas marah dong, aniki ini emang bodoh apa pura-pura bodoh,” cibir Kaoru.
“Diem kau. Dasar bawel.”
Kyuri tersenyum kecil melihat kakak beradik itu, masih sama seperti dulu.
“Gomen ne, Ren-kun. Aku sudah salah paham padamu.”
“Kau tidak salah, Kyuchuu. Selama ini aku bukanlah suami yang baik untukmu. Aku selalu saja menyakitimu dan selalu saja kuulangi. Aku benar-benar minta maaf.” Ren mengecup kening istrinya.
“Ehem..” Kaoru berdehem.
“Kau kenapa, imou-chan? Pengen? Makanya jadi perempuan itu jangan sadis, biar cepet bisa nikah juga. Eh, kau kan belum punya pacar ya, mau nikah sama siapa?” cerocos Ren.
Ctak! Empat sudut tercetak dengan cantik di dahi Kaoru.
“Ren..” Kyu yang sudah merasakan aura Kaoru menggelengkan kepalanya.
“Kau sih terlalu cuek dengan laki-laki yang mendekatimu. Makanya kau tidak punya pacar. Eh, emang ada ya laki-laki yang berani dekat-dekat dengan gadis sadis sepertimu?” Ren tak mengindahkan Kyu.
“Anikiiiiiiii!!!!” cubitan bertubi-tubi mendarat di badan Ren.
“Naoki, sini sayang.”
Naoki berlari memeluk ibunya. Mereka terkikik melihat Kaoru yang terus mendaratkan cubitan di badan Ren, meskipun Ren sudah meminta Kaoru untuk berhenti.
Alunan musik mengiringi Ren dan Kyu berdansa di sebuah ruangan. Setelah kondisi Kyu pulih, Ren mengajak Kyu untuk honey moon sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka. Cukup sulit juga untuk meninggalkan Naoki, dan mereka sangat bersyukur karena ada Kaoru yang bisa mengalihkan perhatian Naoki.
“Apa kau senang, Kyuchuu?” tanya Ren.
“Aku sangat bahagia, Ren-kun.”
Keduanya masih mengikuti alunan musik.
“Jangan pernah lagi menutupi apapun dariku, apa yang kau rasakan, kau harus mengatakannya padaku. Karena kita adalah keluarga. Kita harus sama-sama terbuka dengan apa yang sedang kita rasakan. Berjanjilah, Kyuchuu.” Ren menatap mata Kyu dalam-dalam.
“Aku berjanji padamu, Ren-kun.”
Ren merengkuh Kyu ke dalam pelukannya. “Apa yang kau inginkan, Kyuchuu?”
“Aku hanya ingin dirimu, hanya dirimu untuk selalu disampingku.”
Ren melepaskan pelukannya, mengangkat dagu Kyu. “Itu pasti, aku akan selalu berada di sampingmu dan hanya berada disampingmu seorang, Kyuchuu. You’re the key of my heart, only you, now and forever.” Sebuah kecupan mesra mendarat di bibir Kyu yang mungil. Mata Kyu terpejam, menenggelamkan dirinya dalam pelukan suaminya. Ren memperdalam ciumannya, mengunci tubuh mungil Kyu dengan kedua tangannya. Sepasang suami istri itu terhanyut dalam satu emosi, CINTA..... #ceileh
Ini adalah cerita pertamaku yang bisa kuselesaikan. #jduak
Lumayan panjang, bikin mata pegel ngebacanya.
Kuingatkan, siapkan kantong plastik, oralit, tissu toilet, karena cerita ini bisa menyebabkan perut mual, mules dan bisa membuat anda sekalian bolak-balik kamar mandi. #dihajar member I I
Perempuan bertubuh mungil itu memandangi sebuah foto, foto yang paling besar di antarafoto yang lain, dimana ada seorang lelaki, dirinya dan seorang anak kecil yang tampan yang tersenyum menampakkan kebahagiaan di wajah mereka. Namun tidak pada kenyataannya. Kyuri Hanazawa yang kini tengah berdiri memandangi foto itu menitikkan air mata, menandakan ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Dan sebuah ketukan pintu membuatnya menghapus air matanya yang sudah jatuh di pipinya, dengan langkah kaki yang sedikit cepat untuk membuka pintu. Pintu terbuka, seorang lelaki bertubuh atletis langsung memeluknya, tubuh Kyu pun tenggelam di pelukannya.Lelaki itu adalah Ren, seorang lelaki yang sangat ia cintai sejak ia duduk dibangku SMA yang kini sudah memberinya seorang malaikat kecil yang tampan. Ya, Ren adalah suami Kyu.
“Maafkan aku, Kyu.”
Kyu hanya terdiam dipelukan suaminya. Dia sudah hafal betul kenapa suaminya seperti sekarang. Pulang pagi dengan bau alkohol. Ini semua karena Kyoko. Kyu sendiri juga sudah mengenal siapa Kyoko.Perempuan itu adalah mantan pacar suaminya di masa sekolah dulu dan dia masih memiliki separuh hati suaminya. Ren menikahi Kyu karena dia mencintai Kyu, namun belum sepenuhnya. Kesabaran, kasih sayang dan cinta yang tulus dari Kyu membuat Ren bangkit dari keterpurukannya setelah berpisahd engan Kyoko dan hal itu pula yang membuat Ren menjadi jatuh hati pada wanita yang kini telah menjadi istrinya.Kyu melepaskan dirinya dari dekapan Ren.
“Kau tak perlu minta maaf,” kata Kyu datar.Ia beranjak dari tempatnya berdiri sekarang menuju ruang keluarga.Baru beberapa langkah, tangan Renmenahannya untuk pergi.
“Chotto, dengarkan penjelasanku Kyuri.”
Kyu berbalik arah dan kembali berhadapan dengan Ren lagi.
“Kau tak perlu menjelaskannya, Ren-san.Kita sudah hidup bersama selama ini, dan aku paham kenapa kau seperti ini.”Kyu mengusap bahu suaminya dengan lembut.
“Okaa-san~!”Seorang anak kecil memanggil Kyu.
“Aku harus ke kamar Naoki sekarang.Cepat mandilah,” kata Kyu dengan lembut sambil mengusap pipi suaminya.Ren segera bergegas kekamar mandi.
Di kamar mandi, Ren menenggelamkan dirinya di bathtub.
“Kami-sama, kenapa sulit sekali melupakannya?Kenapa kau selalu muncul di hadapanku, Kyoko?Bersama lelaki lain,” gumam Ren sambil mengingat kejadian semalam dimana ia melihat Kyoko bersama seorang pria, terlihat ada hubungan spesial di antara mereka. Dan hal itu membuat Ren marah. Di pikirannya kini muncul bayangan Kyu.“Kyu, bagaimana bisa kau bertahan selama ini dengan sikapku?”Perasaan bersalah pun menyelimuti Ren.Namun tak dapat dipungkiri juga bahwa dia masih mencintai Kyoko.“Kuso,” umpatnyapelan.
“Otou-san, dimana?” tanya Naoki dengan wajah polosnya sambil celingukan mencari ayahnya karena biasanya setiap ia bangun, pasti ayah dan ibunya berada di kamarnya.
“Sedangmandi.”Kyu tersenyum sambil mengusap rambut Naoki dengan gerakan sayang.
Mendengar pernyataan Kyu, Naoki segera berlari menuju kamar mandi. Sementara Kyu hanya tersenyum kecil melihat malaikat kecilnya itu.Ia mengikutidaribelakang, tujuannya ke dapur, menyiapkan menu sarapan untuk keluarga kecilnya.
“Otou-san!”Naoki menggedor pintu kamar mandi memanggil ayahnya. Dan apa yang dilakukan Naoki itu membuat Ren terperanjat kaget. Ia segera menyambar handuk dan membuka pintu kamar mandi.
“Otou-san, ayo kita jalan-jalan.Sekarang kan hari Minggu,” kata Naoki antusias. “Okaa-san mau kan?” pandangannya kini beralih ke Kyu. Kyu hanya senyum dan mengangguk. Sifatnya memang tidak berubah, dia adalah wanita yang pendiam.
Ren berjongkok hingga dia bisa menatap wajah polos Ouji kecilnya dengan lebih jelas. “Naoki mau jalan-jalan kemana?” tanyaRen.
“Taman bermain,” jawab Naoki mantap.
“Yosh.Otou-sanpakaibaju, Naoki mandilalukitasarapan.”Renmengusaprambut Naoki.
oOo
Ren, Kyu dan Naoki kini sudah berada di taman bermain, berbagai wahana ada dan siap untuk dinikmati. Dan hari Minggu seperti ini memang cukup ramai dari biasanya, banyak yang menghabiskan waktunya bersama keluarga ataupun kekasih. Naoki terlihat sangat bersemangat dan ia pun menaiki satu per satu wahana yang ada.“Naoki maunaikapalagi?” tanyaRen.
“Naoki sudah cape, lapar otou-san.” Naoki mengelus perutnya dengan memasang ekspresi wajah yang menggemaskan. “Naoki mau dorayaki.” Naoki nyengir.
“Kamu mau makan apa, Kyu?” Ren bertanya pada Kyuri yang sedari tadi tak banyak bicara.
“Kita ikuti saja apa yang diinginkan Naoki.”
Mereka berjalan bersama mencari restoran untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan, karena memang hari sudah sore, pantas saja Naoki lapar karena mereka terakhir makan ketika hendak mau pergi.
“Hmm, oishi,” kata Naoki dengan mulut yang penuh dengan dorayaki.
“Makanlah sebanyak yang kau mau, Naoki,” ujar Ren.
Kyu dan Ren tersenyum melihat Ouji mereka yang tampan dan penggemar dorayaki itu sedang makan dengan lahapnya.
“Apa kau masih ingat ketika mengajakku ke taman bermain itu pertama kalinya, Ren?” Pertanyaan Kyu itu seakan mengajak Ren untuk bernostalgia, kembali ke masa lalu dimana Ren dan Kyu masih sebagai teman biasa, teman Kaoru- adik Ren yang kini bekerja di luar negeri. “Aku tak menyangka kalau kita sekarang sering main kesini bersama Naoki.” Kyu mengelus kepala Naoki yang tertidur di pangkuannya. Perutnya kenyang dan kondisinya yang kelelahan membuatnya tertidur.
“Tentu, Kyuchuu. Kau takut saat ku ajak naik wahana yang tinggi, padahal kau sendiri yang bilang apa saja.” Ren tertawa kecil jika mengingat ekspresi Kyu saat itu. Wajahnya begitu ketakutan tapi membuat Ren menjadi gemas sendiri melihatnya.
“Sudah ku bilang, itu bukan lelucon, Ren-kun.”
“Yosh, aku tak akan menertawakan phobiamu itu lagi, Kyuchuu,” kata Ren sambil mengusap pipi istrinya dengan lembut.
“Ayo kita pulang, Ren.”
“Baiklah.” Ren mengangkat Naoki dari pangkuan Kyu dan mengendongnya. Mereka berjalan keluar restoran. Langkah Ren terhenti saat matanya menangkap seseorang yang sangat di kenalnya.
“Kyoko,”desisnya pelan.
Pandangan Kyu mengikuti arah pandangan Ren. Ia sengaja diam, ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh suaminya. Satu menit, dua menit, Ren masih saja memandangi Kyoko yang sedang berjalan seorang pria. Pria itu tak lain adalah pria yang dilihat Ren semalam.
“Kaerimasho, Ren-kun.” Kyu merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
Ren masih terdiam dan pandangannya tetap tertuju pada Kyoko. Dan dengan gerakan cepat, Kyu mengambil Naoki dari gendongan Ren. Dan apa yang dilakukan Kyu itu membuat Ren tersadar.
“Kyu, chotto!” kata Ren setengah berteriak.
Kyu melangkah dengan sedikit berlari sambil menggendong Naoki. Kyu pun memutuskan untuk pulang sendiri, tidak bersama Ren.
oOo
“Kyu, kau kenapa?” Ren angkat bicara setelah saling diam dengan Kyu, tepatnya didiamkan oleh Kyu. Ren duduk di ranjang tidur dan dipunggungi Kyu.“Mau sampai kapan kau akan seperti itu, Ren?” tanya Kyu dingin.
“Apa maksudmu?”
Kyu mengubah posisi duduknya, kini ia berhadapan dengan Ren.
“Kejadian tadi. Mau sampai kapan kau akan seperti ini, Ren? Mau sampai kapan kau selalu begini ketika kau melihat Kyoko bersama lelaki lain? Tak sadarkah kau telah menyakiti hatiku? Aku diam selama ini bukan berarti aku baik-baik saja, Ren. Kenapa kau tidak mengerti juga?” Suara Kyu bergetar menahan tangis.
“Kyu, aku...”
“Buka matamu, Ren. Ada aku disini. Aku ini istrimu dan kita juga sudah punya Naoki. Kau harusnya menyadari hal itu. Aku pikir dengan hadirnya Naoki, kau bisa melupakan Kyoko tapi kenyataannya aku salah. Dan mungkin aku adalah wanita yang bodoh yang mau menikah bersama seorang lelaki yang tak mencintaiku sepenuh hatinya.” Air mata Kyu pun sudah tak bisa ditahan lagi. Kyu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Ren merengkuh Kyu ke dalam pelukannya. “Gomen’nasai, Kyu.”
Tangisan Kyu semakin menjadi. Nafasnya mulai tersengal. Ren benar-benar merasa bersalah dan baru ini dia melihat Kyu menangis seperti ini. Miris. Dia sendiri tidak suka melihat wanita menangis, tetapi dia sendiri justru yang sering membuat wanita yang mencintainya menangis karenanya hingga seperti sekarang.
“Gomen’nasai, Kyu. Aku benar-benar tidak bisa mengerti perasaanmu. Aku terlalu bodoh untuk mengerti perasaanmu tanpa kau mengatakannya. Aku benar-benar minta maaf. Ku mohon, berhentilah menangis. Yamete.” Ren memeluk Kyu semakin erat, membiarkan Kyu menangis dalam dekapannya.
Satu jam lebih Kyu menangis dalam pelukan Ren. Nafasnya kini tersengal. Ren melepaskan pelukannya, berjalan ke dapur mengambil minum untuk Kyu. Ren kembali dengan membawa segelas air putih untuk istrinya.
“Minumlah Kyu.” Ren mengarahkan segelas air kepada Kyu dan Kyu pun meneguknya sedikit. Nafasnya kini sudah sedikit teratur. Ren merengkuh Kyu ke dalam pelukannya lagi. Walau bagaimanapun juga separuh hatinya telah menjadi milik wanita yang telah memberinya Ouji kecil yang tampan. “Istirahatlah, Kyu.”
Kyu hanya diam namun ia juga segera merebahkan tubuhnya ke ranjang seolah mengikuti apa yang dikatakan Ren. Ren menyelimuti tubuh Kyu, dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Kyu yang tertutup poni.
“Oyasumi nasai, Kyuchuu.” Ren pun merebahkan tubuhnya. Mata itu pun kini terpejam.
oOo
Suara ketukan pintu membangunkan Kyu dari mimpinya. Ia mengerjapkan matanya, duduk sejenak untuk mengumpulkan nyawanya. Ia melihat jam dinding di kamarnya.
“Siapa pagi-pagi datang bertamu?” gumam Kyu. Kyu beranjak dari ranjangnya untuk membuka pintu.
“Oneechan.” Seorang gadis dengan suara melengking yang sangat familiar di telinga Kyu berhambur memeluk Kyu.
“Daijoubo?” tanya gadis itu setelah ia melepaskan pelukannya.
“Seperti yang kau lihat. Tunggu dulu, sejak kapan kau memanggilku Oneechan, Kaoru-chan?” Kyu menatap Kaoru penuh selidik.
“Heh? Bukankah sudah seharusnya aku memanggilmu begitu?” celetuk Kaoru. “Dimana, Niisan?” Kaoru celingukan mencari kakaknya.
“Kau pasti sudah tau seperti apa kebiasaan Ren-kun.” Kedatangan Kaoru, adik Ren sekaligus sahabat semasa sekolahnya seakan menjadi obat tersendiri untuk Kyu.
“Ternyata memang tidak bisa berubah.” Kaoru berdecak heran dengan kebiasaan anikinya. “Hei, kau tak mempersilakan tamumu masuk dan memberinya minum?” Kaoru berpacak pinggang.
“Hehe..” Kyu cuma nyengir. “Ayo masuk!” Kyu menarik tangan Kaoru.
“Loh, kok di bawa ke dapur?” Kaoru kebingungan.
“Kau bikin minum sendiri ya Kao-chan, aku mau mandi,” kata Kyu dengan cengiran khasnya, cengiran cantik yang hanya bisa dilihat orang tertentu saja.
“Baiklah. Eh, kau mau juga? Aku buatin sekalian?” tawar Kaoru.
“Boleh juga. Arigatou, Kao-chan.” Kyu langsung masuk ke kamar mandi.
Selesai mandi, Kyu langsung bergegas ke kamar. Ia melewati ruang keluarga, terlihat Kaoru yang tengah menghangatkan badannya dengan secangkir teh sambil menonton televisi. Dan langkah kaki Kyu terhenti di depan kamar Naoki, ia membuka pintu kamar, memastikan Naoki masih terlelap. Kyu tersenyum kecil melihat pangeran kecilnya masih bermimpi dengan indah. Ia pun segera masuk ke kamarnya yang cuma bersebelahan dengan kamar Naoki. Kyu duduk di tepi ranjang dimana Ren juga masih terlelap.
“Okinasai, Ren-kun.” Kyu mengguncang-guncangkan tubuh Ren. Tak ada respon.
“Ren..” Kyu mengguncang-guncangkan tubuh Ren lagi. Masih tidak ada respon. “Hh, baiklah.” Kyu mendesah pelan. Didaratkannya sebuah kecupan sayang di dahi Ren. Cara yang selalu Kyu lakukan untuk membangunkan Ren.
Ren membuka matanya lalu duduk bersandar sambil mengumpulkan nyawanya yang masih melayang. “Ternyata kau tetap melakukannya, Kyu-chuu.” Ia mengusap pipi Kyu.
“Semarah apapun, kau tetap suamiku. Cepat bangunlah, kau pasti akan terkejut melihat siapa yang datang,” ujar Kyu.
“Siapa?”tanya Ren keheranan.
“Lihat saja. Dia lagi nonton TV.”
Ren menyingkapkan selimut yang masih menutupi kakinya. Ia ingin segera tau siapakah gerangan yang dimaksud Kyu. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke ruang keluarga. Sebelumnya, sebuah kecupan pun ia daratkan juga di dahi Kyu.
“Koishiteru, Kyuchuu.”
“Kaoru?!” pekik Ren.
Kaoru menoleh. “Kau selalu saja bangun telat, Niisan.” Kalimat pertama yang dilontarkan Kaoru, sang adik.
“Tidak usah bawel, Kyu saja tidak pernah protes.” Ren membela diri. Ren berjalan mendekati adik tercintanya. “Kenapa kau tidak bilang-bilang mau kembali ke sini?”
“Nomor kalian tidak ada yang bisa dihubungi,” desah Kaoru kesal.
“Baka. Kau kan bisa menelpon di nomor rumah.”
“Iya ya?” Kaoru menepuk jidatnya.
Ren duduk di samping adiknya.
“Kerjaanmu gimana, imoutou?” tanya Ren.
“Aku dipindahtugaskan kesini, niisan. Lagi pula aku lebih suka tinggal di kota kelahiranku. Mungkin nanti mau cari sewa rumah.”
“Kenapa harus tinggal sendiri, Kaoru-chan? Kita kan keluargamu, lebih baik kau tinggal disini, dan Ren pasti juga akan lebih setuju jika kau berada disini. ” kata Kyu yang muncul dari arah kamarnya.
“Tapi..”
“Kau harus nurut dengan Kyu oneechan, imoutou.” Ren mengiyakan perkataan Kyu.
“Arigatou gozaimasu, Niisan, Oneechan.”
Ren dan Kyu tersenyum bersamaan.
“Aku mau mandi dulu, sebelum Ouji kecilku bangun.” Ren beranjak dari duduknya, mengacak-acak rambut Kaoru.
“Dasar menyebalkan. Kau tetap saja kakak yang menyebalkan, Niisan.” Kaoru memanyunkan bibirnya sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
Keadaan ini seperti keadaan beberapa tahun silam dimana Ren, Kyu dan Kaoru masih duduk di bangku sekolah. Mereka tinggal bersama dalam satu rumah. Namun status Kyu dan Ren yang membuatnya berbeda. Kini mereka bukanlah kakak adik ataupun sahabat, sekarang lebih dari itu. Sebuah ikrar yang telah mereka ucapkan mengikat mereka menjadi satu. Mengarungi hidup bersama, baik dalam suka maupun duka.
oOo
“Pokoknya kalian harus mau. Aku sudah booking meja khusus untuk kalian di restoran itu,” kata Kaoru suatu ketika. “Dan kau, niisan. Jangan membuatnya berantakan,” ancam Kaoru.
Sudah hampir satu jam Kyu menunggu Ren di restoran itu. Ia mulai gelisah, ia mengedarkan pandangannya mencari Ren, namun sosok pria bertubuh atletis itu tak juga terlihat.
“Hh, sudahlah. Aku seperti orang bodoh duduk sendirian disini.” Kyu beranjak dari kursinya. Ia keluar dari restoran itu dan memutuskan untuk pulang. Baru tiga langkah dari pintu restoran, Kyu melihat sesosok pria yang begitu familiar sedang berjalan bersama seorang wanita yang dikenalnya. Mereka terlihat begitu akrab, tertawa bersama seperti sepasang kekasih
“Ren, Kyoko,” desis Kyu. Airmatanya kini berkumpul di pelupuk matanya. Ia mencoba untuk menguatkan dirinya dan berjalan mendekati keduanya. Betapa terkejutnya Ren melihat Kyu tiba-tiba berdiri di sampingnya.
“19 April jam 7 malam.” Suara Kyu bergetar, dia menatap Ren dengan mata yang sudah penuh dengan air mata yang siap membasahi pipinya. Kalimat itu membuat sontak membuat bola mata Ren membulat, ia baru saja menyadari kalau
“Kyu, aku..”
Belum selesai bicara, Kyu berjalan meninggalkan Ren menuju mobilnya dan segera menghidupkan mesin.
“Kyu!!!” teriakan Ren yang keras tak membuat Kyu menghentikan mobilnya, ia justru menambah kecepatan mobilnya.
oOo
Suara sirine ambulan terdengar nyaring beberapa menit setelah sebuah mobil yang di kendarai seorang wanita terbalik karena menabrak kontainer. Wanita itu menjadi satu-satunya korban dalam kecelakaan maut itu. Kejadian itu berlalu begitu cepat, beberapa menit setelah Kyu menjalankan mobilnya, ponsel Ren berdering, seorang petugas medis memberitahukan bahwa istrinya menjadi korban dalam kecelakaan yang baru saja terjadi. Hati Ren mencelos mendengar kabar tersebut dan ia segera menuju rumah sakit dimana Kyu mendapatkan pertolongan pertama. Kyoko yang tadi bersama Ren pun juga ikut serta.
Di rumah sakit, sudah ada Kaoru dan Naoki yang tidur di pangkuannya. Ren mempercepat langkahnya menghampiri mereka, sedangkan Kyoko mengikuti dari belakang. Perasaan gelisah dan takut menyelimuti Kaoru, Kaoru meremas-meremas tangannya sendiri.
“Dimana Kyu, imou-chan?”
“Ada di..” mulutnya terkatup setelah melihat Kyoko yang berdiri di samping Ren.
Baka aniki, umpatnya dalam hati.
“Sumimasen, Kyoko-san, bisakah tinggalkan kami berdua?” pinta Kaoru.
“Baiklah.” Kyoko menyanggupi. “Aku pergi dulu, Ren-kun. Semoga istrimu baik-baik saja.” Kyoko mengusap bahu Ren sebelum ia meninggalkan Ren dan Kaoru.
“Kenapa niisan datang bersamanya?” tanya Kaoru, dan Ren tentu tau siapa yang dimaksud oleh Kaoru, dia adalah Kyoko. “Apa yang sebenarnya terjadi, niisan? Aku tau kecelakaan yang dialami oneechan ini pasti ada sangkut pautnya dengan niisan?” Berbagai pertanyaan, Kaoru tujukan pada Ren.
“Polisi sudah menceritakan kepadaku. Kecelakaan itu terjadi setelah mobil Kyu kendarai dengan kecepatan tinggi menabrak sebuah kontainer.”
Ren terkejut untuk kedua kalinya, ia tidak pernah menyangka istrinya nekat mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, selama tinggal bersama, dia tidak pernah melihat Kyu senekat itu setelah ia meneguk minuman yang menghilangkan kesadarannya beberapa saat.
Seorang petugas medis keluar dari ruang ICU. Kaoru segera menghampirinya.
“Bagaimana keadaannya?”
“Pasien kehilangan banyak darah, dan kami harus segera mendapatkannya untuk menyelamatkan nyawanya. Permisi.”
Ren terduduk lemas mendengat pernyataan dari petugas medis tersebut. “Bertahanlah, Kyu.”
“Kau memang kakakku, Niisan. Tapi bukan berarti aku akan membenarkan tindakanmu yang telah menyakiti sahabatku sekaligus kakak iparku.” Kaoru menatap tajam Ren yang tengah duduk bersandar dengan wajah yang lesu di depan ruang ICU. “Yamete, niisan. 5 tahun sudah kalian menikah, tapi kenapa selama ini niisan selalu saja menyakitinya? Kyoko, Kyoko dan Kyoko. Lupakan wanita itu, Nii. Niisan sudah punya hidup sendiri, bersama Kyu dan Naoki. Apa selama ini Niisan tidak merasakannya? Kyu sudah lelah merasakannya sendirian selama ini, Nii. Tapi niisan melakukannya lagi dan lagi. Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa niisan menikahi Kyu dan aku juga nggak habis pikir kenapa Kyu bersedia menikah dengan kakakku yang begitu bodoh.”
Perkataan Kaoru sontak membuat Ren menoleh menatapnya.
Kaoru pindah duduk berada di samping Ren. “Nii, aku bukanlah Kaoru yang dulu, yang manja dan tidak mengerti apa-apa. Kyu juga telah menceritakan semua padaku. Aku lelah melihatnya menangis setiap kali ia memandangi foto kalian. Bayangkan kalo Kyu itu adalah aku, dimana aku, adikmu menikah dengan seorang lelaki seperti niisan, apa niisan bisa terima aku diperlakukan seperti itu?”
Ren menundukkan kepalanya. Tatapan matanya seolah sedang menerawang apa yang yang baru saja terjadi. Ini benar-benar kesalahannya. Ia lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun pernikahannya dan dengan bodohnya ia malah jalan bersama wanita lain, mantan kekasihnya. Dan sebenarnya ini hanyalah kesalahpahaman saja. Beberapa hari yang lalu hubungannya dengan Kyoko kembali membaik, setelah lost contact. Dan hubungannya kini hanyalah sebagai seorang sahabat. Ren benar-benar merasa bersalah karena belum cerita kepada Kyu.
oOo
“Buka matamu, istriku. Apa kau sudah tidak rindu melihat Naoki bermain lagi. Dia sangat merindukanmu, selalu bertanya kepadaku dan Kaoru, kapan kau bisa menemaninya lagi. Kyuchuu, bukalah matamu.” Ren memandangi wajah istrinya yang pucat, tangannya menggengam tangan Kyu yang terpasang infus. Sudah seminggu ini Kyu terbaring lemah di rumah sakit, kondisinya kritis. Setiap hari Ren selalu menemani Kyu, dan ia juga menceritakan pada Kyu tentang hubungannya dengan Kyoko saat ini seperti apa, entah Kyu bisa mendengar atau tidak, Ren hanya ingin menceritakan semuanya. “Aku sangat merindukanmu, merindukan kecupanmu yang membangunkanku setiap pagi. Aku rindu secangkir teh hangatmu setiap pagi. Aku benar-benar sangat merindukanmu, Kyuchuu.” Ren mengecup kening Kyu, air mata yang tertahan kini jatuh membasahi pipinya.“Kyu, kau meresponku?” Gerakan tangan lemah Kyu dirasakan tangan Ren yang tengah menggengam tangan Kyu. Ren bergegas keluar ruangan menghampiri Kaoru yang tengah menunggu bersama Naoki. Senyum kelegaan dan kebahagiaan menghiasi wajah Ren.
“Imou-chan, sebaiknya kau cepat panggilkan dokter yang merawat Kyu sekarang, dia sudah sadar, baru saja ia meresponku.”
Kaoru pun segera mengikuti apa yang dikatakan oleh aniki-nya. Ren menggendong Naoki dan masuk ke ruang inap Kyu. Tak lama kemudian, Kaoru datang bersama dengan dokter yang menangani Kyu. Dia memeriksa keadaan Kyu.
“Kyuri-san sudah melewati masa kritisnya, tapi keadaannya masih lemah, jadi mungkin harus dirawat lagi selama beberapa hari kedepan.”
“Terima kasih, sensei,” kata Ren.
“Sama-sama, saya kembali ke ruangan saya terlebih dahulu. Permisi, Ren-san.”
oOo
Kyu hanya diam setelah mendengar semua penjelasan Ren.
“Jelas marah dong, aniki ini emang bodoh apa pura-pura bodoh,” cibir Kaoru.
“Diem kau. Dasar bawel.”
Kyuri tersenyum kecil melihat kakak beradik itu, masih sama seperti dulu.
“Gomen ne, Ren-kun. Aku sudah salah paham padamu.”
“Kau tidak salah, Kyuchuu. Selama ini aku bukanlah suami yang baik untukmu. Aku selalu saja menyakitimu dan selalu saja kuulangi. Aku benar-benar minta maaf.” Ren mengecup kening istrinya.
“Ehem..” Kaoru berdehem.
“Kau kenapa, imou-chan? Pengen? Makanya jadi perempuan itu jangan sadis, biar cepet bisa nikah juga. Eh, kau kan belum punya pacar ya, mau nikah sama siapa?” cerocos Ren.
Ctak! Empat sudut tercetak dengan cantik di dahi Kaoru.
“Ren..” Kyu yang sudah merasakan aura Kaoru menggelengkan kepalanya.
“Kau sih terlalu cuek dengan laki-laki yang mendekatimu. Makanya kau tidak punya pacar. Eh, emang ada ya laki-laki yang berani dekat-dekat dengan gadis sadis sepertimu?” Ren tak mengindahkan Kyu.
“Anikiiiiiiii!!!!” cubitan bertubi-tubi mendarat di badan Ren.
“Naoki, sini sayang.”
Naoki berlari memeluk ibunya. Mereka terkikik melihat Kaoru yang terus mendaratkan cubitan di badan Ren, meskipun Ren sudah meminta Kaoru untuk berhenti.
oOo
“Apa kau senang, Kyuchuu?” tanya Ren.
“Aku sangat bahagia, Ren-kun.”
Keduanya masih mengikuti alunan musik.
“Jangan pernah lagi menutupi apapun dariku, apa yang kau rasakan, kau harus mengatakannya padaku. Karena kita adalah keluarga. Kita harus sama-sama terbuka dengan apa yang sedang kita rasakan. Berjanjilah, Kyuchuu.” Ren menatap mata Kyu dalam-dalam.
“Aku berjanji padamu, Ren-kun.”
Ren merengkuh Kyu ke dalam pelukannya. “Apa yang kau inginkan, Kyuchuu?”
“Aku hanya ingin dirimu, hanya dirimu untuk selalu disampingku.”
Ren melepaskan pelukannya, mengangkat dagu Kyu. “Itu pasti, aku akan selalu berada di sampingmu dan hanya berada disampingmu seorang, Kyuchuu. You’re the key of my heart, only you, now and forever.” Sebuah kecupan mesra mendarat di bibir Kyu yang mungil. Mata Kyu terpejam, menenggelamkan dirinya dalam pelukan suaminya. Ren memperdalam ciumannya, mengunci tubuh mungil Kyu dengan kedua tangannya. Sepasang suami istri itu terhanyut dalam satu emosi, CINTA..... #ceileh